Dunia berputar begitu cepat bagi seorang Renata. Baru saja beberapa jam dia merasakan bahagia, kini dia sudah dihadapkan oleh sebuah kebetulan yang sangat mengherankan. Bahkan kebetulan ini, akan membawanya pada sebuah rasa sakit dan puncak dilema.
Seharian ini, Tata merasa sangat bahagia. Karena dia bisa melihat album foto bahkan video mendiang Maminya. Mulai dari siang ke sore juga Tata tak pernah lepas dari Ibu, mereka melakukan banyak kegiatan bersama seperti membatik, mencoba beberapa gaun batik buatan Ibu, bahkan tadi Ibu sempat mengajarkannya membuat satu buah minuman tradisional kerajaan Yogyakarta, Bir Jawa. Putera malah lebih banyak diam di kamarnya, membiarkan kedua perempuan itu mengakrabkan diri. Dalam hati, Putera juga sedang bersiap, karena dia tahu sebentar lagi semuanya akan berubah dan menjadi kacau. Terutama pikirannya. Lelaki yang sebenarnya sudah beberapa bulan ini berhenti merokok itu, kini nekat diam-diam merokok di kamar mandi semi outdoor yang ada di dalam kamarnya. Dia butuh sesuatu yang bisa menengangkan sedikit saja pikirannya yang terus bergemuruh.
Seorang asisten perempuan mendekati Ibu dan membisikan sesuatu kepada wanita itu. Ibu yang saat itu sedang berada di halaman belakang bersama Tata, segera mengangguk dan tersenyum.
"Bapak udah di luar bersama tamu?" Tanya Ibu pada asisten itu.
"Nggih Kanjeng Ibu, Bapak sampun duduk bersama tamu."
"Kalau Putera?"
"Den Putera sudah dipanggil juga oleh asistennya."
"Nggih, baik, saya segera ke sana."
Tata yang hanya sesekali memperhatikan ke arah Ibu dan asistennya itu, selebihnya dia coba untuk tetap sibuk dengan hasil membatiknya yang masih setengah jadi. Dia tak mau terkesan kepo atau tidak sopan, kalau terus memperhatikan gerak-gerik Ibu.
"Nduk, ayo kita ke depan."
"Ke depan? Kita mau ngapain lagi nih Bu?" Tanya Tata dengan senyuman sumringah.
"Kita mau ngomongin hal penting." Jawab Ibu, dengan senyuman ramahnya.
"Hal penting? Hal penting apa Bu?"
"Nanti kamu juga tahu" Ibu mengelus rambut Tata yang tergerai panjang. "Ibu harap, Ibu haraaap sekali, kamu senang dengan apa yang nanti akan kita bicarakan."
"Bu, aku kok jadi takut ya, ada apa sih Bu?"
"Jangan takut sayang, kenapa musti takut? Di sini ada Ibu mu! Jadi jangan takut ya!"
Tata tersenyum sambil mengangguk. Dia begitu percaya pada Ibu dan dia juga tidak punya firasat buruk apa-apa.
"Ibu sudah mulai sayang sekali nduk sama kamu, Ibu berharap kita bisa seperti ini terus nanti sampe selama-lamanya!"
"Iya Bu, Tata juga sayang sekali sama Ibu. Makasih yaa udah mau jadi Ibu nya Tata! Tata dari dulu pengen sekali punya Ibu."
"Sini nduk!" Mata Ibu berkaca-kaca saat mendengarnya, kemudian perempuan paruh baya itu kembali menarik Tata dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
RomanceSelamat datang di kisah rumit antara Putera, Dinda dan Renata (Tata) yang akan membawa kita pada kenyataan pahit yang harus diterima oleh masing-masing dari mereka. Sudah mencoba sekuat tenaga melawan takdir, tapi tetap saja mereka berujung pada kep...