part 24

631 56 0
                                    

Betapa menyenangkannya weekend, setelah enam hari ini bekerja bagaikan kuda. Tidak ada habisnya.

Akhirnya Sarah bisa merasakan weekend yang benar-benar weekend, tanpa ada seorangpun yang mengganggunya.

Sarah memutuskan untuk pergi CFD yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kost. Kepeleset sedikit sampai. Sekalian olahraga juga pagi-pagi.

Tidak ada yang menemaninya hari ini, Sarah sempat mengajak Arini tapi anak itu rupanya tidak bisa karena sudah memiliki janji dengan teman sekelasnya.

Tapi rupanya sendiri juga tidak masalah, Sarah berjalan dengan santai di sekitaran area CFD.

Sepertinya hanya dirinya saja yang sendiri, tapi itu tidak menjadi masalah untuk Sarah. Selagi dia bisa enjoy, kenapa tidak.

Beberapa jajanan yang dibelinya kini sudah tertenteng dengan rapi di tangannya. Sarah mencari tempat duduk yang bisa dipakainya untuk menyantap sarapan paginya, tapi rupanya kursi yang disediakan sudah penuh semua. Bahkan ada beberapa keluarga yang sampai membawa tikar sendiri.

Hah, melihat itu Sarah jadi merindukan keluarganya di kampung halaman. Sempat terpikir untuk Sarah mengajukan cuti selama beberapa hari, tapi melihat situasi dan kondisi sepertinya belum tepat untuk mengajukan cuti dalam waktu dekat ini.

Sarah hanya bisa menghela nafas pasrah karenanya. Dari pada dia hanya berdiri tidak jelas seperti ini, lebih baik Sarah pulang saja dan menikmati makanan sendiri di kost ditemani dengan serial favoritnya.

"Sendiri aja?" Seorang laki-laki menepuk bahu Sarah pelan. Sarah menoleh ke arah orang tersebut tanpa menghentikan jalannya.

Sarah menghela nafas pelan. Ternyata yang menyapanya adalah salah satu orang penghuni kost yang sama dengannya.

"Cowoknya pada kemana? Apa mau aku temani aja?" Sarah tidak ambil pusing dengan pertanyaan yang dilayangkan padanya.

Laki-laki ini memang sudah terkenal dengan tabiat buruknya yang suka bermain wanita. Maka dari itu Sarah tidak terlalu menanggapi saat dia didekati olehnya.

Sarah semakin mempercepat langkahnya. Buru-buru untuk sampai di kamarnya. Rasanya mulai risih mendengar perkataan merendahkan yang keluar dari mulut kotor tersebut.

"Jangan jual mahal kamu. Saya gas yang ada nanti malah mohon-mohon sama saya."

Hah terlalu percaya diri sekali rupanya laki-laki ini. Apa dia tidak punya kaca ya? Pekerjaan saja tidak jelas seperti apa, mana ada wanita yang mau dengan lelaki seperti ini.

Laki-laki itu rupanya makin berani, dia meraih tangan Sarah yang sedang membuka pintu dan membawa untuk dikecup.

Sarah tentu saja terkejut, dan dengan kasar dia menarik tangannya agar terlepas dari berandalan didepannya.

Mata Sarah melotot, dia merasa dilecehkan oleh orang ini.

"Jangan kurang ajar, saya bisa teriak disini." Sarah mengancam tapi rupanya laki-laki itu tidak gentar.

"Berapa yang kamu mau? Didekati laki-laki kaya saja kamu mau, kenapa didekati saya tidak mau. Memang dasar perempuan gak bener kamu."

Laki-laki itu sudah mulai melantur. Tidak mau meladeni orang setengah gila didepannya, dengan cepat Sarah memasuki kamar dan menutup pintu dengan kencang tepat didepan wajah brengsek itu. Tidak lupa juga Sarah untuk menguncinya.

Nafas Sarah tersengal-sengal. Emosi membumbung tinggi dalam benaknya, tapi karena tidak ingin mencari keributan dan berkahir mendapat teguran makanya Sarah memilih untuk menghindar.

Ide untuk pindah kost seperti semakin menguat. Tapi Sarah belum ketemu kost yang cocok.

Sarah mengambil Handphone dan mendial nomor Leni. Sepertinya dia segera mencari kost baru mulai hari ini.

Sarah merasa tidak aman jika terus-terusan mengalami hal seperti ini. Sarah takut jika laki-laki itu semakin benari dan berbuat nekat nantinya.

Baik, demi keselamatan dirinya Sarah akhirnya mantap untuk pindah ke kost yang lebih aman.

Beberapa jam kemudian Leni datang atas permintaan Sarah. Leni mengetuk-ngetuk pintu kost Sarah dan tidak membutuhkan waktu lama untuk Sarah membukakan pintu untuknya.

Setelah pintu terbuka, Sarah langsung menarik Leni masuk dan kembali mengunci pintu.

Dia harus selalu waspada di tempat yang tidak lagi bisa memberikan rasa aman untuknya.

"Kenapa sih?" Leni terlihat bingung dengan sikap Sarah yang sangat tidak biasa ini.

"Sumpah gue takut banget Len. Gue mau pindah kost aja."

"Alasannya apa sih? Gue gak ngerti."

Sarah mengajak Leni untuk duduk dulu. Lalu dia menguyar rambutnya kebelakang, agar tidak menghalangi wajahnya.

Sebelum mulai bercerita apa yang dialaminya pagi ini, Sarah menghela nafas terlebih dahulu.

Sarah mulai menceritakan kejadian tidak mengenakkan yang dialaminya. Mata Sarah terlihat berkaca-kaca saat menceritakan hal tersebut.

Lani terkejut sungguh terkejut dengan apa yang diceritakan Sarah. Leni meraih Sarah dan memberikan pelukan pada temannya itu.

Jangan tanya sejak kapan mereka menjadi dekat. Yang jelas sejak menemani Leni saat itu dan Sarah berkahir dengan Randi, Leni dan Sarah yang semula jarang berkomunikasi sekarang menjadi lebih dekat hingga membuat Sarah bisa mempercayai teman seprofesinya itu.

"Lo tenang ya. Ok, kita cari kost hari ini juga." Leni sungguh kasihan pada Sarah.

Membayangkan berada diposisi Sarah saat itu saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Air mata yang sedari tadi ditahannya, mulai menetes tapi Sarah tetap berusaha untuk kuat.

"Sekarang aja ya, gue mau cepat-cepat pindah. Udah gak betah disini."

Leni mengangguk menyetujui. Sarah pun mengambil tas yang dari tadi dicampakkan oleh-nya. Lalu dia mengajak Leni untuk segera pergi.

Tidak dipungkiri kejadian tadi pagi membuat Sarah trauma. Terlihat dari bagaimana dia tetap bersikap waspada saat berjalan, menoleh kesana kemari. Memastikan tidak melihat orang yang tidak ingin ditemuinya lagi.

Leni sungguh prihatin Melina Sarah yang seperti ini. Dia meraih lengan Sarah untuk digenggamnya. Lalu dia memberikan anggukan yakin, bahwa Sarah akan aman bersama dengannya.

"Kak Sarah." Arini yang baru saja turun dari ojek, langsung menyapa Sarah. Arini memberikan ongkos pada ojek tersebut dan menghampiri Sarah beserta temannya.

"Mau kemana kak? Tumben."

"Nanti aja ya Rin aku ceritain. Aku lagi buru-buru." Ucap Sarah. Dia masih berada di area luar kost dan pastinya kemungkinan untuk bertemu atau melihat laki-laki brengsek itu semakin besar.

Arini yang masih belum mengetahui apa-apa hanya mengangguk, melihat punggung Sarah yang semakin menjauh.

"Kita mau cari di daerah mana dulu?"

"Terserah Lo aja Len, gue buntu." Leni mengangguk.

Leni lumayan punya banyak relasi selama hidup di Jakarta ini, maka sedikit banyak dia tau lah seluk-beluk daerah dekat sini.

Tanpa perlu meminta persetujuan lebih dulu, akhirnya Leni mengajak Sarah pada kostan yang jaraknya lumayan jauh dari tempat kost Sarah sebelumnya tapi masih dekat dengan sekolah tempat mereka mengajar.

"Len gak perlu cari yang bagus-bagus banget. Budget gue gak sebanyak itu."

"Lo tenang aja teman gue ada yang kost disini. Kita bisa tanya-tanya dia dulu."

To be continued

Udah ngantuk guys jadi malas basa-basi dulu.
Intinya vote dan tunggu next part aja deh.

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang