Hari keberangkatan Dinda untuk mengambil kuliah S2 nya di UCLA, California, akhirnya tiba. Hanya selang satu minggu dari hari pertemuan antara Dinda, Tata, Gisel dan Meta yang penuh air mata. Dan total sudah lebih dari dua minggu Putera dan Dinda tidak melakukan kontak sama sekali. Mereka berdua sama-sama bertahan sekuat tenaga menahan rasa kehilangan dan kerinduan yang menyiksa. Semuanya agar perjuangan mereka yang sudah gila-gilaan itu tidak terbuang sia-sia.
Putus cinta nyatanya sebuah hal yang sangat berat untuk dilewati, bahkan untuk dua orang yang sudah sama-sama dewasa. Pengalaman dan umur, tidak menjamin tingkat ketahanan seorang menahan rasa sakit. Buktinya, Putera masih menggantungkan rasa tenangnya pada nikotin dan alkohol. Sedangkan Dinda, perempuan cantik itu memilih mengalihkan rasa patah hatinya dengan hal yang lebih positif, yaitu olahraga. Entah itu trade mill, joging pagi-pagi keliling apartemen atau yoga.
Apapun, asal energinya bisa habis dan dia bisa tidur karena kelelahan.Dinda berdiri dengan resah di luar ruangan VIP lounge yang disediakan khusus untuk para penumpang VIP private jet di bandara Halim Perdana Kusuma. Matanya seperti sedang mencari-cari seseorang, mungkin kau dia mencari Gisel? Atau yang lain? Satu-satunya yang belum datang dari ketiga sahabatnya dan keluarganya adalah, Gisel. Dia masih terjebak macet di daerah Cawang lima menit yang lalu saat dia mengabari Dinda.
Sesuai rencana, Dinda akan berangkat dengan diantar oleh Meta, menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Karim. Meta dari tadi sudah standby di samping Dinda sambil mencoba menenangkan sahabatnya itu. Meta tahu kalau yang Dinda cari-cari bukanlah Gisel, melainkan Putera.
Dengan sedikit berlari Gisel terlihat melambaikan tangan kepada sekumpulan orang yang dari tadi sudah menunggu dirinya. Di belakang gadis itu ada Arga yang juga ikut mengantar sang istri. Saat melihat sosok Arga, hati Dinda tiba-tiba merasa sedih. Biasanya dimana ada Arga maka disitu juga ada Putera. Tapi sekarang, sosok itu tidak ada bersama Arga.
"Sorry ya gw telat!" Gisel langsung memeluk Dinda dengan sangat erat. Dinda membalas pelukan itu dengan tak kalah erat.
"Din.. Sorry telat ya Din! Padahal bawa mobilnya udah ngebut banget!" Arga ikut memberikan pelukan kepada gadis yang terlihat memandanginya dengan tatapan sedih. Semua orang bisa menangkap hal itu, terutama Tata. Gadis yang dari tadi hanya diam di sebelah Dinda itu seperti menyadari kalau Dinda menunggu seseorang. Bukan Gisel atau Arga. Tapi, Putera! Dinda seolah berharap sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan Jakarta dan semua Kenangannya, dia bisa memeluk Putera untuk terakhir kalinya.
Namun sepertinya, harapannya itu tidak akan pernah terwujud. Sampai sekarang Putera tak juga datang. Padahal lelaki itu pasti tahu kalau hari ini dirinya akan berangkat ke US. Mungkin Putera memang sengaja tidka mau membuka celah sedikit pun di antara mereka. Dia tidak mau memberikan harpana sedikit pun bagi hubungan mereka yang sudah kandas. Selesai!
Mata Dinda masih terlihat mencari-cari keberadaan Putera. Di dalam sudut hatinya yang terdalam, dia yakin kalau Putera pasti masih punya sedikit saja kebaikan hati untuk sekali lagi membiarkan mereka berpisah dengan keadaan yang lebih rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...