25

3K 393 40
                                    

"Iyongggg."

Senyuman lebar dan sapaan nyaring Erlin menyambut kepulangan Rion dari kampus di sore hari ini.

Rion menyalami tangan Lena.

"Gimana bimbingannya lancar?"

"Lancar."

"Alhamdulillah, Yong, dikasih dosen pembimbing yang baik."

Rion tersenyum tipis, tanpa menanggapi lebih kemudian dia melangkahkan kaki ke arah tangga.

Tangan Erlin yang terulur siap untuk dikecup atau sekadar dijabat dan diadukan dengan kening Rion, diabaikan begitu saja.

"Hei!!!!!" teriak Erlin, nyaring.

Tapi Rion tidak menengok sedikit pun, bahkan seolah tidak berkuping.

Tak sopan sekali memang adiknya yang satu itu, melewati begitu saja tangannya yang sudah jelas-jelas terulur, mana senyuman dan panggilan riang dari Erlin juga tidak digubris lagi.

"Bun, pas bikin Iyong AC kamar terlalu dingin, ya? Jadinya dingin banget gitu hatinya."

"Jangan digangguin terus, ah, Kak. Kasian tahu, capek Iyong itu," ucap Lena.

Erlin mengambil seraup kacang telur dalam toples, melanjutkan kegiatan mengemilnya.

"Kenapa gak ambil cuti aja sih, Bun, kuliahnya?" tanyanya sembari menatap sang bunda.

"Mau ambil cuti sampe kapan, Kak?"

Lena bertanya balik dengan pandangan ke bawah--pada cemilan-cemilan dalam kantong yang sedang dia pindahkan ke dalam toples.

Kunyahan Erlin memelan.

"Kenapa gak berenti aja kalo gitu, Bun?" tanyanya lagi dengan suara yang lebih pelan.

Lena langsung menoleh.

"Huss, jangan ngomong gitu kalo di depan Iyong lho, Kak. Biarin Iyong selesein semampunya, jangan ada yang nyuruh berenti. Selagi Iyong  mampu, tugas kita cuma harus jadi pendukung," jelas Lena.

Bibir Erlin maju, dengan matanya yang jadi berkaca-kaca. "Bun, kayaknya bawaan bayi, aku jadi ngerasa sayang banget sama Iyong."

"Bukan bawaan bayi, Kak, emang Kakak sebenernya sayang sama semua adek-adeknya," kata Lena.

"Bun, mangga muda, jambu air, nanas, sama bengkuang."

Hardian datang membawa sekantong buah-buahan untuk rujak, pesanan Erlin.

"Gula arennya?" tanya Lena.

"Ada di dalem kantong," sahut Hardian.

"Bundaaaa... disentil sama Iyong, sakit."

Si bungsu menuruni tangga dengan langkah cepat, menghampiri Lena sembari mengadu dengan bibirnya yang mencebik, Junior langsung memeluk pinggang Lena.

"Apanya yang disentil?" tanya Lena.

"Ininya, Bunda."

Terlihat kening bocah itu yang kemerahan.

"Dianya, Bun, maen pesawat remot, diterbangin sembarangan."

Rion muncul dari arah tangga, langsung menyerukan pembelaan. Walaupun lelah, tapi dia tetap kembali menuruni tangga--menyusul langkah Junior yang mengatakan akan mengadukan sentilan jarinya pada Lena.

"Tapi gak usah disentil sampe merah dong, Yong," kata Hardian.

"Iya, kebiasaan kamu itu. Dibilangin aja  baik-baik, kan, bisa, Yong," tambah Lena.

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang