54

3K 423 60
                                    

Selepas waktu Isya, malam menjadi ramai dengan takbir dan suara ledakan kembang api kemenangan. Rion tidak tahu seberapa ramai di luar rumah, tapi adik bungsunya sejak tadi terdengar heboh, apalagi setelah Rafli pulang membawakan beberapa petasan.

Dari suara takbir, petasan, bahkan kehebohan adiknya, Rion hanya bisa mendengar suara-suaranya saja, apalah daya diri yang sedang tidak sanggup bergerak di waktu yang tidak tepat.

"Bun, marahin tuh, Jun beli lagi petasan banyak banget."

Qaisar mengadu sambil lewat.

"NGGAKKK!!!"

Kemudian terdengar teriakan Junior, hanya teriakannya saja, bocahnya tidak muncul.

Lena lalu beranjak, keluar dari ruangan untuk memberi peringatan kepada anggota keluarganya agar berhati-hati dalam menyalakan benda yang berbahaya itu.

"Marahin, Bun, marahin."

"Bunda, itu Qai berisik."

"Jun gak boleh megang petasan, ya. Biarin Abang-Abang aja."

"Nggak kok, Jun gak megang, yang megang Ayah sama Abang Bi, sama Abang Rafli aja."

"Liatinnya jauh-jauh, ya. Liatin aja sama Kakak di teras."

"Iya. Emangnya Bunda gak akan liat?"

"Nggak, denger suaranya aja Bunda mah udah cukup. Hati-hati, jangan deket-deket."

"Iya."

Rion merasa hanya dia yang tidak menikmati malam takbiran ini, bahkan Bilal yang biasanya pasif pun sekarang sedang ikut bersenang-senang di luar rumah.

Lena kembali ke ruangan, kembali membaringkan diri di samping Rion, sejak tadi mereka sedang menonton film, yang suaranya tidak terdengar karena tersamarkan oleh suara ledakan petasan yang terlalu membuat bising.

Ponsel di samping bantal berdering.

Rion melirik.

Ada panggilan video grup; ketiga temannya. Gazza lusa kemarin sudah pulang kampung--hari sebelum Rion kena musibah, dan dia sempat ke rumah Rion dulu dengan Yuzi juga Adam.

"Woi, Yong."

Rion tersenyum. "Malam takbir di mana lo pada?" tanyanya.

"Gue di rumah."

"Gue juga."

"Iya, gue juga sama, di rumah aje lah."

"Tahun kemaren mah malam takbiran kita maen, ya," kata Rion.

"Kenapa lo, Yong? Jangan sedih takbiran di rumah aja, family time dulu sekarang mah lah, walopun family gue malah udah pada molor," ucap Adam.

"Gak ikut ke mesjid sama Pak Sholeh lo, Dam?" tanya Gazza.

"Kagak ah, Bapak gue mah kebanyakan ngobrol di mesjid juga."

"Sama kek lo, ya," timpal Gazza yang kemudian tertawa sendiri.

"Bapak Ustadz Yuziar juga di rumah aja lagi, ke mesjid lo, malu depan rumah," kata Rion.

"Gue bentar lagi ke mesjidnya. Ngobrol dulu sama lo semua. Pasti pada kangen sama gue, kan?"

"Idiww, kagak banget! Yong, ntar halal bihalal ke rumah lo boleh kali?"

"Mm, silahkan."

"Mendung banget muka lo, Yong. Kenape? Kangen banget sama gue? Baru juga ditinggal dua hari," ucap Gazza.

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang