"Penerbangan kita ditunda jadi besok nih Ta, gimana kalau kita ngedate?""Hah?"
"Iya, ngedate. Kita belum pernah kan ngedate selama ini?"
"Udah gila ya kamu, Put? Kita abis ngelewatin badai Katarina kayak kemarin terus sekarang kamu tanpa rasa bersalah ajak aku ngedate? Emang boleh begitu?"
"Terus? Mau dipake nangis lagi hari ini?"
"Ya gak ngedate juga!"
"Dari pada kita di rumah doang, berduaan. Gak ngapa-ngapain, kan lebih bahaya?"
Tata terlihat keheranan dengan alasan yang lelaki itu berikan.
"Mumpung kita lagi gak di Jakarta, gak takut ketemu sama siapapun, gak takut digosipin sama siapapun, ya kan?"
"Lagipula selama kita bareng-bareng menjalani komitmen ini, kita kan belum pernah pergi keluar berdua buat ngabisin waktu kayak pasangan-pasangan normal lainnya."
"Emang harus?" Tanya Tata
"Ya, seenggaknya biar nanti kalau udah nikah kita punya cerita ke anak cucu kita kalau dulu kita pernah ngedate romantis di sini. Ibu aja sampai sekarang masih suka cerita pengalaman pertama diajak ngedate sama Ayah, padahal cuma keliling Yogya. Tapi Ibu seneng dan bangga banget ceritain momen itu berulang-ulang ke aku dan Mas Mahen. Kita gak mau kayak gitu?" Putera semakin mendekatkan dirinya pada Tata dan matanya membesar seolah sedang memohon ke pada wanita di depannya ini.
"Jadi kita harus ngedate nih?"
"Kalo menurut aku sih gitu, lagian hidup itu tetap harus dijalani dengan sepenuh hati Ta, walaupun abis hujan badai. Tapi tetep aja kita punya pilihan, kan? Mau meratapi badai yang sudah berlalu atau bergembira dengan genangan air yang masih tersisa?"
"Jadi gapapa nih kalau kita seneng-seneng? Sedangkan aku gak tau gimana sekarang keadaan Dinda? Sama siapa dia sekarang dan dimana?"
Putera tersenyum "tenang aja, Dinda gak sendirian kok."
"Tau dari mana?" Tanya Tata penuh selidik.
"Aku ke sini sama Raka kemarin." Bisa-bisanya dia menjawab hal ini dengan santai.
"HAH?" Wajah Tata kaget bukan main.
"Iya, aku sengaja ajak dia karena aku rasa Dinda pasti butuh seseorang untuk ada di sampingnya."
"Gila ya kamu!" Tata mengumpat dengan mata yang mendelik tak habis pikir! "Kok seneng banget sih nyakitin diri sendiri?"
"Maksudnya?"
"Ya mana ada sih di dunia ini cowok yang membawakan seorang pria lain untuk perempuan yang dia cintai, kalau bukan karena cowok itu gila!"
"Aku waras Ta, aku masih waras. Justru karena aku waras makanya aku bawa Raka ke sini. Karena aku gak mungkin ada di sebelah Dinda. Karena itu bukan tugas aku lagi. Mau gimanapun perasaan aku atau Dinda, itu udah gak begitu penting lagi, karena sekarang kita berdua udah punya seseorang yang harus kita jaga."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...