"Lo kenapa bisa di sini Put?" Tanya Tata setelah lelaki brengsek bernama Edwin itu pergi dengan mobilnya yang berwarna merah menyala.
Putera tersenyum geli bahkan hampir tertawa sambil memperhatikan mobil Edwin yang hampir membuatnya sakit mata. "Kok bisa sih Ta, lo suka sama laki-laki dengan warna mobil semerah itu?"
"Sialan!" Dengus Tata dengan kesal, tapi kalau dipikir-pikir memang selera lelaki itu buruk juga. "Gw gak suka ya sama dia!"
"For sure? Ini apa?" Putera menyapukan pandangannya dari kepala hingga ke ujung kaki gadis itu.
"Kenapa? Penampilan gw aneh ya?" Jujur saja Tata tidak percaya diri dengan penampilannya sekarang. Ini bukan dirinya, ini seperti orang lain!
"Coba lo tanya sama diri lo sendiri. Lo nyaman gak berpakaian begini? Kalau nyaman, pasti akan terpancar dari pembawaan lo."
Tata merenungi pertanyaan dari Putera dan sepertinya benar, dia tidak nyaman. Gadis itu semakin menunduk dan merasa sangat bodoh akan semua tindakannya itu. Menyedihkan sekali ya dirinya ini? Sudah berubah habis-habisan demi cowok yang dia anggap bisa menjadi calon suaminya, malah harus menerima kenyataan yang pahit seperti ini. Buat perempuan, semua ucapan Edwin tadi tentang dirinya adalah hal yang paling menyakitkan. Label sebagai anak konglomerat yang tidak layak dinikahi semakin tercetak besar di wajahnya.
"Lo bagus kok pake baju yang sopan begini, tapi akan lebih bagus kalau semua ini memang keinginan lo Ta. Bukan karena orang lain, apalagi karena laki-laki."
"Gw menyedihkan banget ya Put?" Tanya gadis itu dengan suara bergetar.
Putera merasa perihatin saat melihat gadis itu hampir menangis. Gadis yang biasa dia lihat paling ceria, ramah dan sedikit bandel itu, kini tertunduk malu dan pasti hatinya juga terluka dengan semua omongan sampah dari Edwin.
"Ayo kita masuk Ta." Putera coba meraih lengan Tata dengan lembut.
"Enggak Put, gw gak mau masuk." Gadis itu melepaskan tangan Putera dari lengannya.
"Kenapa?"
"Gw gak mau ketemu Papi sama Ibu tiri gw!"
"Terus mau kemana?"
Tata menggeleng "udah sana lo pulang, pertunjukannya udah selesai."
"Pertunjukan apaan?"
"Lo ke sini pasti disuruh Papi kan?"
"Iya, katanya mau ada yang diomongin."
"Bukan ada yang mau diomongin, tapi Papi pengen mempermalukan gw dan Edwin di depan lo. Makanya dia minta lo dateng buat nonton!"
Putera terkejut dengan pernyataan yang Tata lontarkan. Apakah memang seperti itu? Apakah Papinya Tata sengaja mengundangnya datang di saat Edwin juga datang? Kalo benar, sepertinya ayah dan anak ini sama gilanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...