22 - Drop

1.7K 173 27
                                        

Setelah keempatnya menikmati jalan-jalan di hari sabtu, akhirnya mereka memutuskan untuk berada di rumah saja di hari minggu. Sebenarnya si bungsu ingin sekali untuk berpergian keluar lagi, namun melihat ketiga kakaknya yang tidak ingin keluar pun hanya bisa membuat dirinya pasrah saja.

"Gausah begitu mukanya" Jennie yang mengambil snack dari dapur pun langsung menegur Lavisa yang sedaritadi menunjukkan wajahnya sedang cemberut

"Emang kayak gini mukanya, mau aku apain lagi" jawab Lavisa dengan kesal

"Wah bisa-bisanya sama kak Nini pakai nada begitu" kata-kata Rose pun langsung menyadarkan Lavisa bahwa dirinya sudah berbuat salah karna menggunakan nada kesal kepada kakak keduanya

"Gapapa Si, paling nanti makan malam dia aku kasih salad sayur tanpa makanan lain. Biar aja makan sayur sampe muntah-muntah lagi" Jennie menjawabnya dengan santai dan langsung meletakkan snack yang ia buat ke meja yang ada di ruang tamu

"Jangan gitu, maafin aku" Lavisa langsung melemaskan badan serta suaranya dan mengambil tangan Jennie agar duduk di sebelahnya

"Kok suaranya gitu? Mana suara yang tadi? Bukannya tadi suaranya agak tinggi ya? Itu nadanya dimana sih Osi?" Rose langsung tertawa mendengar jawaban sang kakak

"Itu kayaknya kalau hak di E ya F sih ka, tinggi tuh buat cewek emang" Lavisa langsung menyenderkan badannya ke sofa sambil memainkan jarinya. Ia sekarang ini benar-benar tidak bisa membela dirinya sendiri

"Aku minta maaf, tapi aku udah bosan di rumah terus" bisik Lavisa yang masih terdengar Rose dan Jennie.

Di ruang tamu memang hanya ada Jennie, Rose serta Lavisa saja karena daritadi Soya berada di ruangan pribadinya. Ada pekerjaan mendadak yang harus ia kerjakan. Jadi ia tidak bisa bergabung dengan adik-adiknya,

"Makan aja snacknya, jangan sampai kesisa" Jennie langsung memberikan beberapa cake dan juice yang sudah ia sediakan untuk adik-adiknya

"Kakak, aku lebih suka snack yang asin daripada manis. Kalau chiki gitu-gitu emang gaada ya?" pertanyaan Lavisa membuat Jennie sedikit naik pitam

"Jangan sampe aku suruh kamu makan chiki sampai kamu radang, pas radang pun bakal aku suruh kamu makan chiki biar tahu kenapa aku sering ngelarang kamu makan chiki" Lavisa hanya menundukkan wajahnya dan ingin menangis, kakaknya kalau sudah seperti ini berarti benar-benar marah

"Udah La, makan aja yang udah disiapin kak Nini. Kak Nini udah masakkin kamu dan nyediain makanan pakai rasa sayang serta cinta masa kamu mau makanan lain. Itu artinya kamu selingkuh dari makanan kak Nini tahu La" tingkah dramatisir Rose kali ini membuat Lavisa makin bersalah

"Maafin aku kak Nini, ga bermaksud kayak gitu" Lavisa langsung mengambil snack yang disediakan oleh Jennie dengan lahap.

Tanpa Lavisa tahu kalau saat ini Jennie dan Rose sedang bertatapan sambil tersenyum. Mereka memang sengaja membuat Lavisa lebih merasa bersalah kalau sedang protes atau berbuat salah. Ketiga kakak Lavisa memang sengaja membuat Lavisa lebih bergantung kepada mereka dan untungnya si bungsu saat ini masih menerima aturan-aturan yang dikeluarkan oleh ketiga kakaknya.

"Kalian berdua yang akur, kakak mau ke tempat ka Chu dulu. Mau ngasih snack juga biar kak Chu ga kurus kering kayak Lavisa" celotehan Jennie membuat Lavisa mengerucutkan wajahnya. Selalu saja ia jadi bahan ledekkan untuk ketiga kakaknya.

Jennie secara mendadak langsung mendaratkan ciuman lembut kepada pipi Lavisa agar ia tidak terlalu mengambil hati bercandaan sang kakak. Lavisa yang selalu kaget dengan tingkah laku sang kakak pun hanya mampu terdiam karena ini adalah hal asing yang belum terbiasa ia terima.

"Dicium sama kakaknya aja langsung begitu, gimana nanti dicium sama cowok. Langsung pingsan kalik" kata Rose yang melihat Lavisa mendadak badannya tegang dan Lavisa tidak memberikan respon apa-apa

The DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang