29 - Eyes

1.7K 180 16
                                    

Setelah kejadian Lavisa tidak bisa melihat dengan jelas. Di hari yang sama ketiga kakaknya langsung membawa Lavisa ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan mata Lavisa. Dokter tersebut adalah Jessica. Ia adalah senior Jennie di perkuliahan serta di rumah sakit. Mendengar nama Jessica pun Jennie sedikit tenang karena ia tahu kapabilitas seniornya itu tidak perlu diragukan lagi.

Sesampai di rumah sakit, Lavisa langsung dipegang tangannya oleh Jennie. Karena ia tahu kalau adiknya ini punya seribu cara dan alasan untuk tidak diperiksa. Semua suster serta dokter yang dilewati Jennie pun hanya bisa tersenyum melihat keempatnya. Ternyata aura dan pesona keempatnya sangat membuat orang lain terhipnotis.

Lavisa yang memberikan senyuman manis kepada semua orang yang lewat pun bingung kenapa semua orang bisa seramah itu kepada keluargnya. Tanpa disangka, Jennie memang saat ini memberikan senyuman manisnya kepada semua orang. Sosok Jennie di rumah serta di rumah sakit sangat berbeda.

"Giliran sama aku aja, wajahnya marah-marah muluk. Mana ada tuh senyuman kayak gini" Lavisa mengeluarkan suaranya berbisik namun terdengar oleh ketiga kakaknya. Rose hanya tertawa mendengar ocehan sang adik

"Mereka ga buat aneh-aneh kayak kamu. Jadi buat apa aku jutek" Jawab Jennie dengan cuek yang membuat Soya dan Rose terkekeh.

Mendengar jawaban Jennie, sang adik pun hanya bisa mencemberutkan wajahnya. Ia benar-benar tidak habis fikir dengan tingkah laku kakaknya. Apakah benar ia semenyebalkan itu sampai kakaknya pun tidak bisa tersenyum manis seperti itu?

Setah obrolan singkat itu terjadi, keempatnya sudah ada di ruangan Jessica. Dengan ramah Jessica menyambut Jennie. Karena bagaimanapun jabatan Jennie di rumah sakit itu lebih tinggi daripada Jessica.

"Sudah lama saya ga melihat dokter Jennie. Sepertinya aura dan kecantikkannya makin bertambah" sambut Jessica dengan kata-kata manis sambil tertawa

"Daridulu sampai sekarang ternyata mulut manisnya masih sama aja ya" balas Jennie sambil mendudukkan dirinya di kursi depan Jessisa

"Kan kamu yang ngajarin" balasan tersebut membuat keduanya tertawa sedangkan yang lain hanya melihat keduanya yang sedang asik sendiri.

"So.. How can i help you Jen? Lavisa is your little sister?" tanya Jessica dengan beruntun

"Iya benar kak. Lavisa adik aku yang paling bungsu. Ini kak Soya kakak aku dan Rose adik aku" jawaban Jennie membuat Jessica menganggukkan kepalanya

"Seperti yang kak Jess tahu kalau Lavisa punya masalah di matanya. Aku baru diceritain sama Lavisa kalau dia ada masalah di matanya dan kak Jess dokternya. Menurutku penglihatannya semakin parah dan aku pengen ada treatment khusus supaya buramnya berkurang" Jessica hanya bisa merespon dengan anggukkan kepala sambil menganalisis penyakit mata Lavisa yang ada di berkasnya

"Okay, aku paham. Tapi, aku perlu pengecekkan lagi buat matanya Lavisa. Dia terakhir kontrol tahun lalu dan walaupun ke rumah sakit. Dia cuman minum obat aja tanpa kontrol. Aku mau periksa ulang supaya kita tahu berapa persen keburaman mata Lavisa dan apakah bisa dikurangi dengan hal lain atau metode lain. Jadi intinya, Lavisa check matanya dulu sama aku" sejelas mungkin Jessica menerangkan mengenai Lavisa kepada ketiga kakaknya.

Kini mata Jennie hanya menatap tajam ke Lavisa saat ia mendengar kalau Lavisa jarang kontrol dan hanya meminta resep dokter saja. Sedangkan yang sedang ditatap tajam hanya bisa memainkan jarinya untuk menghilangkan kegugupannya.

"Iya, diperiksa dulu aja. Mau periksa dimana kak?" tanya Jennie

"Di ruangan sebelah aja. Karena ini pakai alat khusus jadi yang masuk cuman boleh Lavisa, aku dan suster aja. Tenang aja, aku bakal kasih hasilnya sesuai. Jadi kamu gausah khawatir ya" Jessica memahami perasaan Jennie, Soya serta Rose yang saat ini khawatir dengan keadaan adiknya.

The DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang