Satu hari setelah kejadian memalukan di Kediaman Eyang nya Putera, Tata langsung pulang ke Jakarta dan sang Papi sudah menunggu di kantornya. Tujuannya sudah pasti adalah untuk memarahi anak gadisnya itu. Papi sudah menerima laporan dari bodyguard yang kemarin tentang kelakuan Tata sepanjang acara pertemuan itu. Bukan main malu dan marahnya Papi saat mendengar kabar itu. Beliau langsung menghubungi Ibu nya Putera dan meminta maaf sebesar-besarnya. Bahkan sebagai tanda permohonan maaf yang tulus Papi sampai mengirimkan hadiah lukisan dari seorang pelukis maestro lokal asal Jawa yang bernama Djoko Pekik. Diketahui bahwa Ibu Suri sangat suka dengan lukisan-lukisan karya Djoko Pekik yang kebanyakan bertemakan adat Jawa dan kemanusiaan. Belakangan ini nama Djoko Pekik sedang naik, karena lukisan-lukisannya yang berhasil terjual dengan harga miliaran Rupiah.Tata memasuki ruangan kerjanya dengan hati yang berdebar kencang. Walau sudah sebesar ini, dia tetap takut kalau Papinya sedang marah.
"Baru dateng kamu? Udah jam berapa ini?" Tanya Papi dengan dingin.
"Aku memang biasa dateng jam segini. Tim aku juga jam masuknya jam 9 kok." Jawab Tata berpura-pura berani.
"Ini sudah jam 9 lewat 20 menit Renata! Kamu ini gimana mau menyelamatkan bisnis milik Mami, kalau kamunya saja tidak disiplin!"
Tata hanya diam, dia juga tidak mau menatap wajah Papinya yang sekarang terlihat sangat kesal.
"Jadi, apa alasan kamu berbuat memalukan seperti itu di depan keluarga nya Putera?"
"Memalukan? Maksud Papi?"
"Papi sudah dapat minute of minute dari semua tingkah laku kamu di depan Eyangnya Putera! Kamu sadar gak sih? Beliau itu adalah orang yang sangat dihormati! Sultan saja kalau sama beliau akan hormat! Keterlaluan sekali kamu Tata! Apa kamu perlu Papi sekolahin tata krama lagi?"
Tata semakin menunduk, dia bahkan belum sempat duduk.
"Mulai dari hari ini, kamu pulang lagi ke rumah! Papi akan minta tolong ke Mama Belarosa buat mendidik kami menjadi perempuan yang beretika! Kamu selama ini terlalu bebas! Sampai-sampai tidak punya etika lagi!"
"Enggak Pi! Tata gak mau! Apa-apaan sih Papi? Tata gak mau pulang ke rumah itu! Itu bukan rumah buat Tata!"
"Terserah! Papi gak mau denger alasan apapun! Kamu tidak bisa menjaga kepercayaan Papi! Tingkah kamu masih seperti anak kecil! Memalukan!"
"Enggak! Pokoknya Tata gak mau tinggal di rumah itu!"
"Kalau kamu gak mau, maka vila peninggalan Mami kamu dan perusahaan kamu ini juga akan Papi jual!"
"Loh? Mana bisa begitu? Perusahaan dan vila Mami adalah hak aku! Aku pewarisnya secara resmi!"
"Iya, tapi semua akte dan sartulifikatnya masih atas nama Papi!"
Mendengar itu Tata yang basic nya tidak mengerti tentang hukum langsung kicep. Dia memang belum sepenuhnya percaya, tapi kalau apa yang dikatakan oleh Papinya itu benar, maka dia tidak rela kehilangan peninggalan Maminya yang sangat berharga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...