Pagi ini seperti yang sudah menjadi kebiasaannya, Irham kembali menjemput Sarah untuk mengantar perempuan itu bekerja.
Irham dengan mobilnya kini telah sampai di depan kost Sarah, dan laki-laki itu mengirimkan pesan pada Sarah agar segera keluar.
Di dalam kamarnya, setelah melakukan sentuhan terakhir pada penampilannya pagi ini, Sarah meraih tas dan menentengnya keluar dari kamar.
Sarah mengunci kamarnya dan berjalan menuruni tangga dengan santai, tiba-tiba saja handphonenya yang di taruh di sakunya berdenting.
Sarah meraih handphonenya dan alangkah terkejutnya Sarah saat mendapat pesan dari Irham. Dengan gerakan cepat Sarah membuka pesan tersebut, dan semakin kagetnya dia membaca isi pesan tersebut.
Sarah melihat ke arah depan, dan benar saja mobil yang sudah dihapalnya kini telah terparkir disana.
Jantung Sarah dibuat dag-dig-dug. Sarah mengambil nafas lalu menghembuskannya pelan. Menenangkan dirinya sendiri, tidak disangka bahwa pagi ini mereka akan bertemu kembali.
Dan Irham kembali muncul setelah menghilang selama beberapa hari, seakan tidak pernah terjadi apapun di antara mereka.
Meskipun belum siap, Sarah harus tetap menghadapi. Akan Sarah tunjukkan bahwa ketidakhadiran Irham dalam hidupnya tidak akan berdampak apa-apa.
Baiklah, dengan langkah percaya diri Sarah melanjutkan langkahnya dan menghampiri mobil itu berada.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Sarah untuk sampai di dekat mobil Irham. Sarah mengetuk kaca disamping Irham dan kaca tersebut kemudian diturunkan.
"Pagi." Irham menyapa dengan ceria dan senyuman yang terkembang di wajahnya.
Sarah juga membalas demi kian, menutupi rasa gugup didalamnya.
Sarah memutari mobil dan kemudian masuk di kursi penumpang depan.
"Gimana kabar kamu? Maaf ya aku sibuk kemarin jadi gak sempat ketemu." Ucap Irham. Sarah hanya mengangguk sebagai tanggapan.
Alasan yang sama lagi, dan Sarah mulai meragukannya.
"Aku baik." Jawab Sarah dengan singkat.
"Udah sarapan?"
"Udah."
"Yah sayang banget, padahal aku sengaja gak makan di rumah supaya bisa sarapan bareng kamu." Halah buaya, Sarah hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
"Temenin aku sarapan ya." Pinta Irham yang tidak langsung di setujui oleh Sarah.
Sarah tampak menimbang-nimbang lebih dulu, melirik ke arah jam tangan sepertinya masih ada waktu. Tapi entah kenapa Sarah sedang tidak mood saja menemani Irham pagi ini.
"Lain kali ya, pagi ini aku harus sampai lebih awal. Siapin kebutuhan anak-anak." Alasan Sarah, padahal tidak ada yang harus disiapkan di sekolah.
Irham terlihat kecewa, tapi Sarah berusaha mengabaikan hal itu.
"Ya mau gimana lagi." Irham menggedikkan bahunya. Tapi tidak hanya sampai disana.
"Nanti siang aku jemput ya. Sekalian makan bareng."
"Kamu kan tau aku masih ngajar les. Gak bisa lama-lama."
"Ya udah malam aja kalau gitu. Kali ini aku gak nerima penolakan. Aku jemput nanti di kost kamu."
Tau saja Irham jika Sarah ingin menolaknya, tapi rupanya Irham punya berbagai cara dan ini adalah salah satunya.
Baru saja Sarah akan mengungkapkan ketidak setujuanya, tapi rupanya mobil yang ditumpangi oleh mereka telah sampai di depan sekolah.
"Sudah sampai, kamu ada kerjaan kan." Sarah menghela nafas, dia tau bahwa Irham menyuruhnya untuk segera keluar agar Sarah tidak memiliki waktu untuk menolaknya lagi.
Sarah ya bisa apa, sudah diusir secara halus oleh pemilik mobil mana bisa Sarah masih berdiam diri didalamnya.
Sarah meraih tasnya dan membuka pintu. Sarah menunggu hingga mobil itu berjalan pergi barulah dia akan masuk kedalam sekolah nanti.
Irham menurunkan kaca mobil, dan mengatakan sesuatu pada Sarah.
"Jangan lupa nanti malam aku jemput." Tidak membiarkan Sarah merespon, Irham langsung menurunkan kembali kaca dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan sekolahan itu.
Baru saja Sarah berbalik badan dan hendak melangkah, tapi namanya disebut oleh seseorang di belakang sana.
"Miss Sarah." Panggil orang tersebut. Sarah mengurungkan niatnya, dan kembali berbalik melihat siapakah orang yang memanggilnya.
"Ah Bu Widya, Mama Evan?" Untungnya Sarah ingat dengan orang yang memanggilnya. Jika tidak pasti akan sangat memalukan sekali.
"Benar Miss." Sarah melemparkan senyum ke arah Widya, Mama Evan alias kakak ipar Irham.
"Ada apa Bu?"
"Kebetulan tadi saya lihat Miss baru datang jadi sekalian saja mau tanya tentang Evan selama disekolah." Alasan Widya, padahal bukan itu yang sebenarnya ingin ditanyakan. Ada suatu hal yang lebih ingin diketahuinya.
Jangan kira Widya tidak melihat, entah kebetulan apa yang terjadi. Widya sangat terkejut melihat Sarah keluar dari mobil yang familiar baginya dan benar saja saat orang itu membuka kaca mobilnya Widya dibuat lebih terkejut lagi.
"Evan baik Bu, ramah sama temannya, cepat bergaul juga dengan yang lain. Soal pelajaran pun begitu, anak itu cepat nangkap poin-poin nya." Jawab Sarah dengan lancar.
Sebagai wali kelas sudah kewajiban bagi Sarah untuk mengingat setiap karakter yang dimiliki oleh murid-muridnya. Agar dia bisa memberikan bimbingan yang sesuai.
"Saya senang dengarnya jika seperti itu. Beruntungnya Evan memiliki wali kelas seperti Miss Sarah ini."
"Ibu bisa aja." Sarah menanggapi pujian yang diberikan oleh Widya.
"Saya lihat tadi Miss Sarah diantar seseorang ya? Apa itu pacar Miss Sarah?" Widya tau bahwa hal yang ditanyakan sudah termasuk hal pribadi tapi rasa penasarannya membuat Widya terpaksa bertanya hal demikian.
Bukannya Widya ingin berburuk sangka pada Sarah tapi dia hanya ingin memastikan saja. Jika memang benar kekhawatirannya adalah benar, maka Widya akan berusaha memberitahu baik-baik pada adik iparnya.
"Bukan, dia hanya teman saja." Jujur Sarah sedikit bingung dengan pertanyaan dari wali murid didepannya ini. Tentu ini bukan ranahnya untuk ikut campur.
Tapi sebagai wali kelas yang baik, Sarah harus menanggapi dengan baik pula.
"Saya kira tadi calon Miss Sarah. Soalnya dilihat-lihat cocok gitu." Tentu itu hanyalah basa-basi belaka.
Sarah hanya memberikan senyum sebagai respon. Lalu setelahnya Widya pamit dan undur diri dari hadapan Sarah.
Sarah pun demikian, dia kembali melangkahkan kakinya menuju ke gerbang sekolahan.
Sebentar lagi waktu bekerjanya akan dimulai dan rupanya sudah sepi anak-anak yang berdatangan. Itu karena sekolah ini mengajarkan agar selalu disiplin oleh waktu.
Tidak ingin memberi contoh yang buruk bagi murid-muridnya, Sarah pun melangkah dengan cepat menuju ruangan tempat guru berada.
Sampai dimeja miliknya, Sarah menaruh tasnya di atas meja. Dan dia mulai mempersiapkan buku yang akan diperlukannya.
Sarah mengambil handphone sejenak sebelum dia harus benar-benar bekerja. Dan saat layar itu menyala, hal pertama yang menjadi perhatiannya adalah sebuah pesan dari laki-laki yang baru-baru ini dikenalnya, Randi.
Entah mendapat dorongan dari mana, akhirnya dengan senyumnya Sarah melarikan jari-jari lentiknya untuk membalas pesan tersebut.
To be continued
Maaf ya malam ini updatenya kemalaman

KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...