part 1

5.1K 146 3
                                    

Suara telepon berdering mengagetkan Irham yang tengah duduk santai di meja kerjanya.

Jangan heran jika kelakuan Irham santai-santai seperti ini. Di usianya yang beru menginjak 28 tahun ini, dia sudah berhasil menjadi bos muda. Alias pemilik pabrik tekstil cukup besar yang berada di kotanya.

Tentu saja hal itu tidak luput dari dukungan kedua orang tua dan juga kakaknya, Irham tidak menyangkal hal itu.

Lahir dalam keluarga yang berada, memang lah sangat menguntungkan bagi siapapun di dunia ini. Dan Irham sangat mensyukurinya, dia tidak harus berjuang mati-mati seperti teman-temannya yang lain.

Tidak jarang, Irham masih sering bertemu dengan teman yang masih menganggur. Alasannya tentu saja beragam, ada yang masih belum diterima kerja lah, ada yang ditolak karena tidak memiliki orang dalam, dan banyak lainnya juga.

Bukannya Irham tidak ingin membantu mereka, tapi di pabriknya belum membutuhkan tenaga lebih lagi. Jika pun ada, pasti Irham akan menghubungi teman-temannya lebih dahulu.

Kembali pada waktu sekarang, Irham meraih handphone yang tergeletak di atas meja dan melihat nama kakaknya lah yang tertera disana.

Segera Irham mengangkat panggilan telepon itu, dan tidak lama terdengar suara memerintah di sebrang sana.

"Ham, kamu jemput Evan pulang sekolah nanti. Mamanya lagi sakit jadi gak bisa jemput. Ingat siang nanti, jangan lupa jemput Evan disekolahnya."

Setalah mengatakan kalimat panjang dan penuh perintah itu, telepon langsung saja dimatikan oleh orang disebrang sana. Membuat Irham berdecak.

Dikira dia pembantunya apa ya, bisa dengan enak disuruh-suruh ini itu. Untung saja Irham sedang santai, coba jika tidak. Lagipula kakaknya ini ada-ada saja. Jemput anak sendiri masa tidak bisa.

Pening kepala Irham memikirkan sifat kakaknya yang pemaksa itu, jika tidak dituruti kasihan nanti Evan alias keponakan Irham tidak ada yang menjemput. Untung saudara, jika tidak ingin rasanya Irham pukul kepala itu dengan pantat panci milik Mamanya dirumah.

Irham melirik jam yang tertera di layar handphone miliknya, dan alangkah terkejutnya dia ternyata ini sudah jam dua belas lebih.

Tandanya Evan sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Irham menepuk dahinya pelan, lalu dengan buru-buru dia mengambil kunci mobil dan berlari ke arah parkiran mobil berada.

Irham berdecak kesal, saat mobilnya telah melaju di jalanan. Bertepatan dengan waktu makan siang membuat jalanan lebih ramai dari biasanya.

Bisa-bisa Irham lama dijalan jika terus seperti ini, kasihan sekali keponakannya itu harus menunggu sedikit lebih lama.

Tolong maafkan om Irham, Evan. Semua ini juga tidak luput dari kesalahan Papa kamu yang mengabari secara mendadak seperti ini.

Sekitar tiga belas menit berlalu, Irham sudah berhasil memarkirkan mobilnya di depan gerbang sebuah sekolah dasar swasta terkenal yang berada disana.

Entah apa motivasi kakaknya memasukkan Evan ke sekolah ini, padahal banyak sekolah negeri yang SPP perbulannya gratis. Abaikan soal itu, lagi pula Papa dari Evan ini tidak akan kehabisan uang jika hanya untuk membayar SPP disini.

Irham melihat sekolah ini sudah sepi, hanya tertinggal bapak satpam di luar sana. Irham bertanya pada satpam tapi katanya dia tidak melihat keberadaan murid lain yang masih tersisa, dan satpam itu langsung menyuruh Irham untuk mencari kedalam.

Irham melangkah lebih dalam memasuki sekolah keponakannya ini. Ya tidak heran jika keponakan Irham itu sudah pintar di usianya yang masih belia, sekolahnya saja sudah sebagus ini. Tidak sia-sia uang yang kakaknya keluarkan.

Mungkin nanti jika Irham memiliki anak dia akan menyekolahkannya disini juga. Sungguh jauh sekali pikiran Irham, dia saja masih belum menikah hingga saat ini.

Irham berjalan menyusuri lorong-lorong yang berada di sekolah. Dan diujung sana, yang tidak Irham ketahui itu ruangan apa, terlihat Evan dan seorang perempuan keluar dari dalam dan berjalan mendekat ke arah dirinya.

Tampaknya, karena asik berbicara membuat mereka tidak menyadari kehadiran Irham.

"Evan." Irham memanggil pelan, suasana yang hening di sekitar mereka membuat Evan yang jaraknya masih cukup jauh bisa mendengar dengan jelas panggilan dari Irham.

Evan langsung mengalihkan pandangan ke arahnya, dan tersenyum sumringah karena jemputan yang ditunggunya sudah tiba.

"Om Irham." Seru Evan, lalu dia berlari ke arah Irham.

Sampai di depan Irham, Evan langsung memeluk kaki Irham, tinggi anak itu hanya sebatas kaki Irham saat ini.

"Maaf ya om telat." Irham berucap sembari tangannya mengelus puncak kepala Evan gemas. Membuat rambut anak itu sedikit berantakan.

Mendapati perlakuan seperti itu, Evan lepaskan pelukannya dan menatap dengan tajam ke arah Irham. Evan tidak suka jika rambutmu berantakan, katanya nanti dia jadi terlihat tidak tampan.

Entah siapa yang mengatakan hal tersebut pada Evan.

"Miss Sarah, om aku sudah datang. Aku pulang dulu ya."

Mendengar nama orang lain yang disebutkan Evan, membuat Irham mendongak dan mengalihkan pandangannya dari Evan.

"Iya, see you tomorrow Ervan." Suara lembut yang berasal dari orang di depan Irham.

Irham mengamati perempuan didepannya. Wajahnya tampak tidak asing, Irham berusaha mengingat-ingat akan sosok perempuan didepannya ini.

"Sarah Apriyani." Gumam Irham, membuat orang didepan sana tampak terkejut dan menatap ke arah Irham balik.

Irham menyeringai tipis, dugaannya tidak salah. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali.

Masih ingat rasanya Irham, bagaimana sakitnya ditolak oleh seorang yang selama ini diincarnya.

Selain Sarah, tidak ada satu perempuan pun yang berani menolak seorang Irham. Katanya Irham ini termasuk sosok yang pacarable banget. Pesona yang dikeluarkannya bukan main-main, membuat para wanita yang melihatnya bisa luluh seketika, pengecualian untuk Sarah.

Bisa dikatakan bahwa Irham dulu adalah seorang playboy semasa menjadi mahasiswa disalah satu kampus ternama. Sebagai playboy, tentu saja mendapat penolakan membuat Irham sakit hati saat itu.

"Sudah sangat lama tidak bertemu, rupanya kamu makin cantik aja."

Lagi Irham berucap, membuat Sarah kebingungan. Dia sungguh tidak ingat apapun tentang Irham.

Jika Irham tidak menyebutkan nama lengkapnya tadi, maka saran berpikir bahwa mereka tidak pernah mengenal sebelumnya.

"Maaf, siapa ya?" Sarah bertanya dengan suara yang masih sopan. Dia menatap penasaran pada Irham.

Lagi Irham menyeringai, pandangannya tidak lepas dari bola mata Sarah. Lalu mulut Irham terbuka, menyebutkan nama lengkap juga kampus tempat mereka menimba ilmu.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Sarah mengingat sosok Irham. Tapi reaksi yang ditunjukkan sama sekali tidak membuat Irham puas.

Sarah masih tetap dengan ketenangannya, membuat hati Irham tersentil. Apakah wanita itu tidak ada penyesalan karena telah menolaknya dimasa lalu.

Tanpa sadar, jiwa playboy Irham yang telah lama terpendam kini naik kepermukaan. Disinilah Irham, bertekad bahwa dia akan membuktikan. Untuk yang kedua kalinya tidak akan Irham membiarkan Sarah menolaknya lagi.

Irham bertekad akan membuat Sarah jatuh sedalam-dalamnya pada pesona yang dimilikinya.

To be continued

Halo semua ini adalah post ulang dari cerita confusing love. Nantinya terdapat beberapa perubahan yang akan dilakukan dicerita ini seperti judul dan juga nama dari tokoh utamanya.

Aku minta tolong untuk pembaca lama untuk vote ulang cerita ini ya. Dan kalian tenang aja, updatenya di sini gak bakal lama kok. Aku usahain secepat mungkin karena sebagain masih tahap revisi.

Terimakasih untuk yang sudah vote. Sayang banget sama kalian.
See you guys

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang