Sejak kejadian Lavisa dihukum, si bungsu memang lebih sedikit lebih menurut kepada ketiga kakaknya. Apalagi jika sudah berhubungan dengan kakak ketiganya yaitu Rose. Saat ini memang Rose lebih tegas terhadap Lavisa daripada Jennie. Entah mengapa aura marah serta tegas Rose sekarang ini lebih besar. Yang biasanya ia lebmbut terhadap si bungsu, kini sifatnya berubah menjadi tegas seperti Soya dan Jennie.
Perubahan sikap Rose membuat Lavisa juga semakin terkekang. Pasalnya kalau kakaknya yang satu ini sudah bersikap tegas, tidak ada yang memihaknya. Seperti saat ini, Lavisa bersama ketiga kakaknya sedang makan bersama di ruang makan. ketiga kakak Lavisa sedang menatap tajam si bungsu yang sedaritadi hanya memakan sayur sedikit demi sedikt. Padahal Lavisa sudah beberapa bulan memakan sayur namun tetap saja ia tidak terbiasa dengan sayur.
"itu sayur kayaknya daritadi gak kurang-kurang. Yang lain udah habis, kamu masih banyak banget La" Rose mengeluarkan suara tegasnya dan membuat si bungsu hanya bisa menghela nafas
"Aku udah usaha habisin kak Osi tapi sayurnya gak berkurang sama sekali. Lala juga bingung" jawaban Lavisa membuat Jennie dan Soya tersenyum tipis. Sekarang ini, adik bungsunya memang seperti anak bocah 5 tahun kalau sudah berurusan dengan sayur.
"Kalau kamu makannya bener. Pasti berkurang Lala" jawab Rose dengan nada sebalnya
"Salah terus" bisik Lavisa seperti mendumel pelan namun tetap memasukkan sayur ke dalam mulutnya. Jennie dan Soya hanya bisa terkekeh namun Rose tetap memasang wajahnya yang garang agar adik
"Gausah ngedumel, kakak tau kok kamu kesel. Tapi kamu harus inget apa kata-kata dokter buat kamu sembuh itu apa" Lagi-lagi Rose mengeluarkan nada rendahnya agak sang adik mengerti
"Iya Lala tahu kok. Makan sayur dan jangan kena banyak radiasi, paham Lala" Lavisa hanya bisa menjawab dengan nada yang sedikit sebal namun ia tetap memakan sayurnya
"Udah Osi, Lala juga udah usaha untuk makan itu kok tapi emang lama aja. Nanti Nini bakal coba alternatif lain biar Lala bisa makan sayurnya lebih cepat atau variasiin makanannya biar anak bungsu ini bisa suka makan sayur" Jennie yang melihat kondisi saat ini tidak baik pun hanya bisa menenangkan Rose agar adiknya tidak terlalu marah kepada si bungsu
"Iya kak Nini, Osi percaya sama kak Nini. Jangan sampai kita kecolongan lagi ya sama anak kicil ini" balas Rose yang membuat Lavisa mencemberutkan wajahnya
"Aku udah gede, udah mau punya KTP. Bukan anak kecil lagi" balas Lavisa yang tidak mau kalah
"Mau kamu punya KTP atau engga. Kamu masih anak kecil di keluarga ini. Negara mengakui kamu udah dewasa tapi di keluarga ini kamu masih anak kecil" jawaban Rose disetujui dengan anggukkan kepala Soya serta Jennie.
"Kakak setuju sama apa yang Osi ucapkan. Umur berapapun Lala, tetap anak kecil di keluarga ini. Sampai kapanpun Lala harus minta persetujuan dulu sama kita kalau mau melakukan apapun. Kita bertiga adalah pengganti papa mama untuk Lala. Jadi kalau Lala mau melakukan apapun, harus persetujuan dari kita" Soya menjelaskan peran ketiga kakak Lavisa dalam kehidupan si bungsu.
Lavisa yang mendengar itupun hanya bisa menganggukkan kepala sambil memikirkan kedepannya kalau nantinya ia melakukan sesuatu harus seizin ketiga kakaknya.
"Lala mau tanya, kalau nanti someday Lala minta izin ke kalian bertiga dan salah satu dari kalian ga setuju, gimana? Apa Lala harus nunggu sampai kalian semua iya atau dari hasil yang terbanyak?" Lavisa masih bingung dengan nantinya ia harus berbuat apa
"Kalau salah satu kita ga izinin kamu. Kak Chu akan menjadi pembuat keputusan. Kakak tetap kakak pertama di sini. Keputusan kakak pasti lebih besar daripada kak Nini ataupun kak Osi" Lavisa hanya menganggukkan kepalanya karena tetap saja apapun yang ia lakukan harus seizin ketiga kakaknya
"Kak Chu, Kak Osi, Kak Nini. Lala kan udah lama ga keluar rumah bahkan Lala juga gatau yang terupdate sekarang ini apa. Lala cuman pengen kita barbeque bareng sama temen-temen Lala dan bunda Rafa boleh? Lala kan udah ga nurut sama kalian. Boleh gak sekali aja permintaan yang ini dikabulin?" ucapan Lavisa membuat ketiganya saling menatap satu sama lain. Pasalnya yang diucapkan Lavisa memang benar dan permintaan si bungsu yang sekarang, tidak salah.
"Aku setuju aja kalau cuman barbeque dan acara makan aja" jawab Rose yang membuat Lavisa membinarkan matanya
"Menurutku idenya not bad dan selama hanya makanan yang kita kelola sendiri ya aman-aman aja" balas Jennie yang membuat Lavisa makin tersenyum
"Kalau cuman hal itu boleh kok La. Asal kamu jangan aneh-aneh. Nanti kak Chu sampein ke bunda biar bunda bisa sampein ke Rafa sama temen-temen kamu ya" Lavisa langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat
"Nah karena kamu dibolehin. Ayok habisin sayurnya, jangan ada pengalihan issue. Tetep kamu harus makan sayur" timpal Rose yang membuat kedua kakaknya tertawa
"Baru aja seneng udah disuruh makan sayur lagi" bisik Lavisa sambil memakan sayurnya dengan terpaksa
Ketiga kakak Lavisa hanya bisa tersenyum tipis mendengar ucapan si bungsu yang menurut mereka menggemaskan. Tingkah Lavisa memang berbeda dari yang dulu. Sekarang ini, Lavisa lebih pasrah dan mencoba untuk menuruti ketiga kakaknya. Meskipun dalam hati Lavisa ia tidak suka dilarang, tapi terkadang dirinya memang butuh arahan dari ketiga kakaknya. Ia tahu kalau yang terbaik adalah arahan dari ketiga kakaknya.
Setelah mereka makan malam, Soya langsung menghubungi bunda Rafa terkait rencana makan malam yang diinginkan oleh Lavisa. Dengan respon yang bahagia, bunda Rafa pun menerima usulan dari Soya. Walaupun saat ini Rafa juga masih dalam hukuman, ia akan tetap mengizinkan selama masih dalam pengawasan bunda Rafa. Hukuman Rafa memang tidak seberat Lavisa tapi tetap saja Rafa sedikit merasa terkekang karena tidak sebebas dulu.
Teman-teman Lavisa yang mengetahui rencana Soya pun juga langsung Semangat mendengar hal tersebut. Sudah lama mereka tidak bertemu dengan satu sama lain. Meskipun harus ada bunda Rafa dan juga ketiga kakak Lavisa. Mereka pun tidak masalah, setidaknya mereka masih berkumpul bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
FanfictionKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...