Terbagi Dua

389 23 2
                                    

Jalanan Jakarta sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa kendaraan saja yang masih berlalu lalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jalanan Jakarta sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa kendaraan saja yang masih berlalu lalang. Tidak ada lagi suara klakson yang beradu, merahnya lampu rem yang memenuhi jalanan, dan asap kendaraan yang mengepul. Sepi, sang rembulan sedang mengambil alih untuk menimang jiwa-jiwa yang sudah lelah bekerja seharian.

Sepanjang perjalanan dari restauran menuju ke apartemen kedua gadis ini, Putera hanya ditemani suara racauan dari Dinda yang sedikit tipsy. Gadisnya ini, tadi merayunya untuk diperbolehkan meminum champagne khusus yang disediakan di hari ulang tahunnya. Dan Putera selalu lemah dengan rayuan dari Dinda.

Sedangkan Tata yang kini terbaring di bangku belakang, sudah tertidur pulas. Rupanya gadis ini tipe yang langsung tidur kalau sudah mabuk. Dia meringkuk dengan jaket hitam milik Putera yang menutupi bagian pahanya yang terbuka. Seperti biasa, gadis ini selalu menggunakan pakaian minim yang menguji iman setiap pria yang melihatnya.

Perasaan Putera campur aduk saat berada di satu tempat bersama dua wanita yang bisa dibilang sebagai tanggung jawabnya sekarang. Yang satu merupakan kekasihnya dan satu lagi wanita yang dijodohkan dengan dirinya. Walaupun mereka berdua belum bilang menerima perjodohan itu, tapi orangtua nya dan orangtua Tata sudah menitipkan gadis itu kepadanya.

Pertama-tama Putera mengantar Dinda dulu ke apartemennya dan meninggalkan Tata di mobilnya dengan posisi mobil yang masih menyala. Untungnya Dinda masih bisa berjalan walau Putera harus merangkulnya agar gadis itu bisa berjalan dengan benar sampai ke dalam kamarnya. Putera membaringkan Dinda di atas tempat tidurnya dan memastikan kalau sang kekasih sudah berada di posisi yang nyaman di dalam kamarnya. Setelah itu baru dia bergegas kembali ke mobilnya untuk menjemput Tata. Dengan setengah berlari dia buru-buru menuju ke parkiran, bagaimanapun ada sedikit kekhawatiran meninggalkan gadis seorang diri di tempat yang gelap dan sepi seperti basement apartemen mereka. Dengan perlahan dia buka pintu belakang mobilnya dan Tata masih meringkuk di dalam sana.

"Ta.. Bangun sebentar yuk! Kita pindah ke kamar lo." Ucap Putera pelan sambil menggoyangkan tubuh gadis itu dengan hati-hati. Tapi gadis itu tidak bergeming sama sekali.

"Taa.." Panggil Putera sekali lagi. Sampai empat kali dia coba, gadis itu masih tidak bergeming. Dia hanya merengek sebentar lalu tertidur lagi.

Dengan terpaksa, Putera harus menggendongnya menuju ke kamar yang berada di lantai paling atas gedung tersebut. Sebelum menggendongnya, Putera terlebih dahulu memakaikan jaket di pinggang Tata agar bisa menutupi hingga ke lututnya saat dia gendong nanti.

"Sorry ya Ta, gw gendong gini. Punten, permisi.." Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, Putera menggendong gadis  yang tubuhnya lebih mungil dari Dinda itu. Tata yang merasa terusik dari tidurnya sesekali merengek dengan suara yang tidak jelas. Tapi Putera tetap menggendongnya. Dia sandarkan kepala gadis itu pada dadanya agar lehernya jangan sampai terkulai kebelakang dan menyebabkan gadis itu kesakitan. Setelah dirasa Tata ada di posisi yang nyaman, barulah Putera berjalan dengan cepat menuju lift yang langsung bisa mengakses penthouse milik gadis itu.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang