Bestie

492 30 7
                                    

Setelah pulang dari Yogyakarta, Tata langsung menghampiri Dinda di apartemennya Meta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah pulang dari Yogyakarta, Tata langsung menghampiri Dinda di apartemennya Meta. Hari ini bertepatan dengan hari ke sembilan setelah kandasnya hubungan antara Dinda dan Putera. Rasanya semuanya masih seperti mimpi buat Dinda. Hari-hari berganti dengan begitu saja tanpa ada rasa. Luka yang bersarang di hatinya seperti sudah mati rasa. Sesekali dia masih menangis saat ada sesuatu yang mengingatkan dia pada Putera.

Dan selama lima tahun terakhir, dia tidak pernah lepas dari Putera. Baru sekali ini dia tidak bertemu dengan pria itu lebih dari satu minggu. Ini sebuah rekor yang tidak disangka oleh Dinda. Dia kira, hidup tanpa Putera akan membuat semuanya berbeda. Tapi ternyata tidak, semuanya masih sama. Matahari tetap terbit dengan cerah di pagi hari. Jarum jam masih berdetak dengan ketukan yang sama. Penyanyi kesukaannya seperti Maliq and d'essential, Jungkook dan Arina Grande, masih menyanyikan lagu-lagu cinta yang manis. Perutnya masih lapar walaupun dia tidak nafsu makan. Dia juga ternyata masih bisa tidur, walau pun karena kelelahan menangis.

Untung Dinda merupakan seorang gadis yang memiliki tekad dan hati yang kuat. Jadi tidak ada drama merengek berkepanjangan yang gadis itu lakukan. Hanya tiga hari pertama dia menangis tanpa henti. Setelahnya dia sudah mulai mencoba berkegiatan dan menyiapkan kuliahnya. Sesekali gadis itu masih suka tiba-tiba diam dan menangis. Tapi untung ada Meta yang mendampinginya dan selalu memberikan kata-kata yang bisa membangkitkan semangatnya.

Hari sudah menjelang sore saat tiba-tiba Tata datang ke apartemen Meta. Dia datang dengan perasaan bersalah dan takut yang memuncak. Apakah dia akan siap menghadapi Dinda? Apakah dia bisa mengontrol dirinya di depan Dinda? Gadis itu berada di antara kebimbangan yang menyiksa. Di satu sisi dia ingin ada untuk Dinda saat gadis itu terpuruk. Tapi di satu sisi, dia seperti orang munafik!

Tata masih mematung di depan pintu apartemen Meta, dia bimbang. Apakah harus masuk atau pergi saja? Dia merasa tidak pantas mendapat sambutan atau pelukan dari Dinda. Tapi di lain sisi Dinda terus meminta bertemu dengan dirinya. Ditengah kebimbangan itu, tiba-tiba pintu apartemen terbuka!

"Woy! Lo ngapain bengong aja di depan pintu?" Kepala Meta muncul dari balik pintu. Rupanya dari tadi dia sudah melihat dari monitor akan keberadaan Tata di depan pintu.

"Ish Meta! Ngagetin aja lo!"

"Abisnya lo kayak orang linglung udah sepuluh menit di depan pintu gak masuk-masuk! Lupa lo password apart gw?"

"Gw.. Gw kelupaan beli oleh-oleh buat kalian, tadinya gw mau balik lagi ke mall sebelah."

"Gak usah! Gw lagi diet, terus si Dinda juga lagi gak nafsu makan. Ayo masuk! Dinda udah nanyain lo mulu."

Begitu memasuki ruangan apartemen yang sangat luas itu, Tata bisa melihat Dinda yang sepertinya sedang melakukan panggilan Video bersama seorang dari luar negeri. Mungkin dari kampusnya di California?

Tata memandangi Dinda dengan penuh rasa bersalah. Wajahnya masih terlihat sembab walaupun dia sedang tersenyum di panggilan telepon itu.

"Gimana keadaan Dinda, Met?" Tata berbisik.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang