part 2

1.9K 87 2
                                    

"Mau bareng?"

Irham menawarkan saat dia melihat Sarah juga telah siap untuk meninggalkan sekolah ini.

Sarah melirik sekejap ke arah Irham. Meskipun sedikit risih dengan tatapan yang Irham berikan padanya, Sarah tetap memberikan senyum sebagai tanda ke-profesionalnya.

"Tidak perlu pak, saya sudah memesan ojek online."

Irham mengangguk-anggukkan kepalanya, kali ini dia biarkan Sarah bisa lepas dengan mudah darinya. Tapi lain kali tidak akan Irham biarkan hal ini terjadi.

Masih ingatkan dengan janji Irham.

"Ya sudah kalau begitu, kami pamit."

Sarah mengangguk, lalu Evan mendekat ke arah Sarah dan menyalami tangan gurunya itu.

"Bye Miss, see you tomorrow." Evan melambaikan tangannya ke arah Sarah, yang dibalas hal serupa olehnya.

Setelah kedua orang itu menjalankan mobilnya, Sarah bisa menghela nafas lega.

Dia sungguh tidak menyangka bahwa akan bertemu kembali dengan seseorang di masa lalunya.

Ternyata bertahun-tahun tidak bertemu tidak merubah apapun. Laki-laki itu masih tetap tampan, bahkan sosoknya makin terlihat gagah dan mapan.

Ingatan Sarah tiba-tiba saja melambung ke masa lalu, tidak dipungkiri bahwa dulu dia menaruh hati pada laki-laki yang merupakan kakak tingkatnya itu.

Tapi kenyataan pahit menyambutnya, rupanya pernyataan cinta Irham waktu itu bukan murni berasal dari dalam hatinya. Melainkan hanya sebagai bentuk keberanian atas tantangan yang diberikan teman laki-laki itu.

Jangan tanya Sarah mengetahuinya dari mana. Tidak susah menebak hal tersebut.

Sarah beroda semoga saja setelah hari ini, tidak akan ada lagi pertemuan diantara mereka.

Sarah masih tidak siap hati, bertemu dengan Irham kembali. Mengingatkan dirinya tentang luka masa lalu yang sampai saat ini masih belum mengering juga.

• • • • •

Lain dengan Sarah, lain juga dengan Irham. Di mobil Irham senyum-senyum sendiri, entah apa yang membuatnya kesenangan seperti ini. Sarah kah?

Irham berusaha mengorek informasi tentang Sarah dari keponakannya itu.

"Miss tadi itu kenapa bisa sama Evan?"

"Iya, Evan tadi sendirian nunggu Om terus Miss Sarah datang dan nemenin Evan."

Evan menjelaskan kejadian disekolah tadi. Irham menanggapinya dengan anggukan anggukan kecil.

"Miss Sarah cantik ya." Bukan sebuah pertanyaan melainkan pernyataan. Sarah dari dulu memang selalu cantik. Penampilan wanita itu tidak pernah mengecewakan Irham sampai saat ini.

Bahkan dalam keadaan yang tidak lagi rapi, dimana beberapa helai rambut keluar dari kuncirannya dan baju sedikit kusut seperti tadi, tidak membuat Sarah terlihat jelek sama sekali.

"Miss Sarah emang cantik, baik lagi kalau ngomong sama Evan dan teman-teman yang lain selalu lembut."

Ya Irham juga mengakui hal itu. Suara yang keluar dari mulut Sarah memang sangat lembut dan penuh kehati-hatian dalam berucap.

Tidak pernah sekalipun Irham melihat perempuan itu marah hingga membentak-bentak.

"Evan mau pulang kemana? Rumah Om apa rumah Papa?"

"Rumah Papa, Mama lagi sakit kasihan kalau dirumah sendirian. Evan mau jagain Mama."

"Kan dirumah sudah ada Mbak yang menjaga Mama."

"Evan juga mau jagain Mama, kan sebentar lagi Evan mau punya adik."

Mendengar celetukan anak kecil disampingnya, Irham melotot. Kakaknya tidak ada bilang apa-apa perihal adik Evan.

Wah sepertinya Papa Evan ini mau main rahasia-rahasiaan, baiklah kita liat reaksinya nanti setelah Irham mengadu pada Mama dan Papa nanti.

Hahaha, rasakan itu.

Beberapa menit berlalu, akhirnya kini dua laki-laki beda generasi itupun sampai di sebuah rumah milik kakak Irham, alias Papa Evan.

Irham yang awalnya tidak ada niat untuk bertamu, sekarang malah berubah haluan.

Irham turun dari mobil dan mengikuti langkah kecil Evan dari belakang. Dia memiliki misi yang hanya bisa diselesaikan jika kakak iparnya ini bisa bekerja sama.

"Assalamualaikum Mama." Wanita berambut pendek menghampiri mereka. Widya, Mama dari Evan.

"Kamu yang jemput Evan, Ham. Aku kira Papa nya yang jemput."

Widya tampak terkejut melihat kedatangan Evan dan Irham dibelakangnya.

"Mas Arhan tadi telepon minta tolong jemput Evan, katanya lagi sibuk ada kerjaan yang gak bisa ditinggal." Widya mengangguk mendengar penjelasan dari iparnya itu.

"Duduk dulu, aku buatkan minuman."

"Gak perlu kak, aku mampir cuma buat tanya sesuatu."

"Mau tanya apa?" Widya tampak kebingungan.

Dengan senyum jahilnya, Irham melontarkan pertanyaan yang membuat Widya terkejut.

"Kakak hamil?"

Widya membulatkan kedua matanya, dia tidak menyangka bahwa Irham akan mengetahui tentang hal ini.

"Kamu tau dari mana?"

"Tadi Evan gak sengaja bilang."

"Jangan kasih tau yang lain dulu please, kamu tau kan kondisi aku."

Setalah melahirkan Evan, beberapa tahun kemudian Widayat sempat mengandung lagi. Tapi sayang, kandungan itu tidak berkahir dengan baik hingga Widayati mengalami keguguran.

Irham tidak tau penyebab pastinya, tapi dia tau bahwa Widya masih merasa trauma karena waktu itu dia telah membuat kecewa anggota keluarga yang lain. Meskipun sudah dikatakan ini bukan kesalahan Widya, tapi Widya tetap saja menyalahkan dirinya sendiri atas kehilangan calon anaknya.

Maka dari itu, Irham mengangguk. Mungkin Widya takut memberikan kabar baik ini sebelum kandungannya benar-benar kuat.

"Oh, aku mau minta sesuatu sama kakak."

"Minta apa?" Lagi-lagi Widy dibuat bingung oleh adik iparnya ini.

"Ini, tadi kayaknya dompet aku jatuh di sekolah Evan deh. Aku minta nomornya Miss Sarah, dia tadi yang menemani Evan disana, siapa tau kan dia lihat."

Nah, sekarang kalian tau kan misi yang dimaksud Irham. Misi mendapatkan nomor Sarah tanpa adanya kecurigaan dari orang lain.

"Boleh, aku kirim sekarang ya." Dengan mudah Widya percaya pada adik iparnya ini.

Widya langsung mengambil handphone yang berada di sakunya, dan secepat mungkin mengirimkan nomor wali kelas dari anaknya ini pada Irham.

Irham tersenyum puas saat handphonenya berbunyi. Irham segera membuka yang Widya kirim dan terpampang lah kontak dengan foto perempuan cantik disana.

"Ok, makasih kak. Aku pamit dulu harus balik ke pabrik soalnya."

Widya mengangguk, dia mengantar Irham hingga didepan rumah.

Sembari menyetir, senyum kemenangan tidak luput dari wajah Irham. Sepertinya hari-harinya kedepan akan terasa menyenangkan. Berbeda dari biasanya yang monoton, kini Irham memiliki kegiatan lain untuk mengisi harinya.

Nomor Sarah kini telah dimilikinya, Irham siap untuk merebut hati perempuan itu kembali.

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang. Karena akan ada suara Sarah yang akan menemani malam Irham.

Suara lembut itu selalu terngiang di otak Irham. Seakan tidak pernah lepas dari sana, sangat candu dan ingin selalu mendengarnya.

Ah, Irham jadi tidak sabar untuk menunggu malam segera tiba. Tapi apa daya, dia hanyalah manusia yang tidak bisa merubah waktu.

Sabar Irham, sabar. Malam ini dijamin kamu akan puas mendengar suara lembut milik Sarah.

To be continued

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang