Heart to Heart

1.1K 62 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


---------------------------------

Hai semuanya!
Akhirnya aku bisa update lagi 😭😭😭
Semoga masih pada inget ya cerita yang bab lalu, karena ini masih satu latar tempat dan waktu. Kalo lupa, silahkan baca dulu yang sebelumnya ya.

Selamat menikmati malam minggu bersama Aurora!


------------------------------------


"Perasaan aku?" Tanya Putera pada Tata. Sebenarnya hal ini lebih seperti penegasan. Apakah benar Tata memintanya mengutarakan perasaannya terhadap apa yang baru saja terjadi di depan mereka? Apakah Tata memintanya mengungkapkan bagaimana perasaannya setelah mendengar Dinda mengatakan kalau dia akan bertunangan dengan Raka? Apakah Putera diminta menanggapi mata berbinar dan senyuman malu-malu Dinda saat wanita itu mengungkapkan perasaannya pada Raka?

Permintaan Tata itu tentu saja sangat berat bagi Putera. Dia diminta mengungkapkan bagaimana perasaannya di depan mantan kekasih dan calon istrinya, laki-laki mana yang tidak gemetar jika dihadapkan dengan situasi serba salah begini? Ibaratnya, dia sedang berjalan di atas padang ranjau, dimana satu saja pergerakan yang salah akan menghancurkannya menjadi berkeping-keping.

Tata mengangguk dengan wajahnya yang seolah memohon. Apalagi mata semua orang di ruangan meeting yang tidak terlalu besar itu, kini menatap ke arahnya. Seolah menagih hutang yang tidak pernah dia buat.

"Perasaan aku.. Jujur aku bangga banget sama Dinda." Kini untuk pertama kalinya, secara terang-terangan, Putera memberanikan diri menatap mata seorang perempuan yang pasti sudah banyak dia lukai.

Dinda pun untuk pertama kalinya menatap secara terang-terangan mata lelaki yang sudah membuat satu tahun hidupnya kemarin dipenuhi air mata. Putera mengawali sebuah senyuman yang sangat tipis, tatapannya juga menghangat. Dinda yang seperti tahu arti dari tatapan dan senyuman itu, membalas hal yang sama.

"Aku gak pernah terpikirkan kalau akhirnya kita ada di titik ini, Din."

Rasanya hati Dinda kembali ngilu, satu kalimat dari Putera barusan seperti sebuah kunci yang membuka tumpukkan memori yang tersimpan di antara mereka. Tentang bagaimana hubungan mereka dimulai sampai bagaimana akhirnya mereka sampai di meja ini.

"Aku gak pernah menyangka kalau ternyata kita berdua sekuat ini, terutama kamu." Senyuman terlihat semakin melebar di bibir Putera. Tatapannya mengisyartakan rasa bangga yang teramat.

"Saat kita berpisah, kita sama-sama berjanji untuk kuat dan tidak akan menoleh ke belakang lagi. Sekarang kita berdua benar-benar membuktikannya. Aku bangga banget sama kamu, Dinda. Aku juga bangga sama diri aku sendiri. Kita menang! Kita menang dalam melawan rasa sakit hati kita."

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang