part 7

976 54 1
                                    

"Kenapa tiba-tiba datang?"

Sarah memulai pembicaraan, mereka berdua telah selesai menghabiskan makanan yang dibawakan Irham tadi.

"Pengen aja, udah tiga hari gak ketemu kamu."

Hah? Bagaimana? Sarah tidak salah dengar kan? Ini kenapa terdengar seperti Irham secara tidak langsung mengungkapkan bahwa dia sedang rindu dengan Sarah.

Sarah ingat, kamu tidak boleh lemah. Irham ini buaya, tolong tekankan hal itu dalam diri kamu.

"Oh." Sarah menanggapi seadanya.

"Mau jalan?"

Ajakan Irham memang terdengar menggiurkan, apalagi untuk Sarah yang jarang sekali menghabiskan waktu untuk sekedar jalan-jalan menikmati angin malam ibu kota.

Ayolah, Sarah tidak ada waktu untuk melakukan itu. Sarah lebih baik menggunakan waktunya untuk istirahat saja. Dan alasan utamanya adalah karena tidak ada partner sekaligus ingin berhemat.

"Kemana?" Tidak dipungkiri bahwa Sarah tertarik dengan ajakan Irham. Tidak apakan jika hanya sekali-kali.

Jika setiap hari baru bunuh diri itu namanya. Bisa langsung habis gaji Sarah nanti.

"Mau temenin aku cari kemeja?"

"Boleh." Jawab Sarah akhirnya.

Sarah bangkit dan dia pun mengganti bajunya. Tapi sebelum itu Sarah menyuruh agar Irham menunggu di luar saja, karena tidak mungkin dong Sarah berganti di depan Irham.

Sarah bukan perempuan yang suka menggoda ya, Sarah masih sadar dosa.

Irham menuruti Sarah dan dia menunggu Sarah di depan pintu saja.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Sarah selesai merapikan dirinya. Hanya butuh sekitar sepuluh menit, perempuan itu sudah keluar dengan mengenakan dress motif dengan rambut yang digerai.

Sederhana, tapi terlihat sangat menarik untuk dipandang dengan lama. Sarah dan daya tarik yang tidak bisa diabaikan oleh Irham.

"Ayo." Irham yang bengong memperhatikan Sarah, kini tersadar.

Mereka pun berjalan beriringan menuju mobil Irham terparkir. Sepanjang langkah yang dilewati mereka terdapat beberapa pasang mata yang menatap pada keduanya.

"Mau beli dimana?" Sarah bertanya saat Irham telah mengemudikan mobilnya di jalanan  yang padat.

Irham menyebutkan salah satu mall besar yang berada di sana. Sarah hanya mengangguk saja.

Sepertinya terkahir kali Sarah datang ketempat itu adalah satu bulan yang lalu, saat Sarah mencari sepatu, dan setelah itu belum sempat lagi karena Sarah sayang dengan uangnya.

Kalian tau sendiri lah jika perempuan menginjakkan kakinya di mall, maka sedikit banyak akan kepincut barang-barang yang ada disana. Dan Sarah tidak ingin itu terjadi.

Sekali lagi, sayang duit. Apa yang akan diberikan pada ibunya nanti jika uang Sarah habis duluan.

Tapi untuk kali ini tidak apa lah, Sarah hanya akan melihat-lihat saja dan menemani Irham. Sekedar cuci mata, melihat barang-barang bagus.

Lagipula mereka berdua kan sudah makan, jadi tidak perlu lah mengeluarkan uang lagi meskipun untuk sekedar membeli makan nantinya.

"Kesana." Irham menunjuk kesalah satu merek pakaian. Dan Sarah hanya mengikuti langkah kaki laki-laki.

"Bantuin aku cari yang bagus ya." Seperti permintaan Irham, Sarah mulai memilah-milah kemeja yang menurutnya bagus.

"Mau warna apa?"

Sarah telah mendapatkan beberapa yang bagus dan sepertinya akan cocok dengan Irham.

"Warna yang netral aja."

Sarah menunjukkan salah satu kemeja berwarna cream yang sejak awal memang telah menarik perhatiannya.

"Ini bagus." Sarah mengangkat kemeja itu dan menempelkannya di tubuh Irham. Melihat kira-kira seperti inilah jika nanti dipakai oleh laki-laki itu.

Irham menunduk, melihat penampilannya sendiri. Irham setuju saja dengan pilihan Sarah.

"Boleh, yang ini saja." Tatapan mereka bertemu dalam jarak yang dekat.

Beberapa detik terpaku, akhirnya Sarah mengerjap dan memutuskan kontak mata diantara mereka. Detak jantung Sarah berdetak dengan kencang.

Sarah menyerahkan kemeja itu pada Irham.

Berbeda dengan Sarah, Irham sedikit kecewa karena Sarah secara tiba-tiba memutus pandangan mereka. Padahal Irham ingin berlama-lama lagi menatap sepasang bola mata menenangkan itu.

Irham menerima kemeja yang di sodorkan Sarah, mereka pun berjalan kearah kasir untuk membayar kemeja Irham.

"Kamu gak mau lihat-lihat dulu?"

Irham menunjuk ke arah deretan baju-baju perempuan. Sarah menimbang sejenak lalu dia pun mengangguk.

Sarah dibuntuti oleh Irham dibelakangnya, kini telah berada di depan deretan baju-baju itu dan Sarah mulai melihat-lihat.

Keluaran terbaru dari brand ini rupanya sangat menarik. Tidak dipungkiri Sarah ingin membeli meksipun hanya satu, tapi harga yang tertera sangat tidak ramah dikantong Sarah. Jadi Sarah tidak berani meskipun hanya untuk sekedar mencobanya.

"Udah ayo." Sarah hendak berjalan di depan Irham, tapi langkahnya segera ditahan oleh laki-laki itu.

"Kamu gak beli?"

"Gak ada yang aku mau, juga kayaknya ga cocok di aku." Tentu saja itu adalah sebuah kebohongan yang keluar dari mulut Sarah.

Tidak cocok yang dimaksud Sarah itu bukanlah tentang barang tersebut, melainkan tentang dompetnya yang sedang menipis.

"Bagus-bagus loh ini, satu aja masa gak ada yang nyantol. Atau kamu mau cari di tempat lain?"

"Gak perlu, lagipula aku lagi gak perlu baju."

Mengabaikan perkataan Sarah, Irham memegang lengan Sarah dan membawanya mendekat pada deretan dress yang dipajang.

"Ini kayaknya bakal cocok di pakai kamu." Irham menunjuk salah satu dress didepannya. Entah kebetulan atau bagaimana, warnanya sangatlah serasi dengan kemeja yang dipilih Sarah barusan.

Entah mengapa Irham mengatakan hal tersebut, tapi dia sangat suka melihat Sarah memakai dress seperti saat ini. Dan Irham ingin melihat Sarah menggunakan dress yang dipilihnya secara langsung.

Tanpa menunggu persetujuan dari Sarah, Irham langsung saja memanggil penjaga toko tersebut dan meminta untuk membawakannya kekasir.

Sarah melotot, dia sempat melihat tag harganya dan itu sangat membuat Sarah melotot.

Sarah menarik tangan Irham dan melayangkan protesnya pada laki-laki itu.

"Ham, tolong jangan seperti ini. Aku gak ada uang buat bayarnya." Tidak ada cara lain selain berterus terang pada laki-laki ini.

"Aku yang beliin buat kamu Sarah, anggap sebagai tanda terimakasih karena kamu udah nemenin aku."

Siapa sih yang tidak senang jika dibelikan baju yang begitu cantik. Tapi tidak semudah itu untuk Sarah menerima barang pemberian dari siapapun.

"Irham aku ikhlas bantu kamu, lagian kamu juga udah traktir aku makan jadi gak perlu lah sampai kayak gini."

"Kamu cantik Sarah, aku suka lihat kamu pakai dress apalagi kalau itu dress pilihan aku sendiri."

Sarah tertegun, meskipun bukan pertama kalinya dia dipuji seperti ini oleh Irham, tapi tetap saja perkataan seperti itu bisa membuat jantung Sarah berdetak lebih cepat.

"Tidak ada protes lagi. Sekarang ayo." Irham menggandeng lengan Sarah menuju kasir.

Dan ya, seperti yang sudah kalian tau Irham benar-benar membeli dress tersebut untuk Sarah.

Sampai mereka keluar dari toko pakaian, Irham sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya di lengan Sarah.

Bahkan saat ini mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih yang baru saja berbelanja.

To be continued

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang