part 38

805 70 1
                                    

"Nak kamu yakin dengan laki-laki itu?" Sarah menghela nafas panjang, sudah berkali-kali pertanyaan yang sama terlontar dari Ibunya.

Semenjak Sarah menceritakan tentang Randi pada kedua orang tuanya, Ibulah yang paling merasa berat dengan keputusan Sarah ini. Alasannya tidak lain adalah Randi yang berstatus duda.

Bukan Ibu Sarah merasa tidak rela, karena anaknya yang perawan harus menikah dengan seorang duda. Tapi alasan yang sebenarnya adalah, Ibu takut jika Sarah hanya dijadikan perempuan kedua. Meskipun istri Randi sudah meninggal, tapi belum tentu dengan cintanya.

Ibu hanya khawatir saja jika nanti Sarah tidak benar-benar diperlakukan seperti seorang istri yang seharusnya. Apalagi Randi sudah memiliki satu anak, Ibu juga takut jika Randi menikahi Sarah hanya untuk menjadi ibu pengganti bagi anaknya.

Ibu hanya tidak ingin jika pernikahan Sarah berakhir hancur nanti. Bagaimanapun Sarah adalah anak perempuan pertamanya, dan dia sangat menyayangi Sarah dan tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada putrinya.

"Sarah yakin Bu, sangat yakin dengan keputusan Sarah. Mungkin Ibu bisa berkata seperti ini sekarang, tapi Sarah yakin setelah bertemu langsung dengan Mas Randi Ibu pasti setuju."

Kali ini Ibu yang menghela nafas, di sisi lain Ibu bahagia akhirnya putri pertamanya ini akan mengenalkan pasangannya.

"Tapi dia sudah punya anak Sarah, bagaimana jika anaknya nanti tidak menerima kamu?"

"Sarah sudah kenal Bu dengan anaknya Mas Randi, Leta namanya. Dia sayang sama Sarah, bahkan pernah dia nemenin Sarah seharian di kost katanya dia kangen sama Sarah, pingin main sama Sarah." Mengingat itu, senyum Sarah terbit. Masih sangat jelas tergambar di pikirannya saat kejadian itu terjadi. Padahal saat itu mereka hanya tidak bertemu sehari saja, dan Leta sudah mengatakan kangen.

Bayangkan bagaimana jika nanti mereka akan satu rumah setiap harinya. Pastinya Leta akan sangat lengket dengan Sarah.

"Ya sudah kalau kamu memang yakin. Ibu cuma khawatir aja. Gak ada maksud Ibu menentang hubungan kalian."

Sarah mengerti akan hal itu. Dia meraih tangan ibu dan membawa tubuh renta Ibunya ke dalam pelukan.

"Ibu tidak perlu khawatir. Ibu fokus aja buat besok ya." Ibu mengangguk, dia membalas pelukan Sarah. Tangan yang tidak lagi kencang itu pun, mengelus dengan lembut surai milik anaknya.

Seperti yang telah dibicarakan Randi dan Sarah sebelumnya, besok Randi dan keluarganya memang akan datang kerumah Sarah untuk melamar.

Sarah sengaja pulang dua hari sebelum kedatangan Randi. Tentu dia membutuhkan waktu untuk bicara dengan orang tuanya, meskipun sebelumnya sudah pernah dibiacarakan lewat telepon, tapi tetep saja rasanya tidak enak jika tidak menjelaskan secara langsung.

Lagipula sudah lama juga Sarah tidak meminta jadwal cuti, jadi dia bisa memanfaatkan untuk acara ini.

"Ibu bahagia nak akhirnya kamu akan menikah juga." Ucap Ibu terharu, selama ini Sarah sudah terlalu fokus untuk membantu perekonomian keluarganya. Sampai-sampai membuat kedua orang tuanya khawatir sekaligus merasa bersalah dalam waktu yang bersamaan.

Tapi sekarang, mendengar kabar yang diberikan Sarah tentu saja mereka merasa senang dan lega.

"Sarah juga bahagia Bu, Sarah bersyukur karena telah dipertemukan dengan laki-laki baik seperti Mas Randi."

Kedua perempuan itu saling berpelukan penuh haru. Air mata mulai menggenang di pelupuk keduanya. Hingga tiba-tiba suara deheman yang berasal dari ayah Sarah tiba-tiba menginterupsi.

"Dicari-cari rupanya lagi ada disini toh." Nah, berbeda dengan Ibu. Ayah Sarah ini malah terkesan santai dan mendukung setiap keputusan yang selalu diambil anaknya.

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang