Part 58.

358 46 2
                                    

Setelah beberapa hari lamanya kedua pengantin baru itu berlibur, kini sudah saatnya mereka kembali berkerja ditempat masing-masing.

Pagi-pagi Sarah sudah rapi dengan pakaiannya, dia tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota rumah. Juga menyiapkan bekal untuk Leta bawa kesekolah nya.

Ibu masih belum Sarah temui keberadaannya, mungkin masih menunggu tukang sayur keliling yang selalu lewat pagi hari. Ibu memang lebih memilih untuk berbelanja sayur di tukang sayur keliling setiap hatinya, alasannya karena sayurnya lebih fresh dari pada sayur yang sudah di stok dan disimpan dalam kulkas.

Tapi Sarah setuju saja, alasan ibu juga terdengar masuk akal. Dan disana Ibu bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Entah sekedar bercanda tawa, ataupun membicarakan gosip yang ang tengah hangat-hangatnya.

Sarah baru sadar, bahwa selama resmi menjadi istri Randi dia belum pernah sama sekali ikut mencoba beli di tukang sayur keliling. Duh, mana sudah lumayan lama lagi dia berada disini, apa yang dipikirkan orang-orang tentangnya nanti? Mungkin saja Sarah di cap sebagai orang yang sombong.

Sesekali Sarah harus mencoba ikut dengan Ibu nantinya. Sekalian juga dia akan berkenalan dengan orang-orang sekitar nanti.

"Selamat pagi Mama." Leta datang sudah rapi dengan seragam yang dikenakannya. Hanya tinggal rambutnya saja yang terlihat masih digerai.

Mungkin Papanya yang sudah memandikan anak itu. Baguslah, hal ini dapat meringankan pekerjaan Sarah pagi ini.

"Pagi anak Mama. Mandi sama siapa tadi?"

"Sama Papa, Leta cari Mama katanya lagi masak. Makanya Papa suruh mandi duluan."

"Pinter nya anak Mama." Sebelah tangan Sarah turun, mengusap kepala Leta.

Leta yang mendapat pujian dari Mamanya tentu saja merasa senang, dan dia pun memberikan senyum terbaiknya ke arah Mamanya.

"Tapi Papa gak tau ikat rambut Leta Ma." Leta memegang rambutnya yang terurai bermatakan, dan memperlihatkannya ke arah Sarah.

Sarah mengangguk lalu dia pun menjawab.

"Iya nanti Mama yang ikat. Leta mau yang kayak gimana?"

"Leta mau ikut dua, kata om Leta cantik kalau ikat dua." Leta menjawab dengan semangat, bahkan sampai mempraktikan ikatan seperti apa yang diinginkannya.

Sarah mematikan kompor dan dia pun berjongkok ke arah Leta.

"Anak Mama mau di gimanain aja tetap cantik kok."

Ucap Sarah, satu telunjuknya pun menunjuk ke arah pipi nya yang menganggur. Seakan mengerti, Leta pun mencondongkan wajahnya, dan dengan lembut mengecup pipi Sarah.

Sarah membalas hal serupa dari Leta, lalu dia pun menggandeng tangan putrinya menuju kamarnya, hendak mengikat rambut Leta.

* * *

Mobil yang ditumpangi keluarga kecil itupun berhenti di depan sebuah taman kanak-kanak tempat Leta bersekolah.

"Mama anterin Leta sampai kelas ya, Leta mau kenalin Mama sama teman-teman." Sarah hanya mengangguk saja, menyetujui yang Leta katakan. Tidak ada salahnya juga untuk mengenal teman-teman Leta.

"Papa ikut juga?" Randi mengeluarkan suaranya, meminta pendapat dari anaknya.

"Papa disini aja, teman aku kan udah kenal Papa semua." Tangan Randi ter-ulur mengusap rambut Leta pelan. Dan itu sukses membuat wajah anaknya menjadi cemberut.

"Papa rambut aku berantakan nanti." Protes Leta, bukannya merasa bersalah, Randi malah terkekeh pelan. Dia pun mengulurkan tangannya pada Leta, memintanya untuk menyalaminya.

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang