Sarah berjalan menyebrangi jalan dan dia langsung masuk ke dalam kursi penumpang disamping Randi.
"Hai Mas." Sapa Sarah dengan senyum yang selalu terkembang di wajahnya. Entah mengapa sejak mereka resmi terikat, setiap melihat wajah Randi Sarah selalu ingin tersenyum.
"Harum, kamu udah mandi emang?"
"Udah sekalian tadi, biar aku gak repot dua kali."
Randi mengangguk, dia memang menjemput Sarah di salah satu kolam renang umum yang digunakan sebagai tempatnya mengajar hari ini. Tapi kolam itu sudah di booking sebelumnya, jadi tidak ada pengunjung yang datang satupun. Kecuali memang murid dari tempat les Sarah.
Tidak hanya Sarah dan beberapa muridnya tapi ada juga berbagai orang dari tempat les lain yang ikut serta. Hari ini memang disengaja diadakan di tempat yang sama. Tujuannya adalah agar murid-murid bisa saling berkenalan satu dan yang lain.
"Ok, sekarang kita mau kemana?"
"Jalan-jalan dulu aja gimana Mas? Nanti sore baru langsung otw ke restoran dekat mall sana. Kita ada meeting sama pihak WO."
Tanpa mengajukan protes, Randi langsung melaksanakan seperti apa yang Sarah katakan barusan.
Sesuai keinginan Sarah dan Randi, dengan gerak yang sangat cepat Randi segera mengatur jadwal untuk bertemu dan membahas pernikahan. Randi tidak ingin kecolongan nantinya, dia harus buru-buru mem-booking pihak WO yang katanya jadwalnya sangat padat itu.
Maklum WO terkenal dan jasanya sudah dipakai dimana-mana. Sebenarnya Sarah tidak ada tuntutan untuk membooking pihak WO tersebut.
Tapi dasarnya Randi ingin memberi yang terbaik bagi Sarah, jadi dia tidak merasa keberatan harus membayar berapapun untuk mewujudkan keinginan Sarah yang akan terjadi sekali seumur hidup.
"Mau jalan-jalan dulu? Emangnya kamu gak capek?" Randi saja yang hanya beraktifitas di dalam ruangan dan pekerjannya didominasi dengan duduk dan memandangi komputer saja merasa lumayan capek. Tapi lihatlah Sarah yang seharian ini sudah mengajar disekolah hingga siang. Dan tidak lama berselang setelah itu harus langsung berganti mengajar di kolam renang, tapi entah mengapa energi Sarah seperti tidak ada habisnya. Terbukti sekarang calon istri Randi ini malah mengajak jalan-jalan dulu.
"Enggak kok. Sebenarnya aku pengen beli sesuatu disana. Hehehe." Sarah menampilkan cengiran polosnya.
Randi menggeleng pelan melihat kelakuan Sarah. Tangannya Randi ulurkan untuk mengusap rambut Sarah pelan.
"Ya udah, asal kamu senang." Sarah tersenyum ke arah Randi. Inilah yang paling dia suka dari sifat Randi, laki-laki itu selalu menuruti apapun yang diinginkannya tanpa mengeluarkan protes sama sekali.
Sarah seperti merasa dimanja saja, perlakuan yang belum pernah Sarah dapatkan dari siapapun. Menjadi anak pertama, tentu saja dia harus bisa membanggakan orangtuanya. Maka dari itulah semenjak remaja Sarah selalu berpikir bahwa dia tidak boleh manja dan harus bekerja dengan keras.
Tapi sekarang Sarah sudah benar-benar menemui orang yang bersedia mendampinginya dalam keadaan apapun, calon suaminya, Randi. Jadi Sarah tidak salah bukan jika sesekali bersikap manja pada laki-laki ini.
"Mas selama ini selalu nurutin apa yang aku mau, apa mas sama sekali gak merasa keberatan tentang itu?"
"Kenapa harus keberatan? Kalau saya juga ikut senang kalau lihat kamu senang." Jawab Randi dengan santainya.
Sarah terharu, dia pun menyampingkan tubuhnya dan memeluk Randi. Kepalanya Sarah sandarkan di bahu Randi.
Randi membalasnya dengan cara memegang pipi Sarah dan mengusapnya lembut. Tapi pelukan itu tidak lama terjadi karena keduanya langsung tersadar.
Sarah malu, apa dia terlihat agresif sekali ya hari ini? Sarah mengalihkan perhatiannya ke arah luar, berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Randi. Pipi Sarah sudah memerah saat ini.
"Apa kita akad dulu aja ya?" Randi hanya bercanda saat mengatakan itu, dia hanya ingin menggoda Sarah saja saat ini.
"Aku gak mau siri ya Mas." Sarah memperingati. Pernikahan siri memang hal yang selalu Sarah hindari, bukan apa dia hanya antisipasi saja.
Mendengar dari beberapa orang, katanya pernikahan siri itu rawan untuk ditinggal oleh suaminya. Makanya sejak awal Sarah sudah mengatakan pada Randi, dia tidak mau menikah secara siri.
Randi tertawa, berhasil menggoda Sarah. Mobil kini sudah terparkir di basement, Sarah dan Randi langsung turun dan berjalan menuju dalam mall.
"Mau beli apa disini?" Mereka berjalan sembari bergandengan tangan.
Mereka berdua terlihat seperti pasangan yang sangat serasi saat ini. Terlihat bukan seperti orang yang sedang berpacaran, tapi aura keduanya memancarkan seolah mereka adalah pengantin baru yang sedang panas-panasnya hari ini.
"Sebenarnya aku lagi pengen roti yang kamu beliin waktu itu aja sih. Gak tau kenapa dari semalam kebayang terus."
"Kayak orang ngidam aja." Respon Randi merasa lucu dengan yang diucapkan pada Sarah.
"Ya anggap aja gitu." Sarah meladeni Randi, tangannya naik mengelus perutnya yang rata karena belum terisi apa-apa sejak siang tadi.
"Ada-ada aja kamu." Randi terkekeh, meraih tangan Sarah agar berhenti mengelus perutnya.
Sebenarnya tidak masalah jika dilihat oleh orang lain. Tapi yang menjadi masalah adalah, jika sampai dilihat oleh orang-orang yang mengenal mereka, bisa salah paham nantinya mereka.
Apalagi pengunjung mall lumayan padat saat ini, Randi khawatir jika sampai ada teman satu kantornya yang sedang ada ditempat yang sama dan memergoki mereka. Randi hanya takut, persepsi aneh-aneh mereka lontarkan untuk Sarah, dan menjadi bahan gosip besok harinya.
"Beli banyak aja nanti, buat cemilan di kost kalau kamu lagi pengen."
"Jangan, nanti yang ada keburu basi didiemin lama-lama."
"Ya udah nanti sekalian mampir supermarket aja, beli cemilan buat kamu."
"Jangan Mas." Randi ini ya sering sekali memberikan Sarah jajan saat berkunjung ke kost.
Tidak tau apa ya, semenjak pindahan itu berat badan Sarah naik dua kilo. Bukan angka yang fantastis memang, tapi ya kalian tau sendiri lah kalau berat badan itu merupakan hal yang sensitif untuk para kaum hawa.
Saat ini saja Sarah ingin mengurangi berat badannya, agar nanti saat hari H dia bisa tampil paripurna di acara spesial mereka.
"Kamu kalau datang ke kost gak usah beliin aku jajan ya Mas."
"Kenapa? Kamu tidak suka?"
"Bukan gak suka Mas. Cuma gimana ya, kalau kamu kasih jajan terus yang ada aku nanti malah makin bengkak Mas. Sedangkan pernikahan kita aja cuma tinggal tiga bulan lagi."
"Aku yang kelimpungan buat turunin BB nanti."
"Kamu gak perlu diet, saya liat badan kamu udah ideal gitu."
"Ya mas cuma liat luarnya aja sih." Sarah membantah ucapan Randi.
"Ya udah kalau boleh saya mau liat dalamnya juga." Randi malah menantang Sarah, membuat Sarah yang mendengarnya melotot dan melayangkan pukulan pelan ke arah bahu Randi.
"Nakal ya sekarang. Tolong pikirannya itu dijaga." Sarah memperingati. Bukannya merasa takut, Randi malah terkekeh melihat mata Sarah yang melotot ke arahnya.
"Ya udah saya liat nanti kalau sudah sah aja." Ucapan Randi sukses membuat pipi Sarah bersemu. Sarah memberenggut, dia berusaha menutupi pipinya yang terasa panas.
To be continued
Kemarin aku gak update jadi diganti hari ini.
Jangan lupa vote gengsss

KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...