Sarah kembali merasa resah karena sedari tadi, Leni tidak kunjung datang juga. Padahal ini sudah hampir empat jam semenjak perempuan itu meninggalkan Sarah berdua dengan Mas duda.
"Gimana? Mau pulang aja?" Tawar Randi. Entah kemana perginya Leni dan temannya itu. Ini sudah lewat dari waktu yang mereka janjikan. Dan hari pun sudah mulai beranjak malam.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Sarah mengangguk. Lebih baik dia pulang dulu saja dari pada menunggu kedatangan Leni yang entah kapan.
Awas saja Leni, Sarah pasti besok akan mendumel panjang lebar dengan temannya itu. Berani-beraninya menggantung Sarah pada harapan yang tidak pasti.
"Iya saya pulang dulu aja, Mas."
"Saya antar." Sarah dengan cepat melambaikan kedua tangannya didepan muka. Tanda tidak setuju dengan ucapan Randi.
"Aku pesen ojol aja." Randi yang tidak setuju dengan usulan Sarah saat ini.
"Teman kamu nitipin kamu sama saya. Jadi saya harus pastikan kalau kamu sampai dengan selamat."
Halah modus tuh, Randi. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah dia ingin tau rumah Sarah saja.
"Gak perlu Mas, aku udah biasa pulang sendiri kok."
Randi tetap menggeleng tidak setuju, dia pun mengambil handphone miliknya dan memesan taksi untuk mereka berdua.
Setelahnya dia menggandeng tangan Sarah keluar dari mall tersebut.
Sarah terdiam, berjalan pelan di belakang Randi. Matanya memperhatikan tangan Randi yang menggenggam erat pergelangannya.
Jika biasanya dia akan risih pada orang yang melakukan skin ship seperti ini, apalagi baru kenal. Tapi entah mengapa dengan Randi Sarah tidak merasakan itu.
Malah Sarah biasa saja. Tidak mengeluarkan protes sama sekali.
"Kamu sudah memberitahu teman kamu?" Randi bertanya saat mereka sudah berada didalam taksi dan hendak menuju kediaman Sarah.
"Oh iya, lupa." Sarah langsung mengirimkan pesan pada Leni, yang isinya memberitahukan bahwa dia tengah dalam perjalanan pulang diantar oleh Randi.
Pesan itu hanya berkahir dengan centang satu, karena Leni sama sekali tidak online sejak menonton dengan gebetannya.
Beberapa menit waktu yang ditempuh untuk sampai didepan kost-an Sarah. Dalam perjalanan hanya diisi dengan keheningan karena Sarah yang canggung berada di ruang tertutup hanya dengan Randi di sampingnya.
"Langsung istirahat. Saya tidak mampir, mungkin lain kali saja." Pesan Randi sebelum Sarah keluar dari taksi.
Sarah hanya terbengong mendengar ucapan Randi. Siapa juga yang mau mengajak pria itu mampir. Hadeh, Sarah tidak habis pikir dengan sikap Randi yang terlalu welcome. Apa mungkin laki-laki itu berisikan seperti ini pada setiap perempuan yang ditemuinya?
Sarah menunggu hingga taksi didepannya berbelok dan berjalan menjauh. Barulah Sarah bisa menghela nafas lega, dan diapun berjalan menuju kamarnya.
Sampai didalam kamar, Sarah langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang tidak terlalu empuk tapi cukup nyaman.
Tasnya, Sarah biarkan tergeletak tidak berdaya di atas dinginnya lantai. Sarah menumpukan satu lengannya di atas kening.
Merenungkan apa yang terjadi seharian ini, terutama tentang Randi. Bukannya Sarah terlalu percaya diri, tapi sebagai orang dewasa telah berpengalaman dalam asrama, Sarah merasa Randi sedang dalam tahap ingin pendekatan dengannya.
Sarah bergidik geli membayangkannya, apalah Randi seorang duda yang pastinya tidak akan main-main lagi perihal tersebut.
Berbeda dengan Sarah, yang di otaknya hanya memikirkan bagaimana caranya menjadi kaya. Masih belum ada bayangan untuk menapaki rumah tangga dalam waktu dekat ini.
Begitulah pola pikir Sarah berjalan saat ini, entah mungkin saja bisa berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
Tidak ingin terlalu dipikirkan, yang ada malah tambah pusing Sarah nanti. Lebih baik saat ini Sarah membersihkan dirinya saja.
Sarah mengambil handuk dan perlengkapan lainnya. Kamar mandi di sini hanya tersedia di luar, dan ada di pojok setiap lantai. Jadi kadang masih harus antri sedikit.
Baru saja Sarah melangkahkan kakinya melewati tas yang tergeletak itu, tiba-tiba saja deringan handphone berbunyi.
Didasari rasa penasarannya, Sarah akhirnya memutuskan untuk mengecek handphonenya lebih dulu.
Dan saat layar itu menyala, hal yang dilihat oleh Sarah adanya tiga pesan yang masuk secara bersamaan.
Sarah membuka aplikasi, dan disana terpampang pesan dari Leni, Randi dan satunya lagi Irham.
Sarah mengerjap sebentar, senyum bahagia tidak bisa ditutupinya. Akhirnya setelah berjam-jam berlalu, pesannya kini terbalas juga.
Dengan cepat Sarah membalas pesan Irham. Menanyakan tentang kemana laki-laki itu seharian ini, hingga tidak bisa memberi kabar walau sebentar saja.
Centang dua, itu artinya Irham sedang online. Tapi senyuman Sarah tidak bertahan lama. Karena setelah dua menit berlalu, pesannya tidak kunjung terbalas juga.
Sarah menghela nafas pasrah. Dia pun meletakkan handphonenya sebelum keluar dari kamar.
Langkah demi langkah yang dilewati Sarah, pikirannya sama sekali tidak bisa lepas dari sosok Irham. Hingga tidak sengaja Sarah, menabrak tubuh tetangganya dan akhirnya Sarah tersadar.
"Maaf, maaf." Gumam Sarah dan langsung diangguki oleh orang yang ditabraknya tadi.
Tidak ingin kejadian tabrak menabrak itu terulang, Sarah menggeleng, mengenyahkan bayangan Irham dalam otaknya.
Seharusnya dari awal Sarah sadar, bahwa konsekuensi membangun hubungan kembali dengan laki-laki itu adalah seperti ini. Sayangnya, Sarah kembali disadarkan di akhir.
Sarah mengacak rambutnya pelan. Lihat kan, sudah seperti orang sinting saja Sarah saat ini.
Ok, Sarah menghela nafas kasar. Baiklah, jika memang seperti ini yang Irham mau.
Sarah tidak boleh kembali ketergantungan dengan kehadiran laki-laki itu. Sarah yakin bahwa dia bisa, selama beberapa tahun ini saja buktinya Sarah tidak kenapa-kenapa tanpa hadirnya Irham.
Sarah tau, Irham hanyalah seorang laki-laki muda yang tidak akan serius untuk memulai hubungan.
Sarah memutuskan, mulai sekarang dia hanya akan menganggap Irham sebagai angin lalu. Jika Irham hadir, ya silahkan. Jika Irham tiba-tiba menghilang, ya tidak apa.
"Kak Sarah kok melamun aja dari tadi." Pundak Sarah ditepuk dari belakang, dan Sarah kaget karenanya.
Sarah menoleh ke arah belakang dan dia menemukan Arini disana.
"Kaget Rin." Ucap Sarah sambil mengelus dada.
Arini terkekeh melihat itu.
"Ya kak Sarah ngapain dari tadi diam aja didepan pintu, padahal kamar mandinya lagi kosong." Ucap Arini menunjuk ke arah kamar mandi.
Sarah menegok ke arah yang Arini tuju, dan benar saja. Untung saja yang antri tidak ramai, hanya Arini saja. Jika ramai, bisa dipastikan bahwa Sarah akan ditatap dengan sinis oleh penghuni kost lainnya.
"Rin nanti aku mau cerita ya."
"Ok, siap kak. Aku bakal jadi pendengar yang baik." Rini memberikan jempolnya dan langsung dibalas hal yang sama oleh Sarah.
Setelahnya Sarah pun langsung masuk kedalam kamar mandi. Membiarkan Rini mengantri setelah dirinya.
To be continued
Tolong koreksi ya kalau ada typo.
Terimakasih
![](https://img.wattpad.com/cover/358577470-288-k28806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...