Saat ini umur Lavisa berumur 16 tahun yang sekarang ini ia sedang menikmati masa SMAnya di sekolah milik keluarganya sendiri yaitu Ranindra International School. Sekolah ini berbasis International, jadi kepintaran Lavisa sendiri pun tidak diragukan. Sekarang ini ia sedang menikmati kelas 2 SMAnya yang menurut orang-orang sangat menyenangkan dan harus dilewati dengan senang hati sebelum naik ke kelas 3. Lavisa pun sangat senang jika ia pergi ke sekolah karena ia akan bertemu dengan teman-temannya yang ia anggap sudah menjadi keluarganya sendiri. Dibanding ketiga kakaknya, teman-teman Lavisa lebih mengenal dirinya.
Setiap pagi, Lavisa selalu membuka handphonenya terlebih dulu untuk melihat chat dari teman-temannya yang sedang bersiap-siap pergi ke sekolah. Ia pun langsung membangunkan dirinya dan segera mandi karena ia juga ingin pergi ke sekolah dengan cepat. Rutinitas di pagi hari Lavisa harus melewati sarapan bersama terlebih dulu dengan ketiga kakaknya. Meskipun mereka tidak seakrab dulu, makan bersama di pagi hari tidak boleh dilewatkan oleh siapapun. Hitung-hitung ia rindu bersama ketiga kakaknya, jadi ia tidak pernah melewatkan makan bersama di pagi hari.
Di depan ketiga kakaknya Lavisa memang tidak pernah melihat sosok manja ataupun kerinduannya terhadap ketiga kakaknya. Ia le bih memilih bersifat dingin serta cuek agar ketiga kakaknya tidak terbebani dengan si bungsu. Sebelum kedua orang tua mereka meninggal, Lavisa memang sosok yang manja bahkan suka menganggu ketiga kakaknya namun setelah kejadian kedua orang tuanya meninggal secara mendadak, Soya selalu mengatakan bahwa Lavisa tidak boleh manja dan harus mandiri karena ketiga kakaknya berusaha untuk menghidupi Lavisa dengan baik dengan cara mengejar mimpinya masing-masing agar apa yang Lavisa inginkan bisa terpenuhi. Kata-kata itulah yang selalu diingat Lavisa sampai saat ini.
Jika orang lain berumur 13 tahun bermanja dengan keluarganya, ia harus dipaksa mandiri karena ketiga kakaknya berusaha mengejar mimpi mereka agar hidup Lavisa terjamin. Sejujurnya Lavisa tidak mempermasalahkan hal itu, namun terkadang di lubuk hati Lavisa. Ia sangat ingin kakaknya lebih memberikan perhatian keadaan dirinya daripada uang bulanan yang selalu dikirim dengan nominal besar. Di dalam lubuk hati terdalam Lavisa, ia sangat menginginkan liburan atau sekedar berbincang di cafe ternama bersama ketiga kakaknya. Tapi hal itu tidak mungkin dilakukan karena ketiganya sangat sibuk.
Lavisa paham dengan kesibukkan kakaknya dan ia sangat senang jika Jennie dan Rose yang selalu menanyakan kabar tentang dirinya melalui chatnya atau bahkan sekedar menyemangati adiknya sekolah. Perhatian kecil yang diberikan oleh kedua kakaknya, sangat membuat ia terhibur dengan hal itu. Sosoknya yang sekarang tidak banyak menuntut kepada ketiga kakaknya, walaupun terkadang kakak pertamanya selalu menuntut kepada dirinya.
Tidak memakan waktu yang lama, si bungsu langsung turun ke bawah dan menuju ke tempat makan. Di sana sudah terdapat ketiga kakaknya yang menunggu dirinya. Ia langsung duduk di sebelah Jennie karena ia sangat suka jika ia diambili serta diperhatikan oleh Jennie. Kakaknya yang kedua ini memang sangat memperhatikan gizi untuk saudara-saudaranya. Salah satu tujuan Jennie menjadi dokter agar bisa menjaga kesehatan kakak serta adiknya.
"Pagii" Lavisa menyapa ketiga kakaknya yang disambut senyuman dari kedua kakaknya dan deheman dari si sulung.
Jennie langsung mengambil makanan untuk kedua adiknya dan disantap lahap oleh mereka semua.
"Kak Chu, aku check vitamin kakak ga habis-habis? Kakak ga minum obatnya ya?" Jennie menatap tajam Soya yang membuat hati Soya menciut.
Soya memang anak pertama di keluarganya namun jika sudah ditatap oleh adik keduanya dengan tatapan tajam dari mata kucingnya, ia sangat takut. Tidak hanya Soya, kedua adiknya pun sangat takut dengan tatapan Jennie yang mematikan. Menurut Lavisa, pasien Jennie bisa sembuh bukan karena Jennie yang hebat, namun karena tatapan Jennie yang membuat pasiennya mudah menurut.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
Fiksi PenggemarKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...