Selesai meeting dengan pihak WO yang akan mengurus semua keperluan pernikahan, akhirnya mereka bisa lega juga karena sudah mendapatkan konsep seperti yang diinginkan keduanya.
Kedua calon pengantin pun keluar dari restoran setelah menyelesaikan pembayaran utuk makan-makan kecil yang dilakukan mereka.
"Mas." Panggil Sarah sembari keduanya berjalan menuju parkiran.
"Kenapa?"
"Kita balik ke mall lagi ya?" Pinta Sarah dengan pelan.
"Mau beli roti lagi?"
"Bukan, aku tadi lihat sesuatu dan aku pengen beli itu."
"Apa?" Randi penasaran barang yang dimaksud oleh Sarah.
"Ada deh. Ayo, aku pengen banget soalnya."
Randi menghela nafas, dia membukakan pintu untuk Sarah dan mempersilahkannya untuk masuk.
"Atau kalau Mas capek, Mas tunggu di mobil aja deh. Aku yang ke atas."
"Masuk." Suruh Randi kepada Sarah.
Sarah manyun-manyun, ucapannya tidak mendapatkan jawaban sama sekali dari Randi. Pasti laki-laki disebelahnya sudah sangat lelah sekali, mengingat dari sore tadi mereka tidak mengistirahatkan diri sama sekali.
"Mas capek ya?" Sarah bertanya ke arah Randi. Meksipun tanpa bertanya pun sebenarnya dia telah mengetahui jawabannya, dilihat dari wajah Randi saja.
Randi mengangguk pelan.
"Langsung pulang aja kalau gitu Mas, kasihan kamu nya."
Ucap Sarah setelahnya, dia kasihan pada Randi. Pasti calon suami Sarah ini sangat ingin beristirahat, tapi karena menuruti permintaan Sarah terpaksa untuk menunda dulu waktu istirahatnya.
"Ayo." Ajak Randi setelah itu dia keluar dari mobil. Sarah memperhatikan ke arah luar.
Loh kenapa Randi sudah turun, dan mereka ada dimana ini? Tunggu dulu, basement?
Ini Sarah tidak salah lihat. Ternyata meskipun tidak menyahut, Randi tetep menuruti permintaan Sarah. Sarah tidak bisa untuk menahan senyumannya.
Pintu disamping Sarah terbuka, dan pelakunya tentu Randi sendiri. Dengan segera Sarah keluar dari mobil.
"Mas tunggu disini aja. Aku yang keatas."
"Saya ikut." Tegas Randi. Secapek-capeknya dia, masih bisa untuk menemani Sarah.
"Ok." Keduanya berjalan beriringan. Sarah berinisiatif untuk meraih tangan Randi yang bebas untuk digandeng dengan mesra.
Randi yang merasakan sentuhan di tangannya pun menoleh, dan yang didapatinya adalah senyuman manis milik calon istrinya ini.
Senyum itu rupanya menular pada Randi. Randi mengulurkan tangan satunya dan mengusap rambut Sarah pelan.
Sepanjang jalan yang dilalui mereka dihabiskan dengan mesra. Sesekali Sarah mengajak Randi untuk bercanda, membahas hal-hal tidak penting yang dilihatnya.
Hidup kadang memang seperti itu. Tidak bisa jika diisi hanya dengan keseriusan didalamnya, kadang harus diimbangi dengan candaan juga. Agar tidak stress sih lebih tepatnya.
Sarah tidak bisa menyembunyikan senyuman saat barang yang dia inginkan telah terlihat didepan sana. Dengan semangat Sarah mengajak Randi, untuk mempercepat langkah mereka.
Sarah menghentikan langkahnya didepan Bonek kelinci berwarna pink yang tengah dipajang di sebuah toko boneka.
"Mau ini." Sarah menunjuk dengan telunjuknya ke arah boneka. Randi mengernyit.
"Ini?" Randi memastikan sekali lagi, dan langsung diangguki oleh Sarah.
"Buat apa beli boneka?"
"Buat pajangan aja, lihat ini ada anaknya loh Mas." Sarah menunjuk ke bawah boneka tersebut dan benar saja memang disana terdapat boneka berukuran besar dan juga kecil dengan model yang sama.
Randi baru menyadarinya.
"Buat temenin aku kalau tidur, kan enak bisa dipeluk peluk." Ucap Sarah lagi menambahkan.
"Tidur sama saya juga bisa peluk pelukan." Ucap Randi asal. Sarah langsung melotot dan memukul bahu Randi.
"Masih belum sah." Ucap Sarah dengan galak. Menatap kesal kearah calon suaminya itu.
Randi terkekeh pelan, lalu dia menarik tangan Sarah untuk memasuki toko boneka tersebut.
"Beli yang lain aja, yang itu kebesaran kayaknya."
"Tapi mau yang itu." Wajah Sarah terlihat sedih saat Randi tidak memperbolehkan dirinya membeli boneka lucu itu.
"Nanti yang besar aku kasih Leta, yang lebih kecil buat aku. Biar kita couple-an."
Sarah memelas pada Randi. Terlihat seperti anak yang sedang membujuk ayahnya agar dibelikan boneka.
Randi merasa gemas, ingin sekali dia mencubit pipi Sarah yang sedikit tembam.
Randi menghela nafas panjang, lalu dia mengangguk pelan. Mengiyakan Sarah untuk membeli boneka tersebut.
"Tapi tidak gratis." Ucapan Randi membuat Sarah melunturkan senyum yang baru saja terkembang.
"Aku yang bayar?" Sarah menunjuk dirinya sendiri. Harga boneka disini pasti tidak murah, apalagi untuk ukuran yang seperti itu ada anaknya pula.
Kira-kira Sarah harus mengeluarkan berapa ya untuk memiliki boneka tersebut? Apa iya Sarah mampu?
Mungkin mampu, asal harus berpuasa saja selama beberapa minggu."Ya udah gak jadi beli, ayo." Sarah melepaskan tangannya dari Randi, dan berbalik hendak meninggalkan toko boneka ini.
Randi langsung menarik tangan Sarah, mencegahnya.
"Saya yang bayar." Ucap Randi. Mendengar itu, wajah murung Sarah seketika tergantikan dengan wajah sumringah penuh kebahagiaan kembali.
"Beneran ya Mas?" Sekali lagi Sarah memastikan.
Randi tidak memberikan jawaban pada Sarah, melainkan langsung memanggil pegawai toko dan menyuruhnya untuk membungkus boneka besar beserta anaknya sekaligus.
"Minggu nanti temani saya ke gym." Sarah mengangguk. Jika hanya membayar dengan menemani gym sih gampang. Jadi ini toh maksud dari tidak gratis tadi.
Randi menarik tangan Sarah menuju kasir untuk melakukan pembayaran disana. Sarah tidak bisa menghilangkan senyuman, sesekali tangannya memegang bulu-bulu halus milik bonekanya.
Randi ikut bahagia saat melihat Sarah senang seperti ini.
"Mbak, saya minta tolong dibawakan ke mobil ya." Pinta Randi karena pastinya akan susah membawa boneka besar itu seorang diri.
"Baik pak, sebentar saya panggilkan staff yang lain." Penjaga toko itupun pamit untuk memanggil staff pria dan memintanya untuk membantu Randi.
Randi dan Sarah keluar dari toko boneka diikuti oleh staff toko dibelakang mereka.
Sarah tidak berhenti untuk mengucapkan terimakasih pada calon suaminya yang telah sangat baik hari ini. Padahal tidak masalah jika memang Randi tidak membelikannya untuk Sarah.
Lagipula boneka ini bukanlah sesuatu yang sangat diperlukan untuk dibeli. Tapi rupanya Randi membelikannya untuk Sarah, bagaimana Sarah tidak senang jika begini.
Sarah tidak ingat pernah melakukan amalan sebaik apa hingga bisa mendapatkan calon suami sebaik Randi.
"Sarah." Panggilan dari orang didepan mereka, yang Sarah tidak sadari. Saking hanya fokus pada Randi, hingga dia tidak memperhatikan orang-orang sekitar.
Keduanya menghentikan langkah didepan orang yang memanggil nama Sarah.
Irham, memperhatikan tautan tangan Sarah yang terlihat apik di lengan Randi. Dan dapat Irham lihat juga sebuah cincin berkilau di sana. Seolah memberitahu siapapun yang melihat bahwa mereka telah resmi terikat.
"Maaf kita harus pergi." Randi angkat suara, dan dia mengajak Sarah untuk melanjutkan langkah mereka.
Irham tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari punggung Sarah yang telah menjauh. Apa benar dia sudah tidak punya harapan lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomansaSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...