12 - Hacker

1.7K 207 7
                                        




Di dalam ruangan Soya, ketiga adiknya sedang memaksa dirinya untuk makan serta beristirahat karena tahu kalau kakaknya ini sudah lelah dikarenakan begadang dan belum makan sama sekali.

"Udah aku siapin makanan ya kak, sekarang kak Chu makan habis itu kita pulang" Jennie saat ini memang menyiapkan makanan serta vitamin dari rumah untuk dibawa ke kantor.

"Aku tuh ga nafsu lho Ni, aku lebih pengen tidur" Soya menyingkirkan makanannya dan merebahkan badannya

"Kak Chu harus tetep makan, ntar sakit" kali ini Rose yang mengeluarkan suaranya

"Kak Chu makan dulu aja, aku masih curiga sama peretasan hari ini. Sambil aku otak-atik, kakak makan. Udah ga tidur terus ga makan, nanti kalau aku ngomong serius malah nga ngo ga ngo lagi"timpal Lavisa yang sedang duduk sambil meletakkan laptopnya di paha

"Kamu jangan gitu posisinya, di meja kak Chu aja kalau mau main laptop. Ga bagus radiasinya untuk badan kalau gitu" Jennie langsung mengeluarkan suara tegasnya yang membuat Lavisa langsung ke meja Soya dan menggerakkan jarinya untuk mencari info di balik peretasan tersebut.

Lavisa memang tahu kalau ini diretas dari Darmawan Company namun ia takut kalau ternyata ada karyawan yang mencoba untuk mengkhianati perusahaan Soya. Pasalnya, software yang dipakai oleh Pak Anton dan team adalah software yang tidak mudah ditembus kecuali ada yang sengaja untuk melemahkan software tersebut dengan id yang ia punya. Si bungsu menatap laptop dengan serius dan ia tidak memedulikan kedua kakaknya yang sedang membujuk si sulung makan.

Dengan beberapa waktu, Lavisa akhirnya menemukan tulisan serta kode yang aneh. Menurutnya ini bisa jadi sebagai clue untuk mengetahui siapa yang berkhianat kepada Soya. Si bungsu menggunakan kertsa serta pulpen untuk mencatat user id yang ia curigai sebagai hacker. Setelah itu ia berinisiatif untuk berbicara kepada Randy mengenai nama-nama karyawan yang ada di sana.

"Kak Chu, aku boleh pinjem Pak Randy sebentar gak? Aku mau nanya sesuatu sama beliau" suara Lavisa membuat ketiga kakaknya menatap secara bersamaan.

Soya yang sedaritadi sedang makan karena dipaksa oleh kedua adiknya pun menuju mejanya karena di sana ada telfon yang langsung terhubung dengan Randy.

"Ran, tolong kesini sebentar" ucap Soya yang langsung mematikan telfonnya.

Tidak lama Randy langsung masuk dengan wajah yang panik karena ia takut kalau sudah dipanggil. Ia takut jika ada masalah baru.

"Ran gimana hasil rapat tadi?" sebelum Lavisa bertanaya, Soya penasaran dengan rapat dadakan yang diadakan

"Sudah clear Boss, mereka langsung pulang dengan berat hati karena hanya dengan 45 menit non Lavisa menepati janjinya. Untuk saham non Lavisa juga sudah bertambah. Jadi aman" Soya merasa senang mendengar laporan dari Randy

"Thank you Ran, kamu lagi ga sibuk kan? Lavisa mau minta tolong, saya gatau dia daritadi ngapain sama laptopnya" Randy pun hanya menganggukkan kepalanya saja mendengar pernyataan dari Bossnya.

"Maaf Pak, udah ganggu waktunya. Aku boleh minta data karyawan IT di sini gak?" Randy mengeryitkan dahinya, ia ingin bertanya untuk apa tapi ia takut dnegan posisi Lavisa sebagai pemegang saham dan adik dari CEO perusahaannya

"Ada Non, namun sifatnya confidential" jawab Randy dengan singkat

"Gapapa Ran, kasih aja ke Lavisa. Dia lagi coba mencari tahu siapa yang berkhianat karena menurut Lavisa, ini ada unsur orang dari kita" jelas Soya yang membuat Randy paham

"Baik Boss" Randy langsung ke arah Lavisa dan membuat komputer Soya yang tepat berada di sebelah Lavisa.

"Jadi ini Non nama keseluruhan karyawan di team IT kita. Jumlahnya memang ga banyak sekitar 20 orang dengan berbeda jobdesk" Randy memperlihatkan data karyawan kepada Lavisa

The DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang