Hari pertama menjadi nyonya Randi, diawali dengan pagi-pagi yang terusik saat mendengar pintu kamarnya yang digedor dengan kencang dari luar.
Kalian tidak mungkin bukan jika mengira itu adalah pak RT yang akan menggerebek Sarah dan Randi. Mereka sudah halal saat ini dan bebas kalau mau melakukan apa saja.
Sarah perlahan membuka matanya, gedoran dari pintu tidak juga berhenti. Sarah menoleh ke arah sampingannya dan melihat wajah tampan suaminya yang terlelap dengan tenang.
Pipi Sarah bersemu merah, pengalaman pertama baginya bangun di ranjang yang sama dengan laki-laki yang kini resmi berstatus suaminya.
Apalagi saat merasakan sebuah tangan yang senantiasa melingkar di pinggangnya. Rasanya seperti ingin melayang saja.
Kembali, suara gedoran pintu menyadarkan Sarah dan tidak lama kemudian terdengar suara protesan dari makhluk kecil yang disayanginya. Kalian tentu saja sudah tau siapa yang dimaksud oleh Sarah.
Sarah menyingkirkan tangan Randi yang berada di pinggangnya. Lalu kemudian dia bangun untuk membukakan pintu untuk makhluk kecilnya.
Setelah pintu berhasil dibuka, Leta langsung saja berhambur masuk dan menaikkan dirinya ke atas ranjang.
Sarah kembali menutup pintu dan menyusul Leta. Bisa dilihatnya wajah imut nan menggemaskan itu yang sedang terlihat kesal. Bukannya terlihat Seram, malah tingkat keimutannya bertambah dimata Sarah.
Pipi yang sudah bulat tampak makin bulat saja. Sarah tidak tahan untuk mencubitnya pelan dan berkali-kali.
Leta hanya diam saja tidak merespon apa yang Sarah perbuat padanya. Anak itu hanya menatap Sarah dengan pandangan kesalnya.
"Kenapa sayang?" Sarah merebahkan dirinya di samping Leta, tangannya merengkuh tubuh anaknya itu agar semakin dekat dengannya. Leta saat ini bertugas sebagai sekat diantara Papa dan Mamanya.
"Aku marah." Ucap Leta, Sarah menahan tawanya agar tidak keluar. Orang marah biasanya akan terlihat menyeramkan, tapi tidak dengan anak Bapak Randi ini. Leta malah terlihat sebaliknya.
"Marah kenapa?" Sarah semakin mengeratkan pelukannya pada Leta. Agak sedikit menggeser tubuhnya.
"Aku kan udah bilang mau tidur sama Mama sama Papa. Kenapa aku malah ditinggal."
"Maaf ya Mama lupa, tadi malam kan Leta ketiduran di mobil, sayang." Sarah menampilkannya wajah pura-pura kagetnya.
Padahal dia tidak lupa sama sekali akan perkataan Leta kemarin. Tapi ya mau bagaimana namanya juga pengantin baru, ingin berduaan dulu. Apalagi Ibu juga melarang Leta tidur dengan mereka kemarin malam.
Leta tidak menjawab melainkan dia membalikkan tubuh memunggungi Sarah, beralih pada Papanya.
Leta memukul-mukul lengan Papanya dan hal itu sukses membuat Randi merasa terusik dalam tidurnya. Karena Randi mengira itu adalah Sarah yang sedang membangunkannya, makanya Randi mengulurkan tangan dan mendekapnya dengan erat.
Setelahnya suara nyaring Leta terdengar.
"Bangun Papa. Jangan peluk peluk aku." Tangan Leta masih setia memukuli lengan Papanya itu.
Seperkian detik Randi langsung membuka matanya dan melihat anaknya yang tengah menatap tajam juga ke arahnya. Randi melirik ke belakang Leta dan melihat Sarah yang menahan tawanya dibelakang Leta.
"Kenapa teriak-teriak kan masih pagi?"
"Aku marah sama Mama sama Papa."
Randi mengangkat sedikit alisnya. Mana ada orang marah yang bilang bilang seperti Leta ini.
"Kalau Leta marah sama Mama sama Papa Kenapa malah ada disini?" Randi menggoda anaknya itu, membuat Leta semakin menajamkan tatapannya ke arah Randi.
"Pokonya aku marah." Ucap Leta kekeh. Randi mengangguk-angguk paham, dia lalu melepaskan pelukannya pada Leta. Dan tangan jahilnya menjalar untuk menggelitik anaknya.
Leta telonjak kegelian, dan mengeluarkan kata-kata marahnya pada Papanya dan meminta untuk berhenti. Tapi Randi tidak juga menghentikan gelitikannya sebelum merasa puas.
Sarah geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak dan ayah itu. Daripada dia berdiri diam disini, lebih baik Sarah mandi dan turun untuk menyiapkan sarapan pagi mereka.
Sarah melirik ke arah jam, semoga saja dia belum terlambat untuk menyiapkan sarapan, mengingat jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.
•
Sarah memasuki dapur dan dia bisa melihat Ibu mertuanya yang sudah berkutat disana.
Sarah menepuk dahinya sendiri, telat kan. Hari pertamanya sebagai menantu malah menciptakan image yang tidak baik, tapi untungnya Ibu mertuanya bukanlah tipikal yang galak, jadi Sarah tidak terkena omelan. Malahan saat Ibu menyadari kedatangan Sarah, ibu memberikan senyum tulusnya.
"Maaf ya Bu, Sarah telat."
"Gak apa, wajar namanya juga pengantin baru." Ucap Ibu dengan lembut, Sarah melihat yang dikerjakan oleh Ibu dan dia pun mengambil alih nya.
"Sarah aja Bu yang lanjutin, Ibu duduk aja gak apa." Ibu tersenyum lagi. Lalu dia memberikan spatula nya pada Sarah.
"Sarapannya makanan rumahan dulu ya, Ibu gak pandai masak yang ribet-ribet soalnya."
"Gak masalah Bu, lagian Sarah juga suka makanan rumahan kayak gini."
"Ibu lagi kepengen bakwan jagung, jadinya Ibu buat aja. Kamu mau kan?"
"Aku makan apa aja Bu, yang penting kenyang." Ucap Sarah lagi diselingi dengan candaan. Membuat Ibu terkekeh mendengarnya.
"Suami kamu udah bangun?" Suami kamu katanya? Panggilan itu terdengar indah sekali memasuki gendang telinga Sarah. Seolah kata itu mengingatkannya bahwa Randi sudah menjadi miliknya.
"Udah, lagi bercanda sama Leta di kamar." Ibu terlihat terkejut.
"Leta ada dikamar kamu?"
"Iya Bu, tadi pagi bangun langsung gedor-gedor kamar. Marah katanya gara-gara tadi malam gak tidur bareng."
"Leta itu manja banget sama kamu, harap maklum ya sabar juga ngadepinnya."
"Gak masalah Bu, malahan aku seneng kalau Leta manja gitu ke aku."
"Katanya mau ke Bali? Kapan berangkat nya?"
"Sore nanti Bu. Leta gimana ya Bu? Dia kira-kira rewel gak ya ditinggal tiga harian?" Sarah mengungkapkan salah satu kebimbangannya untuk pergi. Melihat Leta yang semanja ini padanya, mungkin saja kan jika nanti Leta tiba-tiba rewel dan malah merepotkan Ibu disini.
"Leta pasti ngerti kok. Tinggal nanti kamu iming-imingi oleh-oleh yang menarik aja."
"Iya, semoga nanti Leta gak rewel ya Bu. Aku titip Leta."
"Kamu tenang aja, jangan pikirin Leta dulu. Kamu nikmati aja liburannya sama Randi. Suami kamu itu jarang mau benar-benar libur kayak gitu, kadang Ibu aja sampai khawatir kalau dia terlalu fokus sama kerjaannya, Ibu takutnya Randi jadi stress gitu."
Sarah terkekeh mendengarnya, dia mengangguk paham. Sarah akan memastikan bahwa Randi tidak akan sampai stress meksipun pekerjannya menumpuk. Sekarang Randi sudah punya istri yang akan merawatnya dengan sangat baik.
"Nenek, Papa nakal masa aku di gelitikin untung aja aku gak sampai ngompol."
Leta datang dan melaporkan kejahilan Papanya pada sang nenek. Sama seperti yang Sarah lakukan tadi, Ibu Randi geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak dan cucunya yang kadang lebih terlihat seperti kartun kucing dan tikus yang ada di TV itu.
"Udah sini Leta mandi dulu yuk, sama nenek. Tuh lihat Mama udah masak, sebentar lagi mau sarapan."
Tangan Leta ditarik pelan untuk menuju kamar mandi oleh neneknya. Leta memanyunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...