Bab 11.

2.2K 231 11
                                    

Hello!









ANTARA DUA CINTA





Sinar rembulan memancar, menjadi penerang di waktu gelap tiba. Rembulan di temani para gemintang yang berserakan, menghiasi cakrawala. Udara yang cukup dingin, menusuk kulit manusia yang masih berkegiatan di luar ruangan, malam ini sedikit berbeda dengan malam yang lain. Kali ini cahaya yang menjadi penerangan mereka hanyalah api unggun dan sinar rembulan.

Pencahayaan dari lampu sedang trouble, listrik sedang tidak baik baik saja. Seperti nya alam, merestui seorang Letnan Daniel yang tengah kasmaran dengan sesosok dokter yang ia temukan beberapa minggu yang lalu. Malam ini, seluruh tenaga medis dan para TNI-POLRI berkumpul dalam satu halaman. Bercerita, tertawa tanpa ada alat elektronik di antara mereka.

Letnan Daniel berjalan mendekati seorang Dokter Shani, duduk di sebelahnya, lalu memberikan segelas coklat hangat. Senyum Shani merekah.

" Coklat hangat? " Ucap Shani menebak.

Daniel terkekeh kecil.

" Iyaa, sedikit menghangatkan tubuhmu malam ini" Jawab Daniel.

Shani mengangguk, malam ini memang lebih dingin dari biasanya. Daniel menaruh gelas yang berisi kopi, kemudian Daniel melepas jaket yang ia kenakan dan mengenakan nya ke tubuh Shani. Entah dapat dorongan darimana, Daniel berani melakukan ini.

Shani menoleh ke arah Daniel sembari memegang dua ujung jaket Daniel yang sudah menempel di tubuhnya.

" Malam ini cukup dingin dari biasanya, pakai jaket ku. Baju mu tidak terlalu tebal" Ujar Daniel.

" Tapi, bagaimana dengan mu? Kau hanya mengenakan t-shirts " Jawab Shani.

" Aku tidak apa apa, ini sudah cukup tebal untuk aku" Jawab Daniel menyakinkan.

Shani tersenyum.

" Terimakasih " Cicit Shani.

Daniel menjawab dengan senyuman, kemudian ia meminum kopinya. Lalu, keduanya kembali memerhatikan salah satu dari anak buah mereka yang berusaha memecahkan suasana hening malam ini.

Atensi Daniel teralihkan kala mendengar suara Aldo.

" Hey niel, kau pasti bisa bermain gitar kan? " Tanya Aldo yang mendapatkan anggukan dari Daniel.

Aldo berdiri dari tempat duduk nya semula, menghampiri Daniel dan memberikan sebuah gitar akustik kepada Daniel. Daniel meraih nya.

" Bermain lah, seperti dua pelawak kita malam ini kelelahan " Ujar Aldo sembari menoleh ke arah dua anak buah nya yang tengah beristirahat memakan mie.

Daniel mengangguk, memangku gitar. Lalu perlahan memainkannya, Shani terus memerhatikan Daniel yang tengah sibuk mengatur gitar nya itu, Shani tak tau apa namanya. Namun, ia melihat Daniel sudah sangat ahli dan jago dalam bermain alat musik.

" Kau sudah lama bisa bermain gitar? " Tanya Shani.

Daniel berpikir, tangannya sembari mengatur gitar.

" Tidak terlalu lama, semenjak aku menjadi taruna dan pendidikan di magelang. Disitulah aku bisa bermain gitar " Jawab Daniel.

Shani mengangguk, tak lama kemudian. Daniel memetik gitar nya, tak beberapa detik kemudian, petikan gitar Daniel membuat sebuah irama lagu yang membuat keseluruhan dapat bernyanyi dan menghilangkan rasa hening dan bosan.

Shani tersenyum, sesekali ia ikut bernyanyi. Daniel terus bermain gitarnya, sesekali ia mencuri pandang ke arah Shani.

Dan sampailah di bait terakhir lagu yang Daniel nyanyikan, di bait terakhir Daniel sengaja memandang wajah Shani, keduanya saling tatap, melempar senyum satu sama lain. 

" EKHEM! aduh, keselek pisang goreng " Goda Aldo.

Tatapan kedua terbuyarkan akibat teriakan Aldo. Keduanya salah tingkah, lalu keduanya membuang muka. Aldo tertawa puas, berhasil menggoda sahabatnya itu.

























📍 Jakarta.

Suasana hening, berselimut tegang menemani dua keluarga pembisnis yang tengah berkumpul di satu ruang tamu yang besar bersama.

" Apa yang kau ingin sampaikan, Gracio? " Tanya Kakek Shani.

" Aku hanya ingin menyampaikan, bahwa aku ingin bertunangan dengan Shani segera " Jawab Gracio.

Devano hanya menghembuskan nafas kasarnya, ia memijat kening nya pelan.

" Sudah aku bilang, Gracio. Jika kau ingin itu, tunggu Shani pulang dulu" Ucap Devano.

" Menunggu Shani sangat lama, Om. Gracio ingin mempersiapkan dari sekarang, agar saat nanti Shani pulang kita berdua langsung tunangan " Jawab Gracio.

" Bukankah itu terlalu cepat, nak? " Tanya Kakek Shani.

" Kau sudah menjalin hubungan dengan Shani sangat lama, pasti kau hafal bagaimana sifat Shani. Jika masalah seperti ini, kakek ataupun devano tidak berani ikut campur " Lanjut Kakek Shani.

" Di karena kan, dari kecil kita sudah terus menuntut Shani untuk menjadi apa yang ia kita mau. Dan jika masalah pasangan, kita serahkan dia" Sambung Devano.

Gracio menghela nafas panjang nya. Mengusap wajah nya dengan kasar. Nyonya Devide mengusap punggung anak laki-laki nya itu, menenangkan nya.

Setelah perdebatan itu, Gracio berpamitan untuk ke toilet. Sesampainya di toilet ia menatap dirinya dari cermin.

" Kalo gini caranya, aku bisa gagal dapetin uang satu triliun dan aku gagal mendapatkan projek emas itu" Monolog Gracio.

" Kapan kamu pulang, Shani" Monolog Gracio.

Gracio merogoh sakunya, mengambil benda pipih lalu menekan nomor seseorang disana. Gracio mendapatkan benda itu ke telinganya.

" Halo "

" Ada ada, Gracio? "

" Tidak bisakah engkau memperpanjang kesempatan ku untuk mendapatkan uang dan projek itu? "

" Tidak bisa, Gracio. Banyak yang menginginkan proyek dan uang ini, cepat lah lamar kekasihmu dan kau bisa mendapatkan uang dan proyek ini"

" Jika kau menikah dengan Kekasih mu, perusahaan kita bisa melonjak semakin tinggi. Perlu di ingat, kekasih mu itu terkenal, jika kau menikah dengan nya, akan banyak perusahaan perusahaan dari luar negeri ataupun dalam negeri yang bisa bekerja sama dengan kita. Jika mereka kerja sama dengan kita, kita akan kaya"

" Sangat menguntungkan sekali"

" Ck, aku tau itu. Tapi, masalahnya sekarang kekasihku ada di papua, maka dari itu Perpanjanglah sedikit "

" Haish, kau ini. Yasudah, yasudah, akan ku perpanjang untuk terakhir kali nya, mengerti? "

" Oke, aku mengerti"

Telfon keduanya terputus, Gracio mengirimkan beberapa pesan ke Shani untuk segera pulang. Walaupun pada ujungnya tak di jawab oleh Shani, di jawab pun hanya beberapa chat saja.

" Jika bukan karena proyek dan uang itu, sudah aku tinggalkan Shani ini" Monolog Gracio.

Gracio menyimpan kembali handphone nya, merapikan rambut serta jas yang ia kenakan. Kemudian ia berjalan menuju ruang tamu, kembali berkumpul bersama yang lain.





























waduh..

VOTE
[27/10/23]

𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐀 𝐃𝐔𝐀 𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 [𝑬𝑵𝑫] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang