Anomali 🔞

904 38 10
                                    

Tata sedang berada di ruangan kerjanya yang berada di lantai 27 suatu gedung pencakar langit di daerah Jakarta Barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tata sedang berada di ruangan kerjanya yang berada di lantai 27 suatu gedung pencakar langit di daerah Jakarta Barat. Cahaya matahari masuk dengan leluasa di ruangan yang sepenuhnya berdindingkan kaca itu. Untungnya kaca yang digunakan di gedung itu terbuat dari kaca khusus yang bisa meredam panasnya terik matahari yang masuk ke dalam ruangan-ruangan di sana. Jadi sejuknya AC masih bisa dirasakan oleh Tata tanpa terganggu dengan sangatan panas matahari dari luar.

Di depannya ada beberapa lembar kertas invoice, bukti tayang dan PO yang harus dia tandatangani sebagai seorang pemimpin di perusahaan publisher. Tapi kini tangannya sedang berhenti memeriksa lembaran-lembaran kertas A4 itu, karena ingatannya tiba-tiba teringat akan pesan singkat dari Dinda yang mengatakan bahwa Putera sudah memberikan izin kepada Raka untuk mendekati Dinda. Mengapa kaki-laki yang katanya sangat mencintai Dinda, bisa melakukan hal itu? Mereka saja baru lima bulan berpisah, apakah mungkin secepat itu bagi Putera untuk bisa melepaskan Dinda? Dan apakah ini ada hubungannya dengan kejadian ciuman pertama mereka?
Well, sebenarnya bagi Tata ciuman Putera sangatlah payah!

Sejak kejadian di hari itu sampai dengan sekarang, belum ada interaksi apapun di antara mereka berdua. Hari itu saat Putera pergi meninggalkannya, dia terlihat sangat kecewa dan mungkin marah? Ingatan Tata kembali melanglang buana, tepatnya pada kenangan beberapa hari yang lalu saat bibir mereka akhirnya bersentuhan. Tidak ada semu merah atau senyum malu-malu yang terukir di bibir gadis itu saat mengingatnya. Malahan hatinya menjadi dongkol. Setelah ciuman pertama mereka itu, keduanya malah bertengkar! Pertengkaran pertama yang benar-benar membuat seorang Putera kehilangan kesabarannya. Tata pun masih tidak mengerti bagian mana yang membuat lelaki itu begitu marah? Bukankah seharusnya dirinya sebagai seorang perempuan yang lebih dirugikan? Jadi harusnya dirinya dong yang marah? Bukan Putera! Coba kita runut lagi ke belakang tentang apa yang sebenarnya terjadi hari itu.

Flashback on..

Putera meraih tengkuk Tata dan perlahan menarik wajah sang gadis semakin mendekat dengan wajahnya. Lelaki itu bahkan secara baik-baik meminta izin untuk "mencicipi" bibirnya! Dan sebelum Tata sempat berkata iya, Putera sudah keburu mengecup bibirnya dengan sangat lembut. Selembut lip balm Chanel Hydra beauty yang merupakan salah satu favoritnya.

Lalu, hanya satu kali kecupan ringan dan Putera melepaskan kecupan itu. Dia menatap mata Tata seolah mencari persetujuan dari wanita itu untuk melanjutkan kegiatan mereka. Tata hanya diam, dia terhipnotis dengan semua sentuhan lembut Putera. Gadis itu pun tidak menyangka kalau sentuhan lembut tanpa tuntutan sama sekali ini mampu membuat perutnya dipenuhi kupu-kupu. Tidak pernah ada lelaki yang selembut ini mengecupnya, biasanya mereka akan sangat bersemangat hingga Tata kehabisan nafas dan meronta-ronta minta berhenti. Tapi lelaki satu ini berbeda! Kecupan ini seperti bebas dari nafsu. Bukan juga sebuah kecupan yang penuh candaan. Kecupan ini begitu serius dan tulus. Tulus? Tata saja sampai merinding saat otaknya tiba-tiba memilih kata itu untuk menggambarkan ciuman dari Putera.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang