Setelah selesai ke makam kedua orang tua mereka. Keempat saudara ini pun melanjutkan perjalanan mereka. Soya memang ingin pergi ke mall untuk mengajak ketiga saudarinya belanja dan makan. Walaupun ketiganya tidak terlalu akur namun kesukaan mereka tetap sama yaitu belanja.
Harus diakui Soya memang sedikit berbeda dengan ketiganya. Jika ada waktu luang, ia lebih memilih tidur di rumah atau bermain games daripada harus ke luar rumah dan berbelanja. Toh sekarang zaman sudah canggih, tinggal melihat secara online, bayar dan langsung dikirim ke rumah. Buat apa harus keluar rumah kalau semuanya sudah bisa diatur untuk dikirim ke rumah.
Berbeda dengan adik-adiknya yang lebih memilih ke tokonya langsung. Karena menurut mereka, melihat barangnya secara langsung lebih baik. Supaya kita juga bisa mengetahui apakah ini cocok untuk digunakan atau tidak. Walaupun kesukaan mereka berbeda, Soya tetap mementingkan kesenangan untuk adik-adiknya. Ia rela ke mall untuk menemani mereka berbelanja, agar mereka senang.
Sesampai di mall, ketiga adiknya langsung membinarkan matanya. Mereka tidak menyangka kalau kakaknya akan membawa mereka ke salah satu mall terbesar dan di sana banyak kenangan mereka. Sewaktu Papa Mama mereka masih ada, setiap weekend Papa selalu mengajak sekeluarga untuk ke mall.
Mama yang punya hobi berbelanja membuat Papa selalu mengajak untuk ke mall buat refreshing. Dan hobi itu menurun ke anak-anaknya kecuali Soya. soya sama seperti Papa, lebih suka di rumah. Setiap mereka berbelanja, Soya dan Papa pasti akan di coffee shop untuk menunggu Mama, Jennie, Rose serta Lavisa berbelanja.
Di saat mereka turun dari mobil, Soya langsung mengambil tangan Rose serta Lavisa untuk berpegangan tangan.
"Kakak akan nunggu kalian di coffee shop biasa. Jangan repotin Nini dan untuk kalian berdua, harus pegangan tangan. Karena hukuman untuk kalian masih berjalan. Paham?" tanya Soya dengan tegas
"Paham kakak" jawab Rose dan Lavisa serempak
"Buat Lavisa, kamu boleh jajan dan beli apapun. Tapi kamu harus minta izin Nini dulu buat beli sesuatu" Lavisa hanya menganggukkan kepalanya saja karena ia takut untuk menolak perkataan Soya
"Ini kamu bisa pakai kartu kakak buat kalian belanja" Jennie langsung tersenyum dan menerima dengan senang hati pemberian kartu dari kakak sulungnya yang mungkin saldo di dalamnya unlimited
"Terima kasih kakak. Ayok Osi, Lala bilang apa ke kak Chu" perintah Jennie yang membuat si kembar menjawab dengan serempak
"Makasih kak Chu" Soya hanya tersenyum melihat adiknya seperti ini.
Mereka pun langsung membubarkan jalan dan langsung menuju ke tempat masing-masing. Soya memilih untuk ke coffee shop langganannya dan membaca dokumen yang sudah dikirimkan melalui emailnya. Hidup Soya memang akan selalu monoton karena ia takut kalau ia mempunyai hobi, itu akan membuatnya tidak serius dalam bekerja. Jadi, ia lebih memilih untuk menjalani hidupnya seperti itu.
5 jam pun berlalu dan saat ini sudah pukul 19.00. Seharusnya mereka sudah makan malam, namun saat ini Soya masih menunggu ketiga adiknya berbelanja. Ia pun merasa bingung kenapa adik-adiknya jika berbelanja membutuhkan waktu yang lama. Terkadang mereka bisa seharian untuk hanya berbelanja. Soya yang sudah kelaparan akhirnya memilih untuk menghubungi Jennie. Karena ia yakin adik-adiknya pun sudah kelaparan tapi tidak terasa karena masih berbelanja.
"Ni, kalian dimana? Udah jam berapa ini? Makan dulu ayok" Soya langsung menyerbu Jennie dengan beberapa pertanyaan saat Jennie mengangkat telfon sang kakak
"Ini baru aja kita mau nyamperin kakak karena udah jam makan malam. Apa kita langsung ketemuan di tempat makannya aja? Kakak mau makan sesuatu gak?" tanya Jennie yang ingin mencoba untuk menyenangkan hati kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
Fiksi PenggemarKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...