Dering handphone membangunkannya yang terlelap dalam posisi tidak baik; duduk membungkuk pada meja.
"Assalamu'alaikum," sapanya dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali.
"Wa'alaikumsallam. Bang, Iyong di rumah sakit."
Bilal mengusap mata yang masih terasa mengantuk. Selain kantuk, juga terasa sedikit pening karena kesibukkan akhir-akhir ini membuatnya tidak punya cukup waktu untuk tidur.
"Kenapa, Yah?" tanyanya.
"Tadi sempet muntah, badannya anget, terus perutnya sakit lagi."
Bilal memejamkan mata. Menekan ujung mata bagian dalam selama beberapa lama untuk menghilangkan rasa lelah di matanya.
"Aku ke rumah sakit sekarang."
"Iya, Bang."
Telepon dimatikan.
Embusan napas panjang keluar dari mulutnya. Bilal kemudian meregangkan tangan. Di area punggungnya terasa kaku karena tertidur dalam posisi membungkuk.
Dibereskannya kertas-kertas di atas meja. Laptop yang terbuka juga masih dalam keadaan hidup, layarnya mati karena ditinggal tidur begitu saja.
Setelah membereskan barang-barang di atas meja, Bilal kemudian bangkit, bersiap pergi ke rumah sakit yang tidak jauh dari apartement-nya, hanya berjarak kurang lebih 300 meter, berjalan pun bisa.
Ini baru pukul 20.00 WIB, jadwal dinas malamnya pukul 21.00 WIB; ya, dia kembali aktif dengan jadwal dinas malam. Dan hari ini Bilal tidak pulang ke rumah karena siang tadi ada jadwal mengikuti seminar, baru pulang menjelang malam, jadi tanggung jika pulang ke rumah.
Setelah membasuh wajah dan berganti pakaian, Bilal memasukkan barang-barang yang dia perlukan ke dalam tas. Matanya melirik sebuah berkas yang berada di bagian atas tumpukkan kertas, di atas meja yang tadi dia rapikan. Itu adalah berkas pendaftaran untuk melanjutkan pendidikan. Bilal mengambil berkas itu kemudian memasukkannya ke dalam laci.
Bukan sekarang waktunya.
-
Saat Bilal sampai di rumah sakit, Rion sudah berada di ruang rawat inap. Di ruangan itu ada kedua orang tuanya; Hardian duduk di sofa, sedangkan Lena ada di samping ranjang sedang memandangi si pasien yang tengah tertidur.
Bilal mengecup punggung tangan bundanya.
Mata Lena sembab dan jejak air mata masih terlihat basah.
"Yang kali ini kayaknya sakit banget, Bang. Kenapa, ya? Padahal kemarin udah baikan. Apa karena kecapekan? Kalo karena itu, ya, gimana, Iyong gak akan mau kalo disuruh bedrest di rumah aja, apalagi sekarang dia lagi sibuk-sibuknya ngerjain tugas akhir."
Bilal memandangi adiknya yang tengah terlelap dengan napas yang terdengar tidak nyaman itu.
Kondisi Rion memang belum terkendali; pemberian obat yang 'ini' awalnya cocok--penggunaannya membuat kondisinya membaik, tapi di beberapa waktu kemudian tiba-tiba kembali buruk dan penggunaan obat yang sama tidak dapat mengembalikan keadaan. Sakit yang tadi dirasakan oleh adiknya itu, Bilal belum tahu apa penyebabnya, entah karena efek dari kelelahan atau dari penyakitnya yang bersifat lebih agresif daripada obat yang diberikan.
-
-"ARGH!"
Lena membuka mata, yang sejak tadi hanya terpejam tapi tidak juga bisa terlelap.
"Yah."
Sebelum turun dari ranjang, dia memanggil Hardian yang tidur di sampingnya.
Dinyalakannya lampu ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.