34 - Food

1K 154 15
                                        

Malam pun tiba dengan cepat namun di ruang makan Jennie serta Soya melihat wajah kedua adiknya sedang tidak baik-baik saja. Soya hanya bisa menghela nafas karena seharusnya kedua adiknya sudah baik-baik saja setelah ia pembicaraan sebelumnya. Jennie yang melihat kedua adiknya berwajah cemberut pun tidak bisa diam.

"Kalian berdua, makan makanan yang kakak sediain setelah itu kita ngobrol" Jennie memberikan porsi yang banyak terhadap kedua adiknya. Hal ini membuat Rose serta Lavisa langsung membulatkan matanya. Karena bukan hanya lauk yang diberikan dengan porsi banyak namun nasi pun juga diberikan porsi yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Kak Nini, ini banyak dari biasanya" Lavisa mengeluarkan suaranya dengan pelan supaya tidak seperti protes kepada kakaknya. Karena ia tahu kalau kakaknya yang satu ini tidak suka dibantah perihal makanan

"Iya, sengaja. Menurut penelitian kakak, kalo orang kenyang itu pasti mood dan pikirannya akan membaik. Jadi kalian berdua harus kenyang daripada kakak harus ngeliat muka kalian yang cemberut terus daritadi" Soya yang mendengar ucapan Jennie hanya tertawa terbahak-bahak karena tingkah adiknya yang satu ini sangat out of the box.

"Bener sih kak Nini. Perut kenyang bisa buat mood bagus. Tapi kalo kebanyakkan yang ada Lala mual. Aku udah biasa makan banyak tapi si anak kicil itu mana bisa" Kali ini Rose mengeluarkan suaranya karena ia tahu kalau si bungsu tidak bisa makan terlalu banyak

"Yaudah, bantuin aja adik kamu makan kalau dia ga habis. Itu tugasnya kakak kan?" Rose hanya menganggukkan kepalanya saja ketika Jennie sudah berbicara seperti itu

"La, kalo ga bisa habisin bilang kak Osi ya. Ntar kak Osi bantu" Lavisa yang mendengar kata-kata Rose dengan lembut hanya bisa menganggukkan kepalanya. Suara Rose yang seperti ini yang Lavisa mau dengar.

Jennie serta Soya langsung tersenyum melihat interaksi keduanya. Di saat mereka makan dengan cepat Rose memakan porsi bagiannya karena makan adalah hobi Rose yang sesungguhnya. Setelah Rose menghabiskan makanannya, ia melihat Lavisa yang memakan makanannya dengan perlahan serta masih banyak.

"La, mau dibantu?"Suara Rose membuat Lavisa langsung mengarahkan wajahnya kepada Rose dan menganggukkan kepalanya. Rose hanya tersenyum melihat tingkah laku si bungsu karena ternyata air mata Lavisa sudah ingin keluar karena harus menghabiskan makanannya yang banyak.

Rose langsung menghampiri Lavisa yang duduknya berada di sebelah Jennie. Ia langsung memakan di piring yang sama dengan Lavisa sambil memisahkan daging untuk Lavisa.

"Kak Osi gamau dagingnya? Kenapa makan sayurnya aja?" Suara Lavisa terdengar pelan karena ia tidak mau Jennie mendegar kalau Rose hanya memakan sayurnya saja

"Aku tahu kamu tersiksa makan sayurnya. Kakak kasih kamu segini dan harus dihabisin ya" Lavisa hanya tersenyum mendegar ucapan kakaknya. Karena dia sangat senang kalau Rose membantu dirinya untuk menghabiskan sayur yang diberikan Jennie.

Sebenarnya Jennie tahu mengenai pembicaraan sayur tersebut namun ia hanya pura-pura tidak dengar supaya keduanya bisa akur terlebih dulu. Soya yang melihat kedua adiknya sudah terlihat akur pun hanya bisa tersenyum.

Setelah mereka menghabiskan makanannya, mereka semua langsung ke ruang tamu untuk berbincang sedikit sebelum Lavisa masuk ke dalam kamarnya untuk tidur. Ritual ini memang sering dilakukan agar Lavisa tidak bosan karena dirinya sama sekali tidak boleh melakukan kegiatan yang menggunakan penglihatannya terlalu banyak.

"Besok kita check up matanya Lala dan kalau memang membaik. Lala boleh buat nonton walaupun cuman bentar" Ucapan Jennie membuat Lavisa membinarkan matanya

"Inget ya La. Dibolehiin bukan berarti boleh berlebihan" suara tegas Soya mendominasi ruangan dan membuat Lavisa langsung menunduk takut

"Nanti kita buat di kamar Lala pakai timer aja gimana? Jadi kalaupun nanti kita ga di kamar Lala ya tetep aja televisinya gabisa dinyalain karena ada timernya" Kali ini Rose yang berbicara dengan nada lembutnya serta tidak membuat Lavisa sedih karena usulan kakaknya ini memang ada benarnya.

"Aku setuju" Jennie langsung mengeluarkan suaranya dan membuat Lavisa tersenyum lebar. Si bungsu langsung mengarahkan wajahnya ke arah Soya seperti memohon dan membuat Soya gemas dengan tingkah langku si bungsu

"Gausah pakai wajah yang kayak gitu buat ngerayu kakak. Kakak setujuin tapi kamu tetap dalam pengawasan kita semua ya" ucapan Soya langsung membuat Lavisa tersenyum lebar

"Yes.. Makasih kakak" Lavisa langsung menyerbu ketiganya dengan ciuman di pipi yang membuat ketiganya langsung menggelengkan kepala mereka sambil tersenyum

"Jadi tips n trick supaya dikasih ciuman dari Lala tuh ini ya. Sayur dimakan Osi terus TV juga dibolehin" Jennie mengeluarkan nada sindirannya yang membuat Lavisa tersenyum malu

"Makasih kak Osi. Maaf tadi siang Lala udah marah sama ga sopan ke kak Osi" si bungsu langsung menunduk serta memainkan kaosnya seperti anak yang berumur 5 tahun jika sedang meminta sesuatu

"Maafin kak Osi juga ya tadi nyebelin. SIni peluk kakak dulu" Rose langsung merentangkan tangannya dan Lavisa langsung menghampiri kakaknya.

Jennie langsung menyenderkan kepalanya ke bahu sang kakak dengan nyaman dan Soya langsung mengelus rambut Jennie dengan perlahan. Malam ini bisa dikatakan malam yang indah melihat keharmonisan keluarga ini.

————————————————————
I'm back!

The DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang