Junior sudah berangkat ke sekolah, Bilal juga sudah ke IGD, dan ayahnya baru saja kembali dari mengantarkan Junior.
Ngomong-ngomong, walaupun si bontot sekarang banyak omong, tapi ternyata ketiadaan adiknya itu membuat ruangan senyap."Yah, kapan bisa pulang?" tanya Rion.
Hardian sedang sibuk dengan laptopnya--mengerjakan pekerjaannya.
"Nanti," sahut Hardian tanpa mengalihkan pandang dari layar yang menyala.
Rion menghela napas. Tiba-tiba merasa sangat kesepian, rindu rumah, di rumah ada Erlin, ada bundanya, juga kedua adiknya kalau sudah pulang sekolah.
Tok... Tok... Tok.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsallam."
Rion dan Hardian menyahut salam bersamaan.
Kemudian Yuzi, Adam, dan Gazza masuk secara beriringan.
Rion menegakkan punggung. Ketiga kawannya itu datang tanpa aba-aba. Pesan Rion di grup tidak direspons sampai sekarang, di chat pribadi juga ketiganya tidak membalas. Sengaja, kah, mereka?
Yuzi, Adam, dan Gazza mengulurkan tangan pada Hardian--bersalaman.
"Mau pada nobar atau gimana nih?" tanya Hardian, melihat Adam membawa perlengkapan layar proyektor.
"Iya, Om, tapi kalo Om lagi kerja, gak pa-pa, nanti aja," sahut Adam.
"Oh, nggak-nggak, kerjaan Om lagi gak dikejar deadline kok, mau nobar film apa?"
"Film kita," Adam lagi yang menyahut, kali ini diakhiri dengan cengiran malu-malu. 'Film kita', berasa keren banget.
"Udah jadi?" tanya Hardian dengan bola mata yang melebar.
Dan Rion di ranjangnya juga kaget, secara otomatis kelopak matanya terbuka lebar juga.
"Kata Pak Ibnu apa?" tanyanya.
Adam mengacungkan jari jempol ke arah Rion.
"Sama Pak Sehan malah di-review-nya. Jadi, kita dapet tiga jempol, dua dari Pak Ibnu, satu Pak Sehan," jelas Adam.
Yuzi dan Gazza hanya menampilkan senyuman lebar; jadi pemanis penjelasan Adam.
"Terus abis ini gimana?" tanya Rion, kelopak matanya semakin terbuka lebar, dia tentu senang, tapi tunggu dulu, tidak tahu alur lanjutannya bagaimana.
"Ya, tinggal pendaftaran aja kirim sinopsis, terus tar kirim film, seleksi, penjurian buat nominasi, terus tar penjurian finalnya di acara puncak festival," terang Adam.
Gazza terkekeh. "Sekalipun kita gak dapet di lombanya, yang penting jalan menuju sidang kayaknya bakalan lancar," yakinnya.
Yuzi mengangguk. "Jangan terlalu khawatirin lomba, kalo menang, ya, bonus, yang penting sidang aman," katanya
"Kalo menang, ya, hoki karena kita pemula dan lawannya orang-orang yang udah biasa bikin film," tambah Adam.
Hardian tersenyum, menatap bangga kepada empat pemuda--yang termasuk putranya itu, se-solid dan se-santai itu mereka.
"Ayok, kalo gitu kita nobar," ajak Hardian.
Adam, Yuzi, dan Gazza melirik dan tersenyum lebar.
"Yok, Om!" seru Adam dengan semangat kemudian bergegas menyiapkan layar.
Yuzi menarik meja makan pasien ke depan ranjang lalu melepaskan ransel di punggungnya, mengeluarkan barang-barang di dalam sana, termasuk laptop baru Rion yang waktu itu, yang sekalian hari ini akan dia kembalikan. Ternyata keberadaan barang baru itu memang sangat membantu, segala proses jadi cepat, no lola-lola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.