part 17

1K 72 6
                                    

Irham kembali dengan wajah datarnya. Sama sekali tidak ada senyuman dari bibir itu. Sarah yang melihat itu menjadi tidak nyaman sendiri kepada Irham.

Bagaimanapun laki-laki itu telah merencanakan dinner untuk mereka dan pastinya harga yang dikeluarkan Irham untuk makan di tempat seperti ini tidaklah murah. Sarah hargai effort laki-laki itu, tapi ya mau bagaimana lagi. Sarah kan juga tidak memprediksi akan jadi seperti ini.

Makanan mereka semua kini telah terhidang di atas meja. Tanpa perlu berkata apa-apa, Irham langsung mengambil miliknya dan melahapnya begitu saja.

"Tante Sarah, Om itu sebenarnya kenapa? Dari tadi kok mukanya kayak gitu? Gak pernah senyum." Anak kecil yang masih polos itu melontarkan pertanyannya pada Sarah.

Niatnya sih ingin berbisik-bisik, tapi karena bisikannya terlalu keras membuat orang yang diomongkan bisa mendengarnya.

Irham menatap pada anak itu untuk seperkian detik lalu dia alihkan pada Sarah. Sama sekali tidak ada niat untuk menjawab perkara tersebut. Biarkan saja Sarah menjawabnya sendiri.

"Coba Leta sapa Om nya, dari tadi kan Leta cuma ngomong sama Tante dan Papa. Omnya sama Leta gak diajak."

Semua orang dimeja itu menatap ke arah Sarah dengan pandangan yang berbeda-beda.

Irham dengan pandangan datarnya. Sedangkan Randi dengan pandangan senangnya, akibat mendengar Sarah memanggil dirinya dengan sebutan Papa, sama seperti Leta.

Randi jadi membayangkan bagaimana indahnya jika mereka mengarungi kehidupan rumah tangga nantinya.

"Iya aku lupa Tante." Leta terkekeh lalu dia menyampingkan sedikit tubuhnya dan memusatkan perhatian pada Irham.

"Halo Om, aku Leta nama om siapa?" Leta mengulurkan tangannya ke arah Irham.

Irham mengangkat salah satu alisnya, tidak pernah terbayangkan di pikirannya bahwa dia akan diajak berkenalan oleh anak kecil seperti ini. Hah sangat konyol sekali.

"Om kok gak jawab aku." Ucap Leta karena Irham terdiam dengan hanya memperhatikannya tanpa membalas pekenalan Leta.

Irham tersadar, lalu dia berdeham dan membalas uluran tangan Leta.

"Nama saya Irham."

"Om Irham." Leta tampak mengangguk-angguk setelah berhasil mengetahui nama laki-laki yang sedari tadi dianggapnya sombong.

Ada-ada saja bukan anak kecil ini.

"Om Irham siapanya Tante Sarah? Kenapa bisa ada disini?" Aduh siapapun tolong, anak ini kenapa pikirannya bisa berjalan sejauh itu sih.

Untuk ukuran anak-anak seperti Leta, tentu saja itu bukan pertanyaan yang wajar dilontarkan. Anak ini sebenarnya belajar dari mana sih? Kenapa pintar sekali berceloteh.

"Menurut kamu saya dan Sarah terlihat seperti apa?" Bukannya menjawab yang benar, Irham malah tertantang untuk bertanya lebih jauh pada anak kecil cerdik didepannya.

"Om sama Tante Sarah ini adik kakak ya?" Leta menebak-nebak yang langsung membuat Irham terbahak saat mendengar itu.

"Kenapa kamu bisa mengatakan kayak gitu?"

"Iya soalnya Om sama Tante Sarah gak cocok, Tante Sarah cocoknya sama Papa aku."

Semuanya melotot mendengar perkataan anak kecil itu. Terutama Sarah, kurang apalagi coba dia malam ini. Semakin canggung gak tuh nantinya.

Irham berdeham menetralisir rasa kagetnya.

"Papa kamu itu cocoknya sama Mama kamu, bukan Tante Sarah."

"Kan Tante Sarah sebentar lagi jadi Mama aku."

Aduh, aduh kenapa malah berlanjut menjadi seperti ini sih. Sarah yang menjadi topik utama dalam perbincangan kali menjadi tidak nyaman.

"Aku ke toilet sebentar." Ucap Sarah, diapun berdiri dan berjalan menjauh dari meja yang suasananya tidak lagi hangat itu.

Sarah butuh untuk menetralkan detak jantungnya yang menggila. Rasanya Sarah ingin sekali lekas pergi dari tempat ini.

Hah kenapa kejadian seperti ini harus terjadi dalam hidup Sarah? Rasa-rasanya dari yang Sarah baca di novel-novel romansa, diperebutkan seperti ini terasa menyenangkan. Tapi kenapa setelah dialami sendiri malah terasa tidak nyaman sama sekali.

Huhuhu, siapapun tolong Sarah untuk keluar dari situasi ini.

Beralih pada meja yang tadi, kini suasana rasanya semakin memanas setelah Sarah pergi untuk ke toilet.

Irham dengan terang-terangan memberikan tatapan tidak sukanya ke arah Randi. Sedangkan Randi bersikap santai, dengan mengabaikan Irham dan lanjut memakan hidangannya.

"Kalau niat cuma main-main jangan sekali-kali dekati Sarah." Ucapan tajam itu dilontarkan Irham ke arah Randi.

Randi meletakkan alat makannya, dan memusatkan perhatian pada Irham.

"Saya tidak ada waktu untuk main-main."

"Sarah tidak cocok jadi yang kedua. Banyak orang yang bisa menerima dia selain anda."

"Sepertinya anda salah paham. Saya sama sekali tidak ada niat untuk menjadikan Sarah yang kedua." Randi mengatakan dengan yakin, mata kedua laki-laki itu saling beradu tatap dan menantang satu sama lainnya.

"Saya seorang duda anak satu, dan saya sama sekali tidak ingin bermain-main lagi. Saya membutuhkan istri dan anak Saya butuh sosok ibu. Saya rasa Sarah adalah orang yang tepat untuk mengisi kekurangan dalam hidup saya."

Irham tentu saja keberatan dengan perkataan yang keluar dari mulut Randi.

"Hah mana mau Sarah sama duda seperti anda." Irham mengatakan dengan nada meremehkan.

Lucu sekali jika akhirnya Sarah akan jatuh pada pelukan Randi.

"Kita buktikan nanti. Mari kita bersaing dengan sehat."

"Ok, deal." Irham menyetujui tanpa berpikir lebih jauh.

Kedua laki-laki itu masih dengan pandangannya perang nya satu sama lain, tidak sabar untuk menantikan hal apa yang akan terjadi kedepannya.

Kira-kira menurut kalian siapakah yang akan berhasil mendapatkan Sarah nantinya?

"Om sama Papa ngomong apa sih?" Leta memecah keduanya. Anak itu terlihat kesal karena tidak mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang didepannya.

"Om sama Papa cuma ngomong masalah pekerjaan aja. Leta lanjut makannya." Randi menjelaskan dengan lembut. Leta tampak mengangguk-angguk mengerti. Anak kecil itupun lanjut memakan makanan miliknya.

Tidak berselang lama setelah itu, Sarah akhirnya kembali dengan perasaan lebih rileks nya. Sarah berusaha menganggap bahwa apa yang tadi mereka bicarakan, tidak pernah didengarnya.

Beberapa menit hanya dilalui oleh keheningan, mereka semua terfokus pada makanan milik masing-masing.

Hingga sedetik setelah Sarah meneguk habis minumannya, Irham langsung mengeluarkan suaranya.

"Sar, ayo pulang." Terdengar seperti perintah ya teman-teman.

Sarah menatap bingung ke arah Irham. Mereka baru saja selesai makan loh, apa laki-laki itu tidak memberikan waktu setidaknya agar makanan mereka turun lebih dulu.

Irham mendekat ke arah Sarah dan meraih pergelangan tangan Sarah. Setelahnya, laki-laki itu mengajak Sarah agar keluar dari restoran yang ada di hotel ini.

"Tante Sarah." Leta ingin mengajukan protesnya tapi segera di cegah oleh Randi.

"Tidak apa besok kan kita ketemu lagi sama Tante Sarah." Randi menghibur anaknya.

Meksipun keberatan, akhirnya Leta mengerti juga. Dia hanya mengangguk, meksipun wajahnya terlihat cemberut.

To be continued

Minta tolong ya kalau masih ada kesalahan kata atau nama, minta tolong untuk dikoreksikan.

25 vote bisa ya guys, biar cepet updatenya.

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang