13

309 66 3
                                    

***

Lisa tersenyum kepada pria di sebelahnya. Sesekali terkekeh menanggapi ocehan pria itu. Keduanya asik membicarakan kenalan mereka, sedang di belakangnya Toil juga Jiyong mengekor. Toil babak belur, tapi Jiyong terluka lebih parah daripada pria itu. Toil juga Jiyong heran, kenapa mereka harus memperlambat langkah mereka hanya untuk mendengarkan obrolan Lisa dengan temannya itu. Namun seolah takut menyela, keduanya tetap berada di sana, tetap mengekor.

"Sampai nanti, kapan-kapan kita makan bersama," Kim Woobin berkata, tentu pada Lisa— seolah dua pria lain di sana tidak terlihat oleh matanya.

"Hm... Kapan-kapan traktir aku makan, aku ingin mie instan yang waktu itu, enak sekali," balas Lisa, membuat obrolan itu berlanjut setidaknya lima menit lagi. Membuat Toil dan Jiyong harus menunggu gadis itu selesai mengobrol. Bak dua anak laki-laki yang tengah menunggui ibunya selesai bergosip.

Jam sudah menunjuk pukul setengah sepuluh sekarang. Toil mengekor sampai ke tempat parkir, sebab mobilnya ada di restoran tempatnya bertemu dengan Jiyong tadi. Jiyong pun sama, mengekor sampai ke mobil, namun tidak berencana untuk masuk ke sana.

"Aku akan naik taksi, terima-"

"Masuk," potong Lisa, sengaja membuka pintu mobil di belakang kursi pengemudi. Menyuruh Jiyong masuk ke dalam mobilnya— mobil Jinboem yang ia pinjam.

"Kenapa? Untuk apa mengajak-"

"Masuk!" perintah Lisa, memelototi Toil lalu Jiyong bergantian. Memaksa dua pria itu masuk ke dalam mobil yang akan ia kemudikan. "Augh! Sudah berapa umur kalian?! Kenapa berkelahi di restoran?! Orang sinting," gerutu Lisa, masuk ke dalam mobil setelah memastikan dua pria tadi masuk lebih dulu.

"Dia yang-"

Toil akan membela dirinya, akan mengatakan kalau Jiyong yang mengawali perkelahian itu. Namun Lisa sudah lebih dulu memukulnya. Tiga kali, gadis itu memukul bagian belakang kepala Toil dengan sebelah tangannya. Sedang tangan lainnya sibuk memutar roda kemudi, mengeluarkan mobil itu dari kantor polisi.

"Bodoh! Kau dungu?! Berkelahi di depan umum?! Kau sudah tidak peduli dengan karirmu lagi?! Ya! Sialan! Aku sudah berusaha membelamu saat kau ingin jadi produser! Sekarang ini yang kau lakukan?! Bajingan!" marah Lisa.

"Ya! Gadis gila! Dia yang mulai duluan! Kenapa hanya aku yang dipukul?!" Toil balas berteriak, akan memukul Lisa namun mengurungkan niatnya karena gadis itu sedang menyetir sekarang.

"Augh! Bodoh! Bagaimana bisa aku memukulnya?!" kesal Lisa, yang tidak bisa memukul Jiyong karena posisi pria itu tidak terjangkau olehnya. Jiyong duduk di belakang, tangan Lisa tidak akan bisa meraihnya.

Melihat adegan itu, Jiyong terdiam. Perasaan terasing kini memenuhi hatinya. Hubungan Lisa dan Toil sebenarnya tidak berubah. Sedari dulu mereka begitu, bertengkar, saling memaki, bahkan memukul. Namun melihat hubungan itu setelah sepuluh tahun merindukannya, membuat Jiyong merasa luar biasa buruk. Membuatnya sadar— bagi mereka, aku hanya orang asing sekarang— anggapnya.

"Apa kau anak-anak?! Bisa-bisanya bertengkar di tempat umum?! Bagaimana kalau ada orang yang merekamnya?! Kau tidak memikirkannya?! Augh! Bodoh! Dasar dungu!" omel Lisa, tetap sembari mengemudikan mobilnya.

"Ya! Berengsek! Sudah aku bilang dia yang mulai duluan! Dia yang mengajakku berkelahi! Augh! Kenapa kau hanya menyalahkanku?! Ya! Bajingan! Katakan sesuatu! Kau yang memulai perkelahian tadi!" Toil tetap marah, tetap menyalahkan Jiyong atas kekacauan mereka malam ini.

"Aku tidak-"

"Ya! Kwon Jiyong! Kau diam saja! Kau pikir kau punya hak untuk bicara sekarang?!" potong Lisa, memaki Jiyong dengan nada bicara yang sama. "Kau juga sudah tidak waras?! Sudah cukup Toil saja yang kekanakan, kenapa kau juga harus mengikutinya?! Kau tidak punya karir yang harus kau jaga?! Kau harusnya tahu kalau kau yang paling tidak boleh berulah sekarang!" sebal gadis itu, terus mengomel, terus berteriak, sampai empat puluh menit setelahnya mereka tiba di rumah.

Singkat cerita, setelah omelan panjang selama perjalanan tadi, Jiyong dan Toil disuruh masuk ke dalam rumah. Disuruh duduk di ruang tamu dan mereka berdua tidak punya kemampuan untuk membantah. Tatapan Lisa sekarang benar-benar tajam. Melihat dua pria itu seolah siap untuk memenjarakan mereka lagi.

Sedang dua pria itu duduk, Lisa pergi ke dapur. Dengan kasar ia buka dan tutup rak dapurnya. Mencari sesuatu di sana, kotak obat. Begitu menemukannya, Lisa taruh kotak obat itu di atas meja. Sedikit melemparnya karena kesal.

"Mau berkelahi atau saling bunuh, lakukan di sini. Aku tidak peduli," ketus Lisa, lantas berbalik, melangkah ke arah tangga rumahnya, akan pergi ke kamarnya.

Kali ini gadis itu melangkah sembari menelepon. "Oppa, maaf karena meneleponmu malam-malam begini," katanya, dengan suaranya yang lembut dan penuh keceriaan.

"Gadis sinting itu benar-benar berkepribadian ganda," cibir Toil, sesaat setelah Lisa menghilang di balik dinding.

"Tidak, bukan masalah besar... Aku hanya merasa perlu memberitahumu, tadi sore, Toil oppa berkelahi dengan seseorang," kata Lisa pada pria yang ia telepon. "Tentu saja bukan masalah kalau dia berkelahi, sejak kapan dia bisa menahan emosinya? Tapi masalahnya... orang yang berkelahi dengannya itu Kwon Jiyong," susul Lisa, dengan suara yang samar-samar masih bisa Toil dan Jiyong dengar.

Mendengar Lisa berkata begitu, Jiyong langsung membulatkan matanya yang bengkak, memar karena dipukul Toil. Tentu pria itu bertanya, pada siapa Lisa sedang melapor sekarang. Ia tidak bisa membiarkan Lisa melaporkannya pada ayahnya. Ia tidak bisa menemui keluarganya sekarang.

"Ahn Bohyun," jawab Toil. "Bibimu terlibat masalah sekarang. Mengemudi saat mabuk. Kau memilih hari dan tempat yang buruk untuk berkelahi," susulnya kemudian. Baru sadar kalau Jiyong bisa jadi sorotan karen perkelahian mereka tadi. Kwon Anna baru saja membunuh seseorang karena menyetir saat mabuk, lalu keponakannya ketahuan berkelahi di restoran— beritanya tidak akan berdampak bagus untuk bisnis keluarga Kwon.

Jiyong sempat membisu sekarang. Alih-alih mengambil obatnya, ia justru membuka handphonenya. Mencari berita tentang Kwon Anna, meski tidak satu pun berita ia temukan. Media sepertinya telah dimanipulasi, sebab kecelakaan yang Toil bicarakan tidak muncul dalam laman berita mana pun.

"Kau tidak akan menemukan apapun, ayahmu pasti sudah mengurusnya," pelan Toil, yang sekarang sibuk mengobati wajahnya sendiri. "Perkelahianmu hari ini, dia juga pasti akan mengurusnya. Tapi... Bagaimana ini? Ayahmu akan langsung tahu kau ada di sini," susulnya, bukan mengkhawatirkan Jiyong tapi sengaja mencibirnya. Sengaja memancing lagi emosi pria itu.

***

Eurydice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang