Bab 17.

2.2K 246 10
                                    

Hello!










ANTARA DUA CINTA










Sinar rembulan bersinar  sangat terang, menyinari beberapa sudut perkotaan yang tak banyak lampu penerangan sama seperti di kota. Di langit malam yang indah nan terang, bulan dan bintang ikut menyinari dan menghiasi langit malam. Angin malam berhembus mengenai anak rambut sang perwira muda yang tengah duduk sendiri di jendela.

Menatap langit malam dan lapangan hijau yang nampak sepi dan hanya ada beberapa lampu saja yang menyinari. Daniel Bimantara terdiam, membiarkan angin mengacak acak anak rambutnya. Daniel mengedarkan pandangan, pandangan nya tertuju kepada sebuah sapu tangan yang tergeletak di meja Daniel. Kemudian, ia beranjak dari jendela dan maju beberapa langkah untuk meraih sapu tangan tersebut.

Daniel menatap lamat lamat sapu tangan milik nya, nampak di sana terdapat bercak lipstick dan bedak. Sapu tangan ini, Daniel berikan kepada Shani kala Shani merasa kepanasan dan berkeringat saat berada di Papua. Daniel kembali mendudukkan dirinya di Jendela, masih menatap sapu tangan tersebut, sesekali ia mendekat kan sapu tangan tersebut ke indra penciuman nya.

Beberapa detik setelah itu, aroma vanilla menusuk ke arah indra penciuman Daniel, ia sangat kenal dan aroma ini. lalu, Daniel tersenyum pikiran nya kini di penuhi oleh sesosok Dokter Shani Indira, seorang wanita yang ia temui di tanah Papua kala itu. Beberapa kenangan dan moment manis terekam ulang di otak Daniel bak seperti menonton ulang sebuah film.

Mendadak pipi Daniel memerah, kala mengingat Aldo dan rekan rekannya yang terus saja menggoda dia saat berdekatan dengan Dokter Shani. Daniel terkekeh kecil. Daniel terus terjerumus masuk ke dalam dunianya, sehingga sebuah notifikasi dari benda pipih yang ia taruh di meja berbunyi.

Daniel menggerutu. Perlahan turun dari jendela, dan kembali menghampiri meja kerja miliknya. Mengambil benda pipih berwarna hitam tersebut, dan mengangkat telfon tersebut tanpa melihat siapa yang menelfon.

" Halo? " - Tanya Daniel.

" Halo, maaf Letnan. Apakah saya ganggu? " - Ujar Seseorang di seberang sana.

Daniel membulatkan matanya, menjauhkan benda pipih itu dari indra pendengaran dan memeriksa Siapakah yang menelfon nya. Rasa gugup dan grogi kembali menyerang Daniel, kala ia tau siapa yang menghubungi nya.

" Oh, tidak menganggu, Dokter. Ada apa?" Jawab Daniel, kala sudah kembali mendekatkan benda pipih tersebut ke inda pendengarannya.

" Mohon maaf, Letnan. Bisakah engkau membantu ku? mobil ku mogok, tempat nya tak jauh dari perumahan mu, apakah engkau bisa menolongi ku? " Tanya Shani hati-hati.

" Tentu saja bisa, aku akan segera kesana. Silahkan dokter kirim posisi dokter ya, saya kesana" Jawab Daniel.

Shani hanya menjawab dengan singkat, kemudian telfon tertutup begitu saja. Usai menerima telfon dari Shani, Daniel langsung bergegas bersiap untuk menghampiri Shani. Menyimpan handphone, mengambil jaket dan menaiki motor kesayangan nya itu. Sebelum Daniel melanjutkan perjalanan, ia terlebih dahulu memeriksa posisi keberadaan Shani, kemudian Daniel kembali menyimpan handphone dan menyusul keberadaan Shani.















Raut wajah panik dan khawatir tercetak secara jelas di wajah cantik milik Shani. Ia terus mondar mandir di depan mobil nya yang tengah mogok tersebut. Namun, kekhawatiran itu usai kala ia melihat dan mendengar sebuah motor yang mendekati nya. Shani berdoa semoga seseorang itu adalah Daniel, bukan orang lain.

𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐀 𝐃𝐔𝐀 𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 [𝑬𝑵𝑫] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang