Part 56

957 75 0
                                    

Akhirnya keinginan Sarah hari ini terwujud juga. Dia dan juga Randi kini tengah menyusuri pantai yang sangat terkenal di Bali. Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan.

"Bagus banget kayak ada sesuatu yang beda aja gitu sama pantai-pantai di Jakarta ya Mas." Sarah menikmati sepoi-sepoi angin yang menerpa wajahnya. Sangat sejuk, apalagi didukung oleh cuaca sore yang menenangkan. Sunset akan segera terlihat, dan Sarah tidak sabar untuk menyaksikannya secara langsung dengan mata kepalanya sendiri.

Ingatkan Sarah untuk mengabdikan momen ini dalam handphonenya.

"Aku mau duduk disini." Sarah berhenti melangkah dan mendudukkan dirinya di tepi pantai, mengamati ombak ombak halus yang membawa air mengikis pasir ditepi nya.

Langit berwarna oranye samar-samar mulai terlihat. Beberapa orang sudah terlihat mengabadikan momen tersebut. Sarah tersenyum lebar memperhatikan indahnya pemandangan alam satu ini.

Pandangan Sarah sedikit terusik kala dia melihat salah satu perempuan asing dengan pakaian minim tengah menatap penuh minta ke arah suaminya.

Sarah menatap perempuan itu dengan tajam, terkejut saat perempuan itu makin berani dengan cara mengedipkan mata menggoda ke arah Randi.

Sarah langsung menoleh ke arah suaminya. Tapi sialnya, dikarenakan Randi yang memakai kacamata hitam, Sarah tidak bisa tau apa yang sebenarnya tengah dilihat oleh suaminya itu.

Tidak dipungkiri penampilan Randi saat ini memang sangat ber-demage, jika kata anak muda jaman sekarang. Tapi tetap saja, seharusnya perempuan itu harus melihat sekitar dong jika ingin menggoda mangsanya. Ini istrinya ada disebelah loh, memang dasarnya saja ganjen.

Tidak ingin dibuat mati penasaran, Sarah langsung menarik kaca mata hitam suaminya, dan itu otomatis membuat Randi sedikit terkejut dan langsung menatap ke arah istrinya.

"Kenapa?"

"Kamu liatin apa sih mas, kok serius banget?" Sarah bertanya penuh selidik, tapi memang dasarnya Randi tidak peka, jadi dia tidak mengetahui maksud dari Sarah menanyakan hal tersebut.

"Liat sunset kan, sama kayak kamu."

"Bener?" Sarah terlihat kurang yakin dengan jawaban yang diberikan Randi. Sedangkan Randi hanya mengangguk dengan polosnya.

"Ya udah, kacamatanya aku yang pakai ya, silau." Tanpa aba-aba, langsung saja Sarah mengenakan kacamata hitam milik Randi.

Sedangkan Randi hanya mengernyit bingung dengan ucapan Sarah. Silau dari mana coba, matahari saja sudah mau tenggelam. Tidak ambil pusing, Randi pun kembali melihat ke depan, menikmati sunset yang selalu berhasil membuat orang yang melihatnya merasa kagum.

Dibalik kacamatanya, diam-diam Sarah kembali melirik ke arah perempuan yang masih saja terlihat sangat ingin mencari perhatian Randi. Sarah kesal karenanya, akhirnya dia pun mendekat ke arah Randi dan menyandarkan kepalanya di bahu tegap pria itu.

Randi tentu saja membalasnya dengan cara mengecup puncak kepala Sarah, dan tangannya dia lingkarkan di belakang tubuh Sarah.

Sarah tersenyum puas saat melihat perempuan ganjen itu terlihat kesal dan bersungut-sungut.

Tidak ingin memperhatikan wajah perempuan itu lama-lama, Sarah akhirnya mengalihkan pandangannya pada wajah sang suami, mengamatinya dari bawah. Entah kenapa, mau dilihat dari mana saja ketampanan Randi tidak lah berkurang walaupun sedikitpun.

Meskipun usia Randi sudah memasuki kepala tiga, tapi kharismanya tidak berkurang sama sekali.

"Mas kamu kok ganteng banget sih." Ucap Sarah tanpa sadar memuji suaminya sendiri. Pandangan Sarah masih tertuju pada wajah suaminya.

Randi yang mendengar gumaman random Sarah, langsung menoleh ke arah istrinya dan mengernyitkan dahinya.

"Apa?" Tanya Randi, dia dengar tapi hanya ingin memastikan jika Sarah tidak mengigau. Tangan Randi menarik kacamata yang dikenakan Sarah, dan pandangan keduanya bertemu.

Sarah tersentak sedikit, dan dipandangi oleh suaminya. Sarah malah jadi salting sendiri dibuatnya. Ayolah Sarah, jangan bersikap memalukan, padahal dia sudah sering ditatap seperti itu oleh Randi, tapi tetap saja saltingnya masih tidak bisa hilang.

Randi terkekeh pelan melihat istrinya yang bergerak salah tingkah akibat tatapannya. Dia pun semakin mengeratkan tangannya di pinggang Sarah.

• • •

Usai sudah liburan selama tiga hari yang sangat berkesan dalam hidup Sarah. Kali ini sepasang suami istri itu sudah mendarat di bandara dan disambut dengan teriakan putri kecil mereka.

Leta tampak berlari saat melihat sosok Mama dan Papanya yang tidak ditemui selama tiga hari penuh.

Sarah langsung menyambar pelukan yang diberikan Leta, menundukkan tubuhnya dan mensejajarkan dengan Leta.

"Kangen banget sama Mama." Ucap Leta, padahal setiap malam sebelum anak itu tidur, selalu saja meminta untuk melakukan Vidio call terlebih dahulu. Memang anak Bapak Randi ini sungguh manis.

"Mama juga kangen." Ucap Sarah, dia lalu mengangkat tubuh Leta dan digendongnya hingga parkiran. Padahal Randi dan Ibu sudah melarang, mengingat Leta yang semakin hari tumbuh besar dan pastinya sudah berat untuk digendong, meskipun tidak berat-berat banget sih.

"Tumben kamu pulang." Randi berbasa-basi sedikit dengan sepupu yang paling dekat dengannya, alias anak dari Om Yanto. Umurnya dua tahun dibawah Randi, dan masih single juga. Wajahnya tampan, tapi masih lebih tampan suami Sarah.

Tidak tau Kenapa masih single hingga saat ini, padahal pekerjaan sudah mapan juga.

"Iya Mas, lagi capek kerja jadi cuti dulu beberapa hari." Ucapnya lagi. Ya, biasanya sepupu Randi ini memang tinggal dikota sebelah karena pekerjannya yang berada disana.

"Halah boong itu, mau lamar anak orang dia, Di." Ibu menggedikkan dagu ke arah sepupu Randi, berniat untuk menggodanya.

Yang digoda malah terkekeh pelan. Dan menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang terasa hangat.

"Ya bagus itu, enak nikah ada yang temenin." Randi turut serta untuk menggoda sepupunya yang terlihat malu-malu itu. Menepuk bahunya pelan, dan mereka pun masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh sepupu Randi.

"Gimana udara Bali? Panas kah, atau kaliannya yang panas?" Rupanya sepupu Randi ini ingin membalas godaan yang ditujukan padanya.

"Ya biasalah, pengantin baru." Jawab Randi dengan santainya. Sarah melotot ke arah suaminya itu, kenapa harus diladeni sih godaan itu. Kan Sarah yang malu.

Apalagi saat melihat Ibu yang terkekeh kecil. Duh apa tidak ingat ya, jika di sini masih ada anak kecil. Meskipun Leta tidak akan mengerti juga sih.

"Pa Leta udah mikirin habis ini kita mau jalan-jalan kemana." Ucap Leta memecah obrolan yang masih berlanjut antara orang dewasa didepannya.

"Iya? Emang Leta mau kemana?"

"Leta mau ke Dufan aja. Kita berangkat sekarang ya."

Ibu terkekeh, dan mengusap rambut Leta pelan.

"Sabar ya, kan Mama sama Papa baru sampai masih cepek, masa udah mau langsung jalan-jalan aja." Nenek Leta itu berucap dengan lembut, berusaha memberikan pengertian untuk cucu satu-satunya saat ini, belum tau dengan nanti.

"Tapi kan Papa udah janji." Ucap Leta memberitahu neneknya.

"Besok ya, Mama masih mau istirahat dulu sebentar." Akhirnya Sarah turun tangan untuk memberikan pengertian pada anaknya.

Meksipun wajah Leta terlihat kecewa, tapi akhirnya anak itu mengangguk juga.

"Janji ya besok, jangan tunda-tunda lagi."

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang