"Selamat pagi pengantin baru." Ucapan itu terdengar dari belakang Sarah, tanpa perlu melihat orangnya Sarah sudah tau suara milik siapa itu.
Sarah tetap melanjutkan langkahnya, saat Leni menepuk pundaknya dan berbisik pelan ditelinga nya.
"Aura pengantin baru emang beda ya, panas-panas gimana gitu." Tidak ada habis-habisnya Leni menggoda Sarah. Sarah hanya menanggapinya dengan memutar bola mata malas, dia sudah kebal dengan Leni.
"Dari pada Lo bicara ngelantur gitu, mending bantuin gue deh bawa ini." Sarah menyerahkan setengah dari paperbag yang ditentengnya ke arah Leni.
"Widih oleh-oleh ni, punya gue ada kan?"
"Karena Lo udah tengil pagi-pagi jadi punya Lo gak ada."
"Bodo amat, gue bisa ambil sendiri." Leni terlihat sedang mengamankan salah satu paperbag untuk dirinya sendiri.
Sarah terkekeh melihat itu, setelahnya mereka pun berjalan menuju ruang tempat guru-guru berkumpul.
"Nanti Lo sibuk gak? Temenin gue dong." Leni menatap Sarah dengan mengedipkan matanya berkali-kali, berusaha menjebak Sarah agar terjebak dalam bujuk rayunya.
"Mau kemana?"
"Gue mau ketemu mantan gue jaman SMA dulu. Katanya ada sesuatu yang mau dia omongin gitu lah. Please temenin dong."
"Gila Lo? Udah ada gebetan masih aja ketemunya sama mantan. Lo gak mikirin gimana perasaan gebetan Lo kalau sampai tau?"
Sarah tentu saja akan mengomel jika Leni sampai bertindak diluar kendali. Didengar dari cerita-cerita yang Leni berikan padanya, hubungan Leni dan gebetannya alias teman dari Randi itu sudah mulai memasuki tahap serius.
Dan sekarang Leni malah berkata akan bertemu mantannya, tentu saja Sarah tidak akan setuju. Lagipula ada urusan apa lagi sih? Bukannya ini sudah bertahun-tahun berlalu sejak masa mereka? Apalagi yang harus diurus?
"Ayolah, sekali aja. Please."
Leni menyatukan kedua tangannya didepan dada, memohon pada Sarah untuk menemaninya.
"Gak, gue gak mau ikut-ikutan. Lagian gue udah gak sebebas dulu, ingat gue udah punya anak sekarang."
Jawab Sarah dengan logis. Leni terlihat lesu mendengar jawaban yang diberikan Sarah.
Sarah hiraukan saja Leni,. lagipula dia merasa keputusan Leni bertemu dengan mantan tidak lah tepat.
"Sekali aja Sarah, please." Leni memberikan tatapan memelasnya kearah Sarah.
Sarah tetap pada pendiriannya, dia menggeleng tidak setuju dan berjalan mendahului Leni.
Leni bisa apa selain pasrah. Tidak ingin memaksa Sarah juga mengingat Sarah sudah bersuami dan memiliki anak saat ini.
Sesampainya diruang guru, tidak jauh berbeda dengan Leni. Disana Sarah mendapatkan berbagai godaan yang dilayangkan padanya. Bahkan guru-guru senior yang sudah berpengalaman, memberikan beberapa wejangan agar rumah tangga tetap adem ayem.
Sarah hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan, sesekali juga ikut menanggapi.
Hah, meskipun fakta bahwa dia masih pengantin baru tapi Kenapa sih harus digoda goda seperti ini? Kan Sarah malu sampai pipinya terasa memerah saat ini.
Sarah bisa benar-benar merasa lega saat satu persatu guru sudah mulai meninggalkan ruangan dan bersiap untuk mengajar dikelas masing-masing.
Sarah juga melakukan hal demikian, tapi sebelum meninggalkan ruangan, dia melirik ke arah Leni lebih dulu.
Terlihat wajah Leni masih murung dan tidak mengeluarkan suara sama sekali setelah penolakan yang dilakukan Sarah.
Sarah menghela nafas pelan, lalu dia pun menghampiri Leni.
"Ajak gebetan Lo aja Len. Jangan sampai gara-gara hal sepele kayak gini hubungan kalian jadi berantakan."
Nasehat Sarah terkahir, sebelum dia benar-benar meninggalkan ruangan.
Leni tampak merenungi ucapan Sarah barusan. Memang benar, Leni sudah terlanjur sayang dengan pasangannya yang sekarang, dan tidak mungkin jika dia tega menghancurkan hubungan ini begitu saja.
Sepertinya nasehat Sarah adalah jalan keluar terbaik untuknya. Ada benarnya juga yang Sarah katakan, dengan begini tidak akan terjadi kesalahpahaman antara mereka.
• • •
Setalah menjemput Leta, seperti yang Randi katakan dia mengajak anak dan istrinya ke restoran milik temannya.
Setelah beberapa lama menghabiskan waktu dan makan siang disana, Randi mengantar anak dan istrinya pulang. Padahal Sarah sudah mengatakan akan pulang sendiri saja agar Randi tidak bolak-balik, tapi Randi tidak mengizinkannya dan memaksa Sarah untuk pulang dengannya. Alhasil dia harus sedikit terlambat saat kembali ke kantornya.
Sedangkan Sarah. Sesampainya dirumah, dia langsung berubah profesi menjadi ibu rumah tangga sentuhannya. Dengan telaten dia mengurus Leta lebih dulu, mulai dari menggantikan baju hingga menyiapkan susu untuk anaknya.
Setelahnya, Sarah menitipkan Leta pada Ibu. Karena dia juga perlu untuk berganti baju. Hanya sebentar waktu yang dibutuhkan Sarah. Dia pun kembali turun ke ruang tengah, tempat dimana Leta biasa bermain. Disana bisa dia lihat, kedatangan istri om Yanto yang tengah bercakap-cakap dengan ibu.
Sarah mendekat dan langsung menyalaminya istri om Yanto. Karena tidak melihat adanya minuman yang disajikan, akhirnya Sarah berinisiatif untuk membuatkannya.
"Kok kamu repot-repot loh." Ucap istri om Yanto saat melihat Sarah yang datang dengan minuman yang dibuatnya.
"Gak repot kok, Tan. Cuma minuman aja." Sarah tersenyum ke arah wanita seumur Ibu mertuanya itu. Dia meletakkan gelas dan juga teko yang dibawanya. Lalu Sarah ikut bergabung dengan kedua wanita paruh baya itu.
"Anak ku itu, pusing aku sama dia. Katanya mau lamar anak orang, disuruh pulang malah susahnya minta ampun, banyak alasannya." Istri om Yanto berkeluh-kesah dengan sifat anaknya yang membuatnya kelimpungan.
"Loh gimana? Jadi kan lamarannya?"
"Ya jadi, akhir pekan nanti katanya. Tapi dia katanya gak bisa ikut, sibuk sama kerjaan." Istri om Yanto memegangi kepalanya dan menggeleng sejenak.
"Aku ya pusing, sebenarnya dia serius apa nggak gitu loh. Padahal aku sama ayahnya ya gak pernah maksa dia menikah, meskipun umurnya udah matang begitu."
Sarah hanya diam mendengarkan, tidak tau harus memberikan reaksi seperti apa. Dia sama sekali tidak berpengalaman tentang lamar-melamar jadi rasanya tidak etis jika dia memberikan saran.
Percakapan kedua orang tua itu tetap berlanjut, Sarah sudah tidak terlalu mendengarkan karena dia fokus pada anaknya yang sepertinya sudah mulai mengantuk. Terlihat dari mata Leta yang sudah memerah dan beberapa kali terpejam.
"Ibu, Tante, Sarah pamit dulu ya. Kayaknya Leta udah mulai ngantuk."
Mendengar itu otomatis perhatian mereka tertuju pada Leta. Dan yang pertama membuka suara adalah Ibu.
"Iya, kelonin aja. Kamu sekalian istirahat, pasti capek juga kan."
Nah kan, lihat seberapa perhatiannya Ibu mertua Sarah ini. Bagiamana Sarah tidak bahagia jika diperlakukan seperti anak kandung sendiri.
"Iya Bu, nanti kalau butuh bantuan bangunin aja Bu."
Sarah berlalu menuju kamarnya sembari menggendong Leta yang dengan otomatis langsung melingkarkan tangannya dileher Sarah dah menyandarkan kepalanya di pundak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...