"Heh, bengong. Cepetan diabisin makannya, katanya jam 8 harus udah ada di kosan Gazza."
Rion melirik Lena. "Ayahnya juga belum balik lagi," katanya.
Sudah pasti Rion diantarkan oleh sang ayah. Dan sekarang ayahnya itu sedang mengantarkan dulu Qaisar dan Junior ke sekolah.
"Kalo masih gak enak badan, gak usah pergi kali, Yong. Temen-temen lo pasti ngerti, bahkan dosen lo juga mungkin ngerti," ucap Erlin sembari menatap adiknya yang sejak bergabung ke meja makan dia banyak melamun dan terlihat tidak bergairah.
"Masih gak enak badan, Yong?" tanya Lena.
Rion menggeleng. "Nggak, Bun," sahutnya.
Lena menyentuh kening Rion yang tadi pagi sudah dia cek. Sudah tidak demam, tapi masih ada kemungkinan demamnya muncul lagi.
"Jangan dulu banyak aktifitas, ya. Abis dari kampus langsung ke kosan Gazza, jangan nongkrong di mana-mana," kata Lena.
"Gak usah pergi aja lah, Yong," Erlin masih saja mencoba untuk membuat Rion tetap berada di rumah.
Rion mendecak sembari melirik kakaknya dengan ujung mata.
"Berisik ah, Kak. Tugas akhir gue dikerjain dalem bentuk tim. Keenakan sendiri kalo gue apa-apa ngandelin mereka."
"Mereka juga pasti ngerti sama keadaan lo."
"Keadaan gue baik-baik aja," tukas Rion.
Lena melirik putri sulungnya. Tidak ada guna melawan tekad bulat Rion. Bilal juga yang Lena harapkan dapat membuat adiknya fokus dulu pada penyembuhan demamnya, nyatanya tidak melarang lebih.
-
-"Ayah jemput sebelum dzuhur, ya."
Rion mengangguk dan mengulurkan tangan untuk berpamitan sebelum keluar dari mobil.
Hardian menunggu sampai punggung putranya itu menghilang di balik gerbang kosan, baru dia kembali melajukan mobil.
.
"Adam belom ke sini?"
Yuzi terperanjat, menoleh kaget.
"Masuk pake salam, anjir. Kaget gue."
Rion terkekeh kemudian duduk di atas karpet samping Yuzi yang sedang duduk di hadapan laptop yang menyala.
"Si Gazza baru mandi?" tanya Rion, tidak ada Gazza di ruangan itu dan dia mendengar suara air dan nyanyian fals dari arah kamar mandi.
"Iya, kesiangan tuh orang, gak tahu lah gadang teleponan sama cewek mana lagi."
Rion menoleh ke belakang, menaikkan pantatnya ke atas kasur, lalu membaringkan kepala di atas tumpukan bantal dan selimut yang sudah terlipat rapi.
"Udah sembuh demam lo?" tanya Yuzi.
Rion mengangguk, tapi Yuzi tidak akan melihat karena Rion ada di belakang Yuzi.
Yuzi kemudian menengok ke belakang.
"Padahal lo gak usah ikut bimbingan aja hari ini," katanya.
"Gue udah gak pa-pa, di rumah juga gabut," sahut Rion sembari membuka handphone.
"Eh, foto USG yang lo posting kemaren itu keponakan lo?" tanya Yuzi.
Rion menoleh dan tersenyum lebar.
"Ya lah, sapa lagi. Lucu banget, kan?"
"Lucu dari mane? Orang belom keliatan apa-apa. Tapi orang-orang ngiranya itu anak lo, anjir. Lo gak ada klarifikasi lagi. Rame banget itu di komenan, malah lo biarin," ucap Yuzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
Fiksi Umum**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.