Kejadian semalam membuat Lavisa tidak berani berkutik di depan ketiga kakaknya. Seperti saat ini, ia hanya bisa menikmati salad sayurnya sebagai sarapan. Ia tidak berani mengeluarkan suara protesnya seperti biasa. Si bungsu hanya memakan serta meminum apa yang diberikan oleh Jennie. Dengan perasaan yang sedih dan menyesal, Lavisa pun menurut agar kakaknya tidak kembali marah.
Rasa sakit yang ada di pipi Lavisa pun belum sembuh. Ia mengunyah saladnya dengan perlahan. Soya yang sedaritadi memerhatikan Lavisa pun merasa aneh karna adiknya satu ini sangat lambat memakan sarapannya. Walaupun Lavisa memang lamban jika memakan sayur, tapi ini lebih lama dan tidak seperti biasanya.
"Kenapa kamu makannya lama banget? Sakit gigi?" Ucapan Soya membuat Jennie serta Rose melihat Lavisa dengan bersamaan.
Lavisa yang tidak ingin ketiganya kembali marah pun hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat. Di saat Lavisa menggelengkan kepalanya, Jennie melihat pipi si bungsu yang terlihat berwarna biru dan merah. Ia tersadar kalau cubitan semalam membuat pipi si bungsu memar.
"Pipi kamu sakit karna aku cubit?" Jennie mengeluarkan nada datar serta tegas kepada adiknya
"Dikit kak" Sejujurnya Lavisa ingin berkata kalau ini rasanya sangat sakit sekali namun ia tidak ada keberanian untuk mengatakannya
"Jangan bohong. Pipi kamu aja udah ada warna biru gitu" Jennie menjawab dengan cetus sambil mengambil salep yang ada di kotak P3K
Dengan sigap Jennie memakaikan Lavisa salep untuk pereda nyeri dan agar memarnya juga bisa hilang. Si bungsu hanya meringis kesakitan di saat kakaknya mengobati. Namun tetap saja ia tidak berani menangis lagi. Si bungsu benar-benar takut dengan sikap Jennie yang sekarang.
"Ni, Lala ganti sarapan aja ya? Kasihan harus makan sayur, kan ada bagian yang sedikit keras kalau dikunyah. Ganti bubur aja gimana?" Soya memang sengaja bertanya kepada Jennie terlebih dulu. Karena seperti kesepakatan awal, Jennie akan mengurus Lavisa perihal makanan serta minuman yang masuk ke dalam tubuh Lavisa.
"Iya gantin bubur aja kak. Ini aku masakkin bubur dulu. Tolong jagain anak kecil ini biar ga macem-macem ya kak" Soya serta Rose hanya tertawa terkekeh mendengar ucapan Jennie yang selalu mengatakan Lavisa adalah anak kecil. Ekspresi si bungsu pun hanya bisa cemberut karna ia tidak suka dikatakan sebagai anak kecil
"Tenang aja, anak kecilnya kak Nini bakal kita jagain" ucapan Rose lagi-lagi membuat Lavisa kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Dengan cepat, Jennie langsung mengarahkan dirinya ke dapur untuk memasak bubur buat Lavisa. Di ruang makan, si bungsu hanya bisa melihat kedua kakak ya yang sedang makan. Setelah kejadian semalam, gadget yang dipakai Lavisa pun disita. Jadi saat ini, Lavisa hanya bisa mengandalkan televisi serta komputer yang ada di kamarnya untuk menonton atau membaca artikel.
Lamunan si bungsu langsung teralih di saat bubur buatan Jennie ada di hadapannya. Wangi semerbak buburny membuat si bungsu lapar dan segera memakannya dengan perlahan. Memang tidak bisa dipungkiri, kehebatan Jennie dalam memasak membuat si bungsu memakan dengan cepat walaupun sedikit meringis karna sakit di saat membuka mulutnya. Tapi itu tidak menjadi halangan untuk Lavisa memakan buburnya dengan cepat.
"Enak buburnya?" tanya Rose yang sedikit iri kepada adiknya. Karena wangi buburnya membuat Rose juga ingin memakan bubur daripada sayur.
Jangan lupakan hukuman Rose yang mengajak Lavisa memakan junk food di luar rumah. Sampai sekarang hukuman itu tetap berlaku dan sudah menjadi hal biasa buat Rose untuk memakan salad sayur di setiap harinya. Sesungguhnya ia bosan tapi siapa yang berani menghadapi si kucing.
"Kamu makan ini juga, bosan kan makan sayur terus" Rose langsung membinarkan matanya saat Jennie memberikan bubur yang berisi ayam, udang, daging dan juga beberapa sayuran.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Different
Fiksi PenggemarKeluarga dianggap rumah untuk setiap manusia di bumi, dijadikan tempat untuk pulang dan beristirahat di saat lelah. Tapi berbeda dengan Lavisa yang menjadikan keluarganya sebagai tempat kost-kostan aja. Tempat untuk tidur, makan dan mandi saja tapi...