Putera melihat dari kejauhan sosok Joddy Adhisusilo sedang duduk termenung di kursi taman yang menghadap ke arah kolam ikan koi dengan ditemani kesunyian. Temaram cahaya di sana menyamarkan bagaimana ekspresi dari sang tuan rumah. Kalau dilihat hanya dari gestur nya saja, Putera bisa menduga kalau beliau sepertinya masih sangat sedih. Ada sedikit ragu dan perasaan takut mengganggu kesendirian beliau saat Putera hendak mendekatinya. Tapi bagaimanapun, dia sudah berjanji ke Tata akan memberikan teh buatannya ke Papi nya itu. Dengan langkah yang sangat hati-hati, akhirnya lelaki itu memberanikan dirinya untuk menghampiri sang calon mertua.
"Permisi Om, maaf kalau saya mengganggu. Tapi saya cuma mau nganterin teh buat Om." Ucapan Putera terdengar sangat hati-hati dan pelan.
Joddy yang tadi menatap kolam ikan dengan tatapan kosong dan air mata yang terus merembes di pipinya, kini menoleh ke arah sumber suara sambil mencoba mengelap pipinya yang basah.
"Terimakasih Putera, tapi maaf Om tidak haus dan Om sedang tidak ingin diganggu." Pandangan lelaki itu kembali ke arah kolam ikan kesayangannya.
"Tapi, ini teh buatan Renata, Om."
Joddy kembali menoleh ke arah Putera dengan tidak percaya.
"Iya Om, ini Renata sendiri yang buat. Tapi tenang aja, bagian nuangin air panasnya saya kok, Om. Jadi anak Om aman." Putera sedikit bercanda agar bisa mencairkan suasana barang sedikit saja. Setidaknya teh ini bisa diterima, syukur-syukur kalau Papinya Tata mau dia ajak bicara.
Joddy masih terdiam sambil menatap cangkir yang Putera bawa ditangannya.
"Katanya ini sebagai permintaan maaf dari Tata, Om. Memang agak sulit dipercaya sih, tapi beneran ini dia buat sendiri. Katanya Om Joddy suka banget sama Cinamon Tea, kan?"
"Dia tau hal itu?" Ada sedikit nada keterkejutan di sana.
Putera mengangguk.
"Jadi, tolong diminum ya Om. Nanti anaknya aku bujuk ke sini biar minta maaf langsung." Putera dengan sangat hati-hati meletakkan cangkir teh yang beraroma Cinamon itu di atas meja yang berada di depan Joddy.
"Gak usah, meminta seorang perempuan untuk minta maaf itu adalah hal percuma. Apalagi perempuan itu adalah Renata."
"Maaf Om, tapi Om salah. Anak gadis Om itu sangat fasih dalam mengatakan kata maaf. Bandel-bandel begitu, tapi hatinya sangat besar Om."
"Oh ya? Saya belum pernah mendengar dia minta maaf."
"Dia bahkan selalu minta maaf akan sesuatu yang sebenarnya bukan salah dia." Ada sedikit senyuman miris di bibir Putera.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...