Kelas sudah usai, kini Dinda dan Tata menunggu kelas berikutnya sambil touch up makeup mereka di mobil Tata. Eh ralat! Maksudnya yang touch up cuma Tata, kalau Dinda lagi mesam-mesem sambil menikmati coklat greentea yang diberikan oleh Putera. Sesekali dia mengambil selfi dan mengirimkannya kepada sang kekasih. Walaupun kelihatannya, Putera masih belum selesai bimbingan skripsi dengan dosennya.
"Ciee.. Apa gak terlalu manis sampe bikin diabetes tuh coklatnya?" Goda Tata pada Dinda sambil terus memulas bibirnya dengan lipstik Dior keluaran terbaru yang dipilhkan oleh Fashion stylist pribadinya khusus untuk dandanannya hari ini.
"Sialan! Lo ledekin aja terus gw!"
"Abisnya lo gak berhenti-berhenti senyum terus!"
"Orang emang enak kok coklatnya!"
"Halah!"
Melihat ketidakpercayaan dari Tata, Dinda hanya bisa tersenyum lebar, memancarkan kebahagiaannya.
"Tadi Putera cuma nitipin ini doang?"
"Iya, sama ini nih ngasih gw coklat sekotak!"
"Oh, itu coklat kesukaan dia tuh. Emang selalu nyetok di tas nya. Kata dia, dia gak bisa mikir kalau gak ada coklat."
"Ooh.. Kayaknya dia kasian deh sama gw, makanya sampe rela ngasih coklat kesukaan dia buat gw."
"Kasian kenapa? Lo kenapa?" Tanya Dinda khawatir.
"Tadi gw abis dimaki-maki sama si brengsek William!"
"HAH? KOK BISA?"
"Iya, dia nyamperin gw sampe ke kelas. Padahal gw udah sengaja jalan 1 jam sebelum kelas mulai. Eh malah dia ternyata ngikutin gw! Terus mohon-mohon minta dikasih kesempatan kedua! Ya gw ogah lah! Jelas-jelas dia jalan sama cewek lain! Dia kira dia udah oke banget gitu? Dih gak tau diri! Gw nyesel banget pernah jalan sama dia!"
"Terus? Dia ngomong apa waktu lo tolak?"
"Ya dia bilang kalau gw gak pantes buat dicintai dengan tulus! Dia bilang gak akan ada cowok yang sayang sama gw dengan tulus! Cih! Dia kira gw gak tau? Gw juga udah tau kalau semua cowok di dunia ini gak ada yang tulus! Semuanya brengsek!"
Mendengar itu sebenarnya Dinda merasa sedih karena sahabatnya harus menerima perkataan menyakitkan seperti itu apalagi dari seseorang yang kelakuannya brengsek. Dia khawatir kalau kebencian dan rasa skeptis Tata terhadap laki-laki semakin besar karena pristiwa itu.
"Kurang ajar! Itu cowok yang keliatan licin banget itu kan?"
"Iya!"
"Najis! Gw kira dia homo, tapi ternyata playboy?"
"Ya kan? Mirip sama banci kan penampilannya?"
"Tapi kemaren lo gw bilangin jangan deket-deket sama tuh cowok, malah tetep nekat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Lãng mạnSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...