Hari yang ditunggu oleh Lavisa akhirnya pun datang. Di sore ini, ia sudah melihat ketiga kakaknya sibuk dengan bunda Rafa untuk menyiapkan makanan yang akan dipanggang nanti malam. Lavisa dan Rafa pun hanya boleh di ruang tamu untuk menunggunya. Karena menurut ketiga kakak Lavisa serta bunda Rafa, keduanya hanya bisa membuat rusuh saja dan nantinya makanan mereka tidak akan selesai. Jadi lebih baik Rafa dan Lavisa menunggu duduk manis di ruang tamu.
Keduanya duduk di sofa sambil berbincang-bincang sedikit karena keduanya sudah lama tidak berkomunikasi. Ada rasa canggung di keduanya. Apalagi karena kejadian di rumah Rafa, membuat Lavisa sedikit trauma. Mungkin bila ia tidak mengikuti kata-kata temannya. Ia tetap bisa sekolah umum dan bisa menjalani hari seperti biasanya. Tapi menurut Lavisa itu juga bukan kesalahan teman-temannya melainkan dirinya sendiri yang tidak bisa menahan diri.
Selagi si bungsu dengan Rafa asik berbincang. Kedua temannya datang bersamaan yaitu Ares serta Gigi yang datang dengan wajah yang ceria untuk menghampiri kedua temannya.
"Yo yo whaddap whaddap ma bro and ma sis" teriak Ares dengan kegirangan. Lavisa serta Rafa hanya tertawa mendengar kehebohan temannya itu
"Berisik banget nih anak" timpal Gigi dengan nada sebal
"Yo Rafa, Lavisaaaa kangeenn" lanjut Gigi dengan teriakkan yang melengking
"Dih tadi aja bilang gue berisik sekarang malah dia yang berisik. Aneh banget nih bocah" bisik Ares sambil mendumel karena dia kesal dikatakan berisik sedari awal
"Yaampun kalian berisiknya ga berkurang" balas Lavisa dengan senyuman serta memeluk keduanya satu per satu
"Nih anak tinggal di hutan soalnya makan teriak-teriak" jawab Ares terlebih dulu agar ia tidak diledek oleh Gigi
"Lah kan kita tetanggan, masa lo lupa kita tinggal di hutan yang sama" balas Gigi yang membuat Rafa serta Lavisa tertawa terbahak-bahak
"Mata lo sakit lagi La? Kok sekarang udah pakai kacamata?" tanya Ares yang membuat teman-teman Lavisa langsung menatap ke arah Lavisa. Mereka semua memang sudah mengetahui tentang mata Lavisa sedari dulu namun mereka tidak bisa membujuk Lavisa untuk memakai kacamata terus-menerus. Si bungsu memilih untuk tidak memakai kacamata agar tidak terlalu bergantung.
"Mulai sekarang gue udah gaboleh lagi gak pakai kacamata sama kakak-kakak gue. Gue udah jujur sama mereka terkait itu dan kita juga udah check mata juga. Jadi mereka udah lebih aware sama mata gue. Makin protektif banget deh" ucapan Lavisa membuat teman-temannya menganggukan kepala karena saat ini memang terlihat kalau ketiganya sangat menjaga Lavisa
Di saat keempatnya sedang berbincang, ketiga kakak Lavisa serta bunda Rafa menghampiri Lavisa serta teman-temannya yang sedang di ruang tamu.
"Kamu kenapa ga cerita sama bunda terkait mata kamu?"Bunda Rafa langsung menghampiri Lavisa serta menangkupkan wajah Lavisa dengan lembut
"Maaf Bunda. Lala pikir itu ga penting dan bisa diobatin sendiri" jawab Lavisa dengan lemas karena ia merasa bersalah jika bunda Rafa sudah seperti ini
"Diobatin apa. Check up routine aja ga pernah, cuman ngambil obat mata aja biar ga sakit" timpal Rose dengan nada sinisnya
"Oh bandelnya anak yang satu ini. Terus sekarang rutin kan makan sayurnya?" Lavisa hanya menganggukkan kepalanya untuk meresponi pertanyaan bunda Rafa
"Bunda udah siapin juga sayur khusus kamu. Kamu bisa makan daging setelah kamu makan sayurnya. Paham?" tanya bunda Rafa sambil mengeluarkan nadanya yang sedikit tinggi
"Jangan banyak-banyak ya bunda. Lala masih belum terbiasa untuk makan sayur" jawab Lavisa menggunakan suara manjanya
"Jangan gampang kena hasut sama nada manjanya bunda. Dia suka begitu kalau udah masalah sayur. Nanti habis itu bandel lagi baca buku pakai elektronik buku. Udah tau matanya begitu masih suka banget kena radiasi" Suara Rose kembali terdengar yang membuat bunda Rafa mengeryitkan dahinya sambil menatap Lavisa. Si bungsu langsung menudukkan wajahnya dan tidak ingin mendpatkan tatapan tajam dari bunda Rafa
![](https://img.wattpad.com/cover/357053784-288-k31910.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
FanficKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...