Di sinilah mereka bertiga sekarang, Tata, Putera dan Dinda. Ketiganya duduk di ruang tamu dengan ketegangan yang sangat tinggi. Putera duduk di sofa bagian tengah, Tata berada tidak jauh di sebelahnya sedangkan Dinda berada di sofa sebelah kanan. Ketiganya tertunduk meratapi nasib mereka masing-masing. Sesekali masih terdengar sesenggukan baik dari Tata maupun Dinda.
Putera sebagai pihak yang merasa paling bertanggung jawab dengan semua kekacauan ini berinisiatif memulai percakapan di antara mereka.
"Sebelumnya, aku mau ucapin terimakasih banyak sama kamu Din, karena sudah mau ketemu dan mendengarkan apa yang mau kita utarakan ke kamu."
Dinda hanya menunduk tanpa mampu membalas tatapan dari lelaki yang kini sedang melihat ke arahnya.
"Aku tau, mungkin kamu gak mau berlama-lama ketemu sama aku. Jadi mungkin akan lebih baik kalau, aku langsung saja menyampaikan apa yang ingin aku katakan." Kata-kata Putera terdengar canggung dan penuh kehati-hatian.
"Aku dateng ke sini karena aku ingin meminta maaf sama kamu Dinda. Aku minta maaf atas semua rasa sakit yang kamu rasakan. Aku juga minta maaf karena aku gak bisa berterus terang tentang siapa perempuan yang dijodohkan dengan aku." Putera menatap Dinda, menelaah setiap ekspresi dari wajah gadis itu. Tapi tidak ada yang lain yang dia temukan selain kepedihan.
"Aku di sini berbicara atas nama aku pribadi dan juga Tata. Kita berdua minta maaf sama kamu yang sebesar-besarnya."
Tata menoleh ke arah Putera dengan tatapan protes. Harusnya dia tidak perlu berbicara begitu di depan Dinda.
"Kalau dalam kisah ini harus ada orang yang disalahkan, maka orang itu adalah aku Din. Aku mengemban dosa yang paling besar di sini. Karena dari awal, Tata sudah berniat untuk mengatakan semuanya sama kamu, tapi aku yang larang."
"... "
"Aku yang minta Tata untuk menyembunyikan tentang perjodohan ini dari kamu."
"Kenapa gak jujur dari awal? Kenapa harus bohong dan membuat aku diposisi seperti orang bodoh begini?" Akhirnya Dinda berbicara, tapi gadis itu masih enggan menatap lawan bicaranya.
"Maaf Din, tapi aku takut kamu dan Tata gak siap kalau harus menghadapi semuanya saat itu juga. Apalagi kita habis putus."
"Aku lebih baik tau semuanya dari awal! Kalau kayak sekarang rasanya lebih sakit karena aku merasa dibohongi sama kalian berdua!"
Kalian bayangin! Aku nangis-nangis di depan kalian! Aku curhat semua tentang kamu ke Tata! Tapi ternyata Tata adalah orang yang akan kamu nikahi! Kamu bisa bayangin gak betapa bodohnya aku saat itu?"
Putera dan Tata hanya diam, mereka sepenuhnya merasa bersalah.
"Aku paham kalau aku dan kamu gak mungkin bersatu selamanya. Aku udah mulai terima kalau ternyata jodoh kamu adalah orang lain! Tapi kenapa harus Tata?" Gadis itu kembali terdengar menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...