11

291 58 4
                                    

***

Kwon Jiyong mencari nomor telepon Jeon Somi di handphonenya. Tahun lalu, mereka berhubungan, sebagai seorang artist dan penata gayanya. Wanita itu datang ke Paris untuk sebuah acara fashion, lalu mereka bekerja sama. Jiyong yang merancang pakaian untuknya, lalu memberikan design lain untuk music video gadis itu. Selain hubungan pekerjaan, mereka tidak punya jenis hubungan lainnya. Karenanya, Jeon Somi sedikit terkejut saat malam ini Jiyong meneleponnya.

Setelah mendapatkan nomor telepon Toil— dari Somi— Jiyong langsung menelepon orang itu. Ingin mengomelinya, ingin memarahinya atas semua omong kosong yang Toil lontarkan dalam siaran langsungnya. Namun saat panggilan itu di jawab, "halo?" Toil bersuara, setelah dering kelima. "Halo? Siapa ini? Kwon Jiyong?" susul Toil, membuat Jiyong segera tersadar, kembali pada kenyataan dan langsung mematikan panggilan itu.

"Augh! Apa yang sudah kau lakukan Kwon Jiyong?! Kenapa kau meneleponnya?!" seru Jiyong, yang sekarang melempar handphonenya sendiri ke atas ranjang kamar hotelnya. Ocehan Toil sempat sukses memancing emosi Jiyong, membuat pria itu hilang kendali hingga tanpa sadar menghubunginya. Meski tidak seberapa lama.

***
Ahn Toil

Kau benar-benar Kwon Jiyong kan?

Somi memberitahuku, kalau kau butuh nomor teleponku

Ada apa?

Kau butuh uang?

Ingin aku pinjami uang?

Berapa banyak?

Kenapa kau tidak minta pada ayahmu saja?

Atau kau butuh nomor telepon Lisa? Cari saja di internet

Kau butuh pengacara? Apa yang kau lakukan? Menipu orang? Membawa kabur uang orang?

Izin pengacaraku belum dicabut. Kau butuh konsultasi hukum?

Tapi aku tidak mau. Aku tidak akan memberimu konsultasi apapun.

Ahh... Kerja sama?

Somi bilang kau pernah jadi stylist-nya.

Tapi aku tidak butuh stylist baru, Lisa sudah mengurus pakaianku.

Lagi pula aku tidak suka selera pakaianmu.

***

Jiyong kalah cepat, Toil lebih dulu memborbardirnya dengan banyak pertanyaan. "Aku harusnya sadar, Somi tidak akan memberikan nomor telepon Toil begitu saja," gerutu Jiyong, saat membaca bagian atas pesan-pesan Toil di handphonenya.

Bak seorang pria yang baru saja ketahuan memata-matai mantan pacarnya, kini Jiyong meringkuk di ranjang. Ia menyesali perbuatannya, menyesal karena menonton siaran langsung Toil, juga menyesal karena terpancing oleh ocehan pria itu.

Sampai keesokan harinya, Jiyong tidak membalas pesan Toil. Pria itu juga tidak lagi mengiriminya pesan, tidak juga balas meneleponnya. Seolah tahu kalau Jiyong tidak ingin dihubungi olehnya. Tapi justru karena Toil tidak lagi menghubunginya, Jiyong jadi lebih sering membuka handphonenya. "Kenapa dia tidak meneleponku? Dia tahu aku membaca pesannya, tapi dia tidak menghubungiku lagi?" bingung Jiyong, sebab sikap Toil sekarang, tidak pernah ia perkirakan sebelumnya.

Eurydice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang