37

190 41 0
                                    

***

Ketika bangun, Jiyong baru menyadari kalau ada selimut yang menutupi tubuhnya. Ia juga baru tahu kalau ada bantal di bawah kepalanya. Rasa-rasanya semalam ia tidur tanpa dua benda itu. Hanya berbaring di sofa, memandangi Lisa yang tidur di ranjang, seperti perawat yang menjaga pasiennya.

Tapi pagi ini, Lisa tidak ada di sana. Ranjang gadis itu kosong, balkon di kamarnya masih terbuka dengan angin dingin yang meniup tirainya. Pintu kamar mandi tertutup, namun tidak ada tanda-tanda seorang berada di sana. Kantuk seketika hilang, pikiran membawanya pada berbagai angan mengerikan. Bagaimana kalau Lisa ada di kamar mandi? Terluka dan tidak berdaya? Bagaimana bisa ia terlelap sangat nyenyak semalam? Padahal keberadaannya di sana untuk menjaga gadis itu?

Jiyong berlari ke kamar mandi. Hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri namun begitu ia buka pintu kamar mandinya, pria itu bisa menghela nafas leganya. Lisa tidak ada di sana. Lisa tidak terluka di kamar mandi.

Pria itu kemudian keluar, mencari-cari Lisa di lorong depan kamar, menggedor pintu kamar Toil agar pria itu bangun. Kamar Toil tidak terkunci malam ini, Jiyong bisa mendorong pintunya lalu melihat Toil berbaring di ranjang. Pria itu meringkuk dengan pintu balkon yang juga terbuka, lalu di sebelahnya seorang pria lain terlelap. Di sofa pun ada seorang lainnya, laki-laki juga, dan ia terbangun mendengar kedatangan Jiyong ke sana.

"Oh? Siapa?" tanya pria itu, jelas masih mengantuk.

"Kembali lah tidur," kata Jiyong, yang memilih untuk melangkah, menghampiri Toil. Ia membangunkan si pemilik rumah, memaksa Toil membuka matanya, sampai memaksa pria itu keluar dari kamarnya.

"Lisa tidak ada," kata Jiyong begitu Toil berdiri tegak di depannya. "Lisa tidak ada di kamarnya!" seru pria itu sekali lagi, menyadarkan Toil dari kantuknya.

Di saat yang sama, bel pintu rumah itu berbunyi. Keduanya bertukar tatap untuk beberapa detik, sampai bel pintu ditekan untuk kedua kalinya. "Semalam Lisa bilang dia mau mati, sekarang dia tidak ada di rumah!" seru Jiyong sekali lagi, membuat keduanya lantas berlari turun ke bawah.

Semoga bukan polisi. Semoga bukan kabar buruk yang datang. Toil mengomel, dalam langkah mereka ke pintu depan. Memarahi Jiyong yang menurutnya tidak bisa menjaga Lisa. "Aku hanya menyuruhmu menjaganya semalaman! Bisa-bisanya kau tidak tahu kemana dia pergi!" omel Toil, yang selanjutnya membuka pintu depan dan melihat seorang kurir makanan datang.

Kurir itu datang dengan banyak makanan di tangannya. Jiyong meraih semua makanan itu, sedang Toil bergerak mundur, memijat kepalanya sendiri, bersikap seolah ia baru saja di tampar kenyataan. "Augh! Sialan! Bajingan!" sebal Toil, lantas melangkah terhuyung-huyung ke dalam rumah. Pria itu berbaring di sofa, sedang Jiyong membawa masuk makanan-makanan yang datang.

"Coba cek ke pintu kamar, Lisa pasti meninggalkan pesan di sana," suruh Toil kemudian, disusul keluhan-keluhan panjang kalau ia baru saja tidur beberapa jam yang lalu.

Saat itu pukul delapan, dan Toil baru beranjak tidur di pukul lima pagi tadi. Setelah meninggalkan banyak makanan di meja makan, Jiyong melangkah naik. Ia berjalan ke kamar Toil, mencari note yang mungkin Lisa tinggalkan di sana. Tidak ada apapun di pintu kamar Toil, membuat Jiyong harus memperluas pencariannya.

Ternyata, selembar kecil note yang Toil bicarakan terjatuh di belakang pintu. Note itu ditinggalkan di pintu kamar Toil, seperti biasanya, namun jatuh ke lantai dan terbang ke belakang pintu kamar Toil ketika Jiyong menggedor juga membuka pintu itu. Jiyong terlalu panik hingga ia tidak sadar kalau ada selembar pesan di sana.

"Aku ke kantor. Kita bicara sepulang kerja. Aku sudah memesan sarapan untuk kalian," begitu pesan yang Lisa tinggalkan.

Sesaat setelah membaca pesan itu, Jiyong memperhatikan sekelilingnya. Dua pria yang baginya asing ada di kamar. Toil kembali tidur di sofa ruang tamu lalu saat ia turun dari lantai dua, Jisoo keluar dari kamar tamu. Gadis itu keluar bersama seorang pria, bahunya dirangkul sedang Jisoo merangkul pinggang pria itu.

Melihat Jiyong, Jisoo lepas tangannya dari pinggang pria di sebelahnya. Jiyong menggerakan kepalanya untuk menyapa mereka, lantas menunjuk meja makan, mengatakan kalau mereka harus sarapan sebelum pergi. "Lisa noona menyiapkan sarapan?" tanya si pria, dengan wajah sumringahnya.

Jiyong mengangguk, menyuruh mereka berdua untuk makan sedang ia menghampiri Toil. Pria itu berdiri di depan Toil, mendorong Toil sampai ke sandaran sofanya lalu duduk di tepian sofa itu. "Telepon Lisa, atau kantornya, pastikan dia benar-benar ada di kantor," suruh Jiyong, sengaja mengulurkan handphonenya agar Toil segera melakukan perintahnya.

Setelah lama dibujuk agar bangun, Toil akhirnya duduk, memakai telepon rumahnya yang ada di sebelah sofa lalu menelepon kantor ayahnya. "Halo? Ini aku, Ahn Toil," katanya, dengan suaranya yang serak. "Maaf aku tiba-tiba menelepon, bisa sambungkan teleponku dengan pengacara Jung? Oh? Ini ruanganmu sekarang? Lisa, sambungkan teleponku padanya, dia di kantor kan?"

"Dia ada di ruangan ayahmu, sesuatu terjadi di rumah? Ayahmu kedengarannya marah sekarang."

"Huh?! Dia dimana?! Kenapa dia ke sana?!" Toil berseru, mengejutkan sepasang kekasih yang sedang makan, juga mengejutkan Jiyong yang duduk di sebelahnya. Toil mengakhiri telepon itu tanpa menunggu jawaban pria yang ia ajak bicara—Ahn Bohyun, sepupunya.

"Suruh semua orang pulang, lalu panggil seseorang untuk membersihkan rumah," Toil berseru, tiba-tiba memerintah Jiyong sembari berlari ke lantai dua. Kantuknya seketika hilang setelah menelepon.

"Kenapa?! Apa yang terjadi?!" seru Jiyong, jelas kebingungan.

Pria itu mengekor, mengikuti Toil masuk ke dalam kamar Lisa, melihat pria itu membuka lemari pakaian di sana. "Apa? Ada apa?!" tanya Jiyong, tentu mendesak Toil agar bicara.

"Lisa sedang memberitahu ayahku tentang Bibimu! Heish! Dasar pengadu! Aku bisa mati kalau ketahuan menyembunyikannya! Augh! Bajingan, Lisa!" jawab Toil. "Aku harus ke kantor sekarang- augh! Sialan! Dimana dia menyimpan jasku?! Ya! Kau punya jas kan?!" panik Toil, mengacak-acak lemari pakaian Lisa yang penuh setelan warna-warni, melempar beberapa pakaian ke lantai agar ia bisa menemukan miliknya namun sayang, tidak ada jasnya di sana. Toil hampir tidak pernah memakai jasnya. Isi lemarinya sekarang hanya kaus dan jaket, mungkin ada beberapa sweater juga di sana. Tapi seingat pria itu, ia menitipkan beberapa jasnya pada Lisa. Mengizinkan Lisa memakainya, sebagai bayaran atas sewa tempat di lemari gadis itu.

Akhirnya, Jiyong meminjaminya pakaian formal miliknya. Pria itu bahkan memberinya beberapa semprot hair spray, memastikan pria yang tidak mandi itu terlihat rapi dan formal pagi ini. "Usir semua orang, pasang lagi foto pernikahanku, semuanya ada di gudang. Ayahku mungkin akan ke sini nanti," pesan Toil sebelum ia pergi. "Ah! Ah! Kunci kamarku dari dalam, jangan cabut kuncinya, lalu keluar lewat balkon. Kalau ayahku membuang semua alat musikku, kau yang harus menggantinya!" ancam Toil kemudian, yang tanpa menunggu reaksi Jiyong langsung memacu mobilnya pergi.

***

Eurydice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang