Sesampai di rumah Ranindra, Jennie langsung memarkirkan mobilnya di garasi dan masih melihat sang adik yang tertidur pulas. Beberapa kali Jennie menggoyangkan badan Lavisa namun tidurnya terlalu nyenyak sampai si bungsu tidak terbangun. Akhirnya ia meminta bodyguard yang ada di rumahnya untuk menggendong Lavisa dan membawanya ke dalam kamar. Soya yang ada di ruang tamu pun langsung menghampiri kamar Lavisa bersama Jennie.
"Anaknya pingsan apa tidur?" tanya Soya yang penasaran karena Lavisa benar-benar tidak bergerak
"Tidur kak, dia kecapekan" jawab Jennie yang membuat Soya tertawa
"Aku ke kamar dulu ya kak, mau mandi dulu habis dari luar" Jennie langsung meminta izin kepada Soya agar ia bisa membersihkan diri terlebih dulu.
Soya pun paham kalau adiknya ini memang paling menjaga kebersihan. Jadi hal yang biasa jika Jennie akan membersihkan badannya setelah berpergian darimanapun. Saat ini Soya lebih memilih untuk duduk di sebelah Lavisa yang ada di kasur. Ia mengelus kepala serta pipi sang adik dengan lembut. Bayangan masa lalu si muncul secara tiba-tiba di benak Soya. Adiknya yang satu ini, akan selalu mengikuti kemanapun ia berada. Lavisa memang lebih dekat dengan Soya daripada Jennie sewaktu kecil. Namun karena peristiwa meninggalnya kedua orang tua mereka. Hubungan Lavisa dan Soya menjadi sangat jauh.
Terkadang Soya ingin kembali ke masa lalu, dimana ia dan Lavisa menjadi akrab serta mengerti satu sama lain. Bukan seperti sekarang, jika keduanya berbicara pasti hanya debat yang terdengar. Lamunan Soya terpecah saat Lavisa yang tiba-tiba terbangun.
"Kak Chu" Lavisa mengeluarkan suara seraknya sambil mengeluarkan setetes air mata
"Kenapa La? Kamu sakit?" Soya sedikit menggunakan nada lembut sambil mengelus kepala sang adik
"Badanku sakit semua. Kak Nini mana?" Suntikkan yang diberikan Dokter Jaya memang mempunyai efek samping sedikit namun menurut Lavisa rasa yang ada di badannya ini sangat menyakitkan
"Nini lagi mandi dulu, nanti baru kesini" jawab Soya yang membuat Lavisa menganggukkan kepala
"Aku mau dipeluk sama kak Nini" Racauan Lavisa membuat hati Soya sedikit teriris. Dirinya ada di dekat Lavisa namun ia tetap memilih untuk memeluk Jennie
"Gamau dipeluk sama kakak aja?" Soya hanya bertanya dengan spontan. Karena ia ingin mendengar jawaban sang adik
"Bukan gamau, tapi kakak yang selalu bilang buat aku ga boleh manja. Jadi aku minta kak Nini aja yang peluk" Belum Soya menanggapi jawaban sang adik, Jennie sudah tiba di kamar Lavisa dengan memakai baju rumahan
"Kamu udah bangun? Ayok makan dulu. Kita belum makan loh daritadi" Jennie langsung berdiri di samping kasur Lavisa dan si bungsu langsung menarik tangan sang kakak
"Peluk dulu kak Nini. Badan aku pegel, sakit. Kakak harus tanggung jawab, karena kakak yang bawa aku check up" jawaban Lavisa membuat Jennie tertawa. Dengan sigap, Jennie langsung mengajak Lavisa untuk posisi duduk dan memeluknya dengan erat.
"Udah kakak peluk sama kakak elus, udah enakkan?" Perilaku Jennie serta Lavisa membuat Soya sediki iri namun ia tidak memperlihatkannya
"Lumayan, badannya enakkan" jawab Lavisa dengan tenang
"Yaudah kalo kayak gitu, ayok kita makan. Kalian kan belum makan" ajak Soya agar kedua adiknya bisa makan malam bersama.
Tanpa memakan waktu lama, Jennie serta Lavisa langsung mengikuti Soya dari belakang menuju ruang makan. Di saat mereka duduk di tempat masing-masing, ternyata Rose tepat waktu untuk mengikuti makan malam bersama. Sebenarnya ini tidak direncanakan namun hal seperti ini harus dijadikan suatu kebiasaan agar suasana di rumah ini kembali hidup.
![](https://img.wattpad.com/cover/357053784-288-k31910.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
FanficKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...