"Ini gila Mas! Gila!" Putera beberapa kali meninju kursi kayu di halaman belakang teras rumah mereka.Setelah mendengar kenyataan pahit dan mengejutkan dari kedua orangtua nya, kedua kakak beradik ini memilih menghabiskan waktu berdua di taman belakang rumah mereka. Mahen seongaja menyuruh istrinya untuk tidur terlebih dahulu karena dia ingin berbicara secara empat mata dengan adiknya.
"Iya Put, Mas Mahen paham. Lo pasti pengen ngamuk dan menolak semua ini kan?" Saat sedang tidak ada Ayah dan Ibu, kedua kakak adik ini lebih suka menggunakan bahasa yang lebih santai.. Bahkan Mas Mahen yang mengajarkan Putera untuk berbicara "gw - lo" agar gaya bahasa mereka lebih terdengar luwes, seperti pergaulan di Jakarta pada umumnya.
"Gw gak bisa Mas! Gw gak bisa ngecewain Ayah sama Ibu."
"Hubungan lo sama Dinda gimana memang sekarang?"
"Hubungan gw sama Dinda baik-baik aja Mas, malah semakin kuat."
"Apa, mau Mas bantu omongin ke Ayah sama Ibu kalau lo sebenarnya sudah punya calon?
"Jangan Mas, kondisi Ayah jadi lebih baikan karena beliau senang dengan perjodohan ini. Kalau sampai gw berulah, lalu Ayah sakitnya tambah parah, gimana? Apa gw sanggup menanggung rasa bersalahnya?"
"Tapi gimana sama perasaan lo dan Dinda?"
Putera tak bisa menjawab apa-apa, dia hanya diam dan mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sendiri pun tak tahu jawaban dari pertanyaan nya itu.
"Mas Mahen saja bisa menuruti permintaan Ayah dan Ibu untuk dijodohkan dengan Mbak Kirana, berarti gw juga harus bisa."
"Jangan jadikan gw sebagai patokan hidup lo. Lagipula, sekarang kondisi lo sama gw saat itu, beda banget Put. Lo punya seseorang yang harus lo jaga perasaannya."
Putera tertunduk. Kalau tidak malu, rasanya dia ingin sekali menangis. Bagaimana dia bisa mengatakan semuanya pada Dinda? Mengatakan kalau hubungan mereka harus berakhir! Mengatakan kalau dirinya akan dijodohkan dan menikah dengan orang lain! Dan orang lain itu adalah sabahatnya sendiri!
"Put, Gw kenal Tata. Gw tau gimana dia selama ini. Apa lo yakin bakal nikah dan menghabiskan seumur hidup dengan dia?"
"Gak Mas, gw belum mikirin sampe situ. Gw mikirin gimana menghadapi hari esok aja rasanya gw gak mampu!"
"Kenapa harus begini ya Mas nasib gw? Sebenarnya gw udah pasrah mau dijodohkan sama siapa pun. Karena gw tau, ini takdir yang gak bisa gw bantah. Dan gw dan Dinda juga sebenarnya dari awal udah siap, kalau kita gak berakhir bersama." Ada jeda yang tercipta saat Putera menghela nafas panjang penuh kekecewaan "Tapi kenapa harus Tata? Ini akan sangat menyakitkan buat Dinda dan juga buat Tata! Gimana coba cara gw ngomong ini semua ke Dinda, Mas?"
"Saran gw, lo ketemu dulu sama Tata. Gw yakin dia pasti menolak perjodohan ini."
"Apa Tata udah tau soal perjodohan ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...