***
Awalnya Jiyong hanya penasaran. Ia pakai handphonenya, mencari nama Lisa di sana. Tidak banyak yang pria itu temukan. Akun pribadi Lisa sudah lama tidak dipakai, sejak sepuluh tahun lalu. Namun pria itu berhasil menemukan nomor telepon gadis itu, dari website firma hukum tempat Lalisa bekerja. Alamat kantor dan nomor telepon bisnisnya ada di sana, meski Jiyong tidak tahu siapa yang akan menjawab teleponnya jika ia menghubungi nomor itu.
Karena tidak banyak yang bisa ia temukan lewat nama gadis itu, Jiyong memakai nama Toil untuk pencariannya. Mereka sudah menikah, Dahee bilang mereka sudah menikah, mungkin saja Toil mengunggah foto pernikahan mereka. Tidak perlu banyak berusaha, memang tidak seterkenal member boygroup, tapi ada banyak video tentang Toil di internet.
"Dia benar-benar produser musik sekarang," gumam Jiyong, setelah melihat banyak judul lagu di bawah nama temannya itu. Bahkan tahun lalu, Toil dapat penghargaan sebagai produser musik hip hop terbaik.
Malam ini Jiyong berhasil menemukan akun pribadi Toil. Pria itu punya banyak pengikut, dan Jiyong jadi salah satunya. Meski Jiyong tidak memakai nama aslinya untuk akun itu. Ia ragu Toil akan mengenalinya, namun tetap memilih untuk berjaga-jaga. Jangan sampai Toil menemukan akun pribadinya, yang tanpa nama, tanpa foto itu.
Baru beberapa detik sejak Jiyong mengikuti akun pribadi Toil, tapi notifikasi kalau Toil melakukan siaran langsung sudah muncul di handphonenya. Jiyong mengikuti siaran langsung itu. Hanya ingin tahu, bagaimana temannya sekarang hidup— dan siapa tahu, Lisa akan muncul dalam siaran langsung itu.
Satu menit pertama, Toil tidak mengatakan apapun. Pria itu sibuk dengan keyboard komputernya, setelah meletakkan handphonenya. Membiarkan para penonton siaran langsungnya melihatnya bekerja, tanpa bicara. "Apa yang sedang dia lakukan?" heran Jiyong, akan keluar dari siaran langsung itu tapi Lisa muncul di sana.
"Ya! Ahn To!" suara Lisa muncul di sana, lalu beberapa penggemar Toil mulai menulis namanya— "apa itu Lisa?" begitu yang mereka tulis di kolom komentar.
"Apa?" jawab Toil tanpa menoleh, masih sembari mengetik sesuatu di komputernya.
"Kau akan tetap di sini sampai pagi kan?"
"Hm... Sepertinya? Kenapa?" tanya Toil, kali ini menoleh ke arah kanan. Mungkin pintunya di sana, dan Lisa berdiri di sana, sosoknya tidak tertangkap kamera. "Oh? Kau berdandan? Kau akan pergi ke suatu tempat? Kemana? Club? Bar?" susul Toil, setelah ia melihat lawan bicaranya.
"Ya! Rekam dia! Aku juga mau melihatnya," di dalam kamar hotelnya, Jiyong berkata. Bicara seolah Toil bisa mendengarnya. Namun seperti dugaan semua orang, Toil tidak mendengarnya. Toil tidak akan bisa mendengarnya.
"Pinjam mobilmu, aku harus ke kantor," jawab Lisa, sama sekali tidak menanggapi tebakan Toil tadi.
"Untuk apa? Heish! Bajingan ini mulai berlaga rajin bekerja lagi," gerutu Toil, lantas melempar kunci mobilnya. "Sudah jam berapa sekarang? Untuk apa kau pergi ke kantor? Sudah tidak ada atasan yang bisa kau jilat di sana," ocehnya namun Lisa tidak menanggapinya. Suara yang selanjutnya terdengar hanya suara bantingan pintu. "Augh! Dasar pemarah! Apa kau berkencan dengan Lisa? Tidak, aku tidak berkencan dengannya. Kepribadian kami sangat tidak cocok, bertolak belakang! Kami terus bertengkar," kini Toil melihat beberapa komentar dalam siaran langsungnya itu.
Toil melanjutkan siaran langsungnya, sedang Jiyong penasaran kemana Lisa akan pergi semalam ini. Toil bilang, Lisa akan pergi ke kantor, tapi sekarang sudah hampir tengah malam. Untuk apa gadis itu pergi ke firma hukum di tengah malam begini? Bekerja pun tidak akan ada orang di sana.
"Aku melihatmu memukul seorang pria di supermarket," komentar seorang penonton siaran langsung itu sekali lagi menghentikan Jiyong untuk keluar dari siaran itu. Toil yang membaca komentar itu, tanpa benar-benar fokus kepada para penontonnya. "Ya, tadi sore aku memukul seseorang di supermarket. Apa itu kekasih Lisa? Bukan, dia bukan kekasih Lisa. Atau mereka pernah berkencan? Aku tidak tahu. Whoa! Sial, apa yang kalian bayangkan? Aku memukul kekasih Lisa karena cemburu? Mana mungkin! Aku tidak akan melakukan itu! Orang yang aku pukul tadi teman sekolahku dulu. Kami sudah lama saling kenal, tapi dia kabur dari rumah, bertahun-tahun pergi, lalu muncul lagi seolah tidak terjadi apapun padahal semua orang mencarinya," cerita Toil, seolah tidak ada rahasia apapun yang perlu ia jaga.
"Bisa-bisanya dia bicara begitu di siaran langsung? Orang ini tidak tahu malu!" sebal Jiyong, tapi tetap menonton siaran langsungnya.
Pria itu justru jadi makin penasaran, saat Toil mulai membicarakannya. "Pria yang aku pukul tadi, dia pindah ke lingkungan rumahku saat masih sekolah dasar. Katanya dia terkenal, pernah muncul di TV, tapi aku tidak tahu itu sungguhan atau hanya bualan saja. Waktu itu aku hanya mempercayainya, karena takut dia akan menangis kalau aku bilang dia bohong," cerita Toil.
"Anak laki-laki itu, bagaimana mengatakannya? Dia baik, tapi mudah sekali terluka, hatinya terlalu lembut, mudah sakit juga. Kami harus menjaganya, maksudku aku dan Lisa. Sejak dulu, aku selalu bertengkar dengan Lisa. Kami berebut mainan, saling menjahili, berkelahi, tapi karena tidak ada anak-anak lain di sana, besoknya kami akan bermain lagi. Kami tidak punya pilihan lain. Setiap hari begitu, tapi saat anak ini datang, kami tidak bisa bertengkar. Dia menangis kalau aku bertengkar dengan Lisa. Kita berteman, kenapa kalian bertengkar?— dia akan bilang begitu sambil matanya berkaca-kaca, aneh kan? Tapi karenanya, karena anak aneh itu, kami bisa berteman lama sekali," ocehnya, membawa banyak kenangan untuk Jiyong.
"Sebenarnya, daripada bermain dengan Lisa, aku lebih suka bermain dengannya, dia diam saja kalau aku menjahilinya," kata Toil kemudian. "Tapi, kalau tidak ada Lisa, anak aneh itu tidak mau bermain denganku. Whoa! Jadi selama ini bajingan itu hanya memanfaatkanku untuk mendekati Lisa?!"
"Tidak! Aku tidak pernah memanfaatkanmu! Whoa! Sialan, bajingan ini menuduhku yang tidak-tidak sekarang?! Augh! Kepalanya harus dipukul! Berengsek!" gerutu Jiyong, menanggapi ocehan Toil.
Toil terus membicarakan dirinya dan teman-teman kecilnya dalam siaran langsung itu. Sedang Lisa mengemudi ke kantor, melaju secepat yang ia bisa lalu berlari ke ruang meeting begitu sampai. Lisa tidak sendirian malam ini, beberapa pengacara pun melakukan hal yang. Tergesa-gesa memenuhi panggilan atasan mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Lisa, setelah ia terengah dan duduk di sebelah rekannya.
"Adiknya Presdir Kwon, menyetir saat mabuk," bisik Choi Seunghyun, yang datang beberapa menit lebih dulu dari Lisa.
"Presdir Kwon siapa? Kwon Eugene?"
"Hm... Adiknya Kwon Eugene," angguk pria itu, tetap berbisik.
"Kwon Anna? Hanya menyetir saat mabuk?"
"Dia menabrak seseorang karena menyetir saat mabuk," Seunghyun mengangguk, ingin mengatakan kalau Lisa menyebut nama yang benar.
"Augh... Lalu korbannya? Terluka parah?"
"Meninggal... Dengan sangat mengenaskan," kata Seunghyun, disusul datangnya beberapa pengacara lain dan semua yang datang diminta untuk membela Kwon Anna.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Eurydice
FanfictionOrpheus memainkan musiknya di depan Eurydice, membalut sang dewi dalam alunan cinta yang manis. Eurydice mencintai Orpheus karenanya. Mereka jatuh cinta, tenggelam dalam musik paling lembut dan pelukan yang paling nyaman. Begitu bahagia hingga Dewi...