Setelah di hari sebelumnya Lavisa dan ketiga kakaknya melakukan makan bersama dengan bunda Rafa serta teman-teman Lavisa. Mereka semuanya menjala aktivitas seperti biasa. Soya harus mengurus pekerjaan kantornya, Rose sibuk dengan aktitasnya yang saat ini sedang menggarap album dan Jennie yang masih sibuk dengan urusan rumah sakit namun masih bekerja di rumah untuk mengurus beberapa dokumen. Sedangkan si bungsu masih dengan kegiatan yang sama. Mengikuti kakak-kakaknya yang bekerja dan berusaha untuk tidak melakukan yang aneh-aneh. Biasanya kegiatan Lavisa hanya mandi, sarapan, mengikuti kakaknya bekerja, makan siang, tidur siang, mandi, makan malam dan berakhir dengan tidur malam. Sangat membosankan bukan?
Lavisa memang sangat merasakan kebosanan itu. Namun ia tidak bisa melanggar perintah ketiga kakaknya yang saat ini tingkat ketegasannya sangat tinggi. Saat ini mereka sedang di meja makan dengan keadaan wajah Lavisa yang sedikit murung. Setiap hari memang Lavisa memasang wajah ini jika sedang makan bersama ketiga kakaknya.
"Bisa ga wajahnya ga kayak gitu kalo lagi makan?" kali ini suara lembut Jennie yang menghampiri telinga Lavisa
"Bisa kak, kalau makanannya bukan sayur" jawaban Lavisa membuat ketiganya terkekeh
"La, kakak udah buat sayur ini gak kelihatan banget lho. Kakak masukkin ke tahu, ke bakso. Bahkan terkadang sayurnya ketutup sama daging-dagingnya. Jarang lho kakak bikin salad sayur. Apa perlu kakak bikinin sayur salad sekalian?" Lavisa langsung mencemberutkan wajahnya dengan sedikit air mata yang berkaca, membuat ketiga kakaknya sangat ingin mencubit pipi Lavisa yang menggemaskan.
"Gamau salad sayur. Udah dimasukkin ke daging aja tetap berasa kakak. Please" Wajah Lavisa saat ini makin menggemaskan dengan tindakkan yang ia lakukan sekarang
"Kamu kalo ga segemes ini udah kakak bikinin salad sayur untuk malam ini tau gak" ucap Jennie yang saat ini kedua tangannya sedang menangkupkan pipi Lavisa dan si bungsu hanya terdiam sambil mencemberutkan wajahnya
"Mata kamu udah gimana La? Apa ada perubahan?" tanya Soya yang penasaran dengan keadaan adiknya
"Masih sama aja kak kalo buremnya, apalagi kalo ga pakai kacamata jadi pusing. Tapi udah mendingan daripada yang awal. Pusingnya ga terlalu sakit terus buremnya juga ga separah waktu itu" jelas Lavisa yang membuat Soya menganggukkan kepalanya
"Kak Nini, kapan Lavisa check matanya lagi? Mungkin karena udah berkurang untuk treatmentnya juga beda" timpal Rose
"Besok kita ke rumah sakit aja. Aku mau discuss juga buat pengobatan Lavisa. Yang paling penting si anak kecil ini. Jangan bandel, makan sayurnya yang bener dan minum obatnya yang teratur. Paham?" Jennie langsung menegaskan suaranya agar si bungsu paham dan mengerti
"Iya kakak, Lala paham. Kalian selalu ngomongin itu terus, Lala paham" Lavisa mengeluarkan nada sebalnya sambil cemberut karena dia bosan dengan perkataan yang selalu dikatakan oleh ketiga kakaknya
"Paham paham paham tapi tetep aja suka bandel" balas Rose yang mengeluarkan nada sindirannya
"Lala cuman bandel sekali kak Osi. Itu terus yang dibahas" Lavisa agak meninggikan nadanya karena ia kesal dengan tingkah kakaknya satu ini
"Ya kalo gak dihukum dan diungkit bisa berkali-kali diulang kan?" jawaban Rose membuat Lavisa makin kesal dan langsung melempar sendok serta garpunya ke piring dengan keras. Ia langsung pergi meninggalkan ruang makan yang membuat ketiga kakaknya hanya tercengang karena kaget melihat sikap Lavisa yang sekarang.
Saat ini di ruang makan hanya ada ketiga kakak Lavisa yang masih terdiam karena sikap Lavisa.
"Omongan aku keterlaluan ya Kak Chu, Kak Nini?" tanya Rose edngan nada bersalahnya
"Menurut kakak enggak. Tapi mungkin adek kamu udah kesel karena diungkit terus dan moodnya lagi gak bagus. Biar kakak nanti yang ngobrol sama dia. Kamu ga usah terlalu mikirin" ucap Soya menenangkan Rose.
Jennie pun setuju dengan ucapan kakak pertamanya dan ia hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Sedangkan Rose sedang berfikir apakah memang ucapannya benar-benar menyakiti hati sang adik. Di sisi lain, Lavisa merebahkan badannya di kasur dan menutup wajahnya dengan kasur. Entah kenapa, ia merasakan perasaannya sangat buruk. Ia paling tidak suka kalau dituduh atau dicurigai oleh ketiga kakaknya dan perkataan Rose sangat membuat hatinya tidak tenang.
Melihat Lavisa yang sedang menutup wajahnya pun membuat Soya hanya menggelengkan kepalanya saja. Benar tentang pikirannya mengenai Lavisa yang saat ini perasaannya dalam keadaan buruk.
"Kenapa wajahnya ditutup gitu? Emang ga sesak nafasnya?" Soya melepaskan bantal yang menutupi wajah Lavisa. Saat ini terlihat wajah Lavisa yang sedang murung dan kesal melihat kakaknya.
"Lala mau tidur kak Chu" jawab Lavisa dengan sebal dan membaringkan badannya ke samping dengan kasar
"Gaboleh tidur. Harus ngobrol duluk sama kakak" ucapan tegas Soya membuat Lavisa menatap kakaknya dan menunjukkan wajahnya kalau ia sedang tidak baik-baik saja.
"Kamu lagi kenapa? Mood kamu kayaknya lagi ga baik-baik aja. Ada yang bikin kamu kesal atau ga enak perasaanya? Cerita sama kakak" lanjut Soya dengan melembutkan nadanya sedikit agar si bungsu ingin cerita
"Gatau kenapa Lala akhir-akhir ini gampang kesel sama ucapannya kak Osi. Lala tahu kalo dulu pernah salah tapi Lala juga ngebuktiin kalau Lala mau berubah tapi kenapa selalu diungkit? Setelah Lala ngelakuin kesalahan, emang Lala pernah lagi bandel?" Lavisa mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang
"Lala udah ga pernah bandel lagi tapi kak Osi juga ga mau Lala kayak gitu lagi. Ngungkapin rasa sayang ke orang emang beda-beda La. Itu rasa sayang Kak Osi ke Lala kayak gitu" Soya akhirnya paham dengan perasaan adiknya saat ini
"Emang gabisa ngungkapin rasa sayangnya tuh pakai hal yang lembut? Harus disindir terus? Lala kesel" Wajah Lavisa kini sudah memerah dan matanya sudah berkaca-kaca. Soya yang paham dengan keadaan adiknya pun langsung mendudukkan diri di samping adiknya dan mengelus pelan tangan si bungsu
"Dulu waktu kak Chu nyebelin. Siapa orang yang selalu ada di samping Lala? Siapa yang selalu belain Lala kalau kakak lagi omelin Lala?" Lavisa langsung menghela nafasnya karena ia mengingat kejadian dimana Rose yang selalu membela dirinya di depan kakaknya
"Tapi sekarang kak Osi nyebelin" suara Lavisa yang seperti anak kecil membuat Soya gemas dengan adiknya
"Nanti kakak sampein ke kak Osi. Udah jangan marah-marah. Kamu kalo marah-marah jadi lucu" Soya langsung mencubit pipi adiknya dengan lembut
"Lala beneran marah kakak. Kok kak Chu bilang lucu sih" kini wajah Lavisa berubah menjadi garang namun tetap saja menurut Soya wajah adiknya menggemaskan
"Kalo kamu nunjukkin wajah kayak gini ke kakak terus-terusan. Yang ada kakak bakal cubit kamu terus bukan takut dimarahin" Soya hanya mengelus kepala sang adik agar tenang
"Aku lagi kesel kakak, kenapa malah dicubit?" tanya Lavisa dengan nada kesal
"Karena kamu gemesin. Udah kamu tidur aja gih. Kak Chu mau ngobrol sama kak Osi. Semoga nanti malam perasaan kamu udah enakkan ya" Lavisa hanya menganggukkan kepalanya saja karena saat ini ia merasa ngantuk saat kakaknya mengelus kepalanya dengan lembut dan berakhir dengan Lavisa yang tertidur.
Melihat Lavisa yang tertidur, si sulung pun langsung ke arah kamar Rose yang tidak jauh dari kamar Lavisa. Soya melihat Rose sedang berada di balkon luar sambil memandang ke arah luar dengan tatapan kosong.
"Jangan bengong-bengong. Ga takut kesambet apa?" Rose kaget mendengar suara kakaknya yang tiba-tiba muncul di kamarnya
"Astagah kak Chu, kukira siapa" balas Rose dengan kesal
"Haduh kenapa sih 2 adik kakak yang paling kecil lagi suka pake nada keselnya sama kaka. Apa sekarang kak Chu kurang tegas ya, sampai kalian bisa gunain nada itu, hm?" ucap Soya dengan santai namun Rose sudah menunduk karena takut. Umur Rose memang lebih tua daripada Lavisa tapi tetap saja kalau berurusan dengan kakak sulungnya ia tetap menciut.
"Maafin Osi ya kak Chu. Osi ga sengaja ngeluarin nada itu, karena kaget aja kak" Rose mengeluarkan nadanya dengan perlahan karena ia takut menyinggung kakaknya
"Paham, kakak juga ga ambil hati karena kak Chu tahu perasaan hati kalian berdua lagi ga baik-baik aja" Soya berusaha menenangkan Rose dengan mengelus tangan Rose
"Adik kamu cerita kalau dia gasuka sama sifat kamu yang sekarang. Dulu kamu lembut, sekarang nyebelin katanya" lanjut Soya dengan terkekeh an Rose hanya bisa mengela nafasnya dengan kasar
"Aku sebenarnya ga mau kayak gitu Kak Chu. Cuman gimana ya. Aku tuh takut kejadian sebelumnya terulang lagi. Makanya aku selalu peringatin dia" kata Rose yang kali ini mengungkapkan perasaannya
"Kamu tuh ga perlu khawatir akan itu. Kak Chu dan Kak Nini yang lebih paham dan ngerti untuk buat Lavisa ga kayak gitu lagi. Malah harusnya kamu tetap jadi Osi yang dulu. Yang bisa ngejaga Lavisa karena itu bagian yang gabisa digantiin sama kita berdua" Soya berusaha untuk menenangkan pikiran sang adik dan menjelaskan agar sang adik tidak salah paham
"Nanti aku minta maaf sama Lala ya kak Chu" Rose langsung memeluk kakak pertamanya karena ia merasa sangat bersalah kali ini
"Haduh manjanya adik aku yang satu ini. Iya, minta maaf ya sama Lala. Kak Chu gamau kalian berantem" Rose hanya menganggukkan kepalanya sambil menikmati pelukkan hangat dari Soya
--------------------------------------------------------------------------------------
Duo maknae ini sering banget berantem. Sayang tapi Gengsi!

KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
Fiksi PenggemarKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...