Lavisa saat ini sedang dalam perjalanan bersama supir pilihan kakaknya Pak Adam dengan keadaan hatinya yang tidak baik. Perdebatannya di pagi hari dengan kakak Sulungnya membuat dirinya merasa kalau ia hanya dituntut tanpa kakaknya memikirkan perasaan hatinya. Jika ia setelah sekolah langsung pulang, Lavisa pasti merasa kesepian dengan rumah sebesar itu. Suara cicak bergerak saja mungkin lebih sering terdengar daripada suara kaki manusia yang melangkah di rumah itu.
Ia pun hanya memainkan handphonenya di dalam perjalanan dengan suasana hening. Tidak memakan waktu lama, Lavisa pun sampai di sekolah.
"Non saya nanti jemput kan?" tanya pak Adam dengan lembut
"Iya Pak, saya pulang sekolah jam 14.00. Seharusnya ga ada kelas tambahan, jadi bisa langsung pulang" Lavisa menjawab dengan lembut walaupun moodnya tidak baik. Menurutnya, rasa kesal itu tidak boleh dilampiaskan ke orang lain, jadi lebih baik diam daripada melampiaskan kekesalan kepada orang lain.
"Baik Non, saya nanti standby jam 13,00 di sini ya" Pak Adam mengeluarkan senyumannya
"Okay Pak, terima kasih" Lavisa pun langsung keluar dari mobil dan langsung menuju kelasnya.
Di dalam kelas, teman-temannya pun belum ada yang terlihat. Mungkin ini masih tergolong sangat pagi untuk teman-teman Lavisa. Mereka datang biasanya 5 menit sebelum bel bahkan 15 menit setelah bel. Dalam diri Lavisa, ia sebenarnya ingin seperti teman-temanya tapi jika guru-guru di sini terkadang tidak bersahabat dan memilih melaporkan Lavisa kepada kakak pertamanya. Itu yang membuat dirinya malas bertemu dengan Soya. Karena setiap pertemuannya pasti akan ada perdebatan.
Lavisa tenggelam dalam lamunannya sampai ia tidak sadar jika kedua temannya Rafa dan Gigi sudah ada di sebelahnya.
"Pagi-pagi kok melamun, pagi-pagi tuh pasti hepi. Harus dengan damai sejahtera dan juga senyuman" Rafa langsung meletakkan tasnya di samping Lavisa yang masih diam
"Ribut lagi sama kak Chu?" tanya Gigi sambil terkekeh
"Ya gitulah, apalagi yang membuat gue ga mood di pagi hari" Rafa dan Gigi langsung tertawa mendengar jawaban Lavisa
Ketika mereka sedang berbincang, Ares pun datang sambil berlari karena ia hampir saja telat. Bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu dan ia sebenarnya sudah sampai sedaritadi namun kantin lebih menggoda daripada masuk kedalam kelas. Sewaktu ia makan di kantin, ada guru yang lewat dan menangkap basah dirinya sedang makan di kantin. Itulah alasan Ares berlari ke kelas sambil membawa tasnya
"Hah huh hah huh. Kenapa sih ini sekolah disiplin banget. Telat lima menit aja diomelin" ocehan Ares membuat ketiga temannya hanya menatap bingung
"Lo habis darimana? Kok lari-lari? Dikejar satpam?"kata Rafa yang memberikan minuman kepada Ares karena terlihat lelah
"Biasalah dari kantin, kegep sama guru" ketiga temannya hanya beroh ria mendengar jawaban Ares
"Kalian kenapa? Lagi bahas apa?" Ares membutar badannya supaya bisa melihat Lavisa dan Rafa dengan jelas
"Biasa, Lavisa berantem sama kakak sulungnya" timpal Gigi yang membuat smeuanya terkekeh
"Gaada cerita lain apa La? Lo pagi-pagi nyirem tanaman atau mancing ikan gitu. Ini malah mancing masalah mulu sama kak Soya" Rafa pun tertawa mendengar ocehan temannya itu, sedangkan Lavisa hanya mengehela nafasnya saja
"Entahlah, gue juga bingung. Ya salah gue juga sih semalam balapan. Tapi yang gue bingung, kenapa kak Soya bisa tahu kalau gue pulang malam sama balapan. Padahal pas gue masukkin mobil ke garasi, mobilnya dia belum ada. Udah gitu yang paling bikin sebel, ka Soya ngenyita dompet sama mobil" jelas Lavisa

KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
FanfictionKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...